Fighter Life

By vita_dwinov

32.4K 3.5K 200

Naruto Uzumaki. Seorang gadis yang terjatuh dalam hitamnya kehidupan. Berjuang agar tetap bisa berdiri, melan... More

Chapter 1 : Welcome to My Life
Chapter 2 : Sick
Chapter 3 : Nightmare
Chapter 4 : Curious
Chapter 5 : Pain and Sorrow
Chapter 6 : Pencarian
Chapter 7 : Pertemuan
Chapter 8 : Accident
Chapter 9 : Friendship
Chapter 10 : Love??
Chapter 11 : Scars
Chapter 12 : Raise Up!!
Chapter 13 : Terima Kasih
Chapter 14 : Kekasih
Chapter 15 : Aku Di Sini

Chapter 16 : Party

3K 324 79
By vita_dwinov

Malam ini naruto tak bisa tidur. Kejadian siang tadi disekolah begitu membekas dipikirannya. Bagaimana tidak. Sakura dan Ino yang melecehkannya di atap sekolah bagaikan menabur garam di atas luka yang telah lama berusaha ia sembuhkan. Kembali lagi kenangan mengerikan itu berputar dikepalanya. Mengoyak benteng pertahanan yang selama ini ia bangun.

Jika sudah seperti ini, bahkan ia berharap suara-suara dalam pikirannya hadir. Menemaninya melewati malam ini meski hanya dengan cemoohan dan sindiran sarkastik. Mengalihkan pikirannya agar tidak mengambil pisau dapur dan memotong urat nadinya. Atau berlari ketengah jalan raya berharap ada pengemudi mobil mabuk yang menabraknya. Jangan bertanya mengapa Naruto masih bertahan hingga kini. Beberapa kali ia mencoba mengakhiri hidupnya. Bahkan tadi siang ia sudah bersiap melompat dari atap sekolah agar semua orang yang membencinya puas. Hanya saja janji menjelang kematian ibunya yang selalu menahannya. Janji bahwa ia akan hidup hingga tua dalam kebahagiaan. Hingga ia memiliki keturunan dan menghabiskan masa tuanya bersama orang-orang terkasihnya, dan meninggal diatas kasur empuk yang nyaman. Sebuah janji sederhana yang nyatanya sungguh sulit luar biasa.

Naruto berusaha memejamkan matanya. Bagaimanapun ia butuh istirahat. Besok sudah akhir pekan dan ia berjaji pada Kiba akan datang dikerja part time di event organizer milik teman Kiba. Percuma. Pikirannya masih melayang entah kemana. Pada kejadian di atap sekolah tadi dan tindakan heroik Sasuke yang menyelamatkannya. Ia pandangi bebatan perban di beberapa ruas jarinya. Sasuke yang mengobatinya. Tak ia sangka bahwa pangeran es itu cukup terampil dengan peralatan p3k.

Pukul 12.37 a.m dan Naruto belum berhasil memejamkan matanya. Ia makin frustasi. Kenangan buruk makin menghantuinya dan besok ia butuh tenaga ekstra untuk bekerja sebagai waitress. Diraihnya laci dekat tempat tidurnya. Mencari keberadaan botol kecil berwarna putih bertuliskan "sleeping pills". Botol yang telah lama tak ia sentuh kembali. Naruto menimang sebentar, berfikir baik buruknya kembali meminum pill kecil yang sempat membuatnya kecanduan itu. Ia sempat menjadi pecandu hingga dosis tiga pil sekali minum agar merasakan khasiatnya. Jangan tanyakan kenapa. Kematian ibunya meninggalkan ruang hati menganga yang Naruto tak tahu harus mengisinya dengan apa. Lima bulan pertama setelah kematian ibunya, Naruto tak pernah bisa memejamkan mata tanpa menenggak sleeping pills terlebih dahulu.

Diambilnya sebutir pil dari dalam botol. Ia tak mau berasumsi berapa dosis minumnya kini. Jika dalam sepuluh menit belum ada reaksi, ia akan meminumnya kembali. Itu lebih baik daripada ia harus over dosis obat tidur.

Lima belas menit kemudian obat mulai bereaksi pada tubuh Naruto. Ia merasa sedikit tenang, nyaman dan sensasi mengantuk datang menyerang matanya. Naruto bersyukur bahwa kini hanya dengan sebutir obat tidur, tubuhnya sudah meresponnya dengan baik. Dan tak berapa lama kemudian Naruto terlelap.

.

.

.

.

.

Jika bukan karena alarm paginya yang berbunyi, mungkin Naruto akan bangun kesiangan pagi ini. Obat tidurnya benar-benar manjur tadi malam. Meski ini hari Sabtu, ia tak boleh bermalas-malasan. Ia masih tetap menjalankan rutinitas pagi untuk mengantar susu dan koran ke pelanggannya. Meski beberapa jari tangannya patah, tak mengurangi semangat pagi Naruto hari ini. Ia justru menambah jatah koran dan susunya. Ia menjajakan sisa susu segarnya di taman dekat apartemennya dan berhasil menjual semuanya. Ia mampir berbelanja di supermarket dekat taman untuk sarapannya dan segera kembali ke apartemen kecilnya untuk mempersiapkan diri di acara briefing pagi ini.

Baru saja Naruto melangkahkan kakinya di anak tangga ke lima saat handphone nya berdering menandakan panggilan masuk. Tanpa melihat identitas pemanggil, Naruto langsung menempelkan handphone di telinganya karena tangannya sibuk mengaduk kantung belanjaannya.

"Naru-shop selamat pagi. Dengan Naruto disini ada yang bisa saya bantu?"

"Pagi" terdengar suara berat khas Sasuke dari handphone nya.

"Sasuke?"

"Hn"

"Ada apa pagi-pagi meneleponku?"

"Tak perlu alasan untuk menelepon kekasihku, kan?"

"Ya ya ya.. Terserah anda saja, pangeran" balas Naruto dengan nada mengejek.

"Nanti kau berangkat jam berapa?"

"Kemarin Kiba mengabari untuk datang sebelum pukul sebelas"

"Ku jemput pukul sembilan"

"Sembilan? Terlalu pagi, Sasuke. Kau akan lama menungguku"

"Siapkan sarapan untukku. Aku bisa sarapan sambil menunggumu bersiap"

"Terserah kau saja"

"Hn"

Naruto menyerah. Ini masih terlalu pagi untuk berdebat dengan Sasuke dan ia tak ingin merusak moodnya hari ini hanya untuk meladeni ocehan Sasuke.

.

.

.

Pukul 08.56 a.m Naruto telah selesai menyiapkan sarapan paginya, dengan jatah untuk Sasuke juga tentunya. Dua piring dengan pancake madu dan susu hangat terhidang di atas meja ruang tamunya. Ia tak terlalu bisa memegang pisau karena beberapa ruas jarinya patah sehingga memutuskan membuat pancake yang paling gampang. Sekarang tinggal menunggu pemesan sarapannya datang.

Dan benar saja, baru saja Naruto melepas apron masaknya, bel apartemennya berbunyi dan Naruto tahu bahwa itu pasti Sasuke. Tak akan ada tamu yg datang ke apartemennya zelain Sasuke.

Sasuke langsung memasuki apartemen Naruto begitu pintu terbuka. Ia mendudukkan pantatnya di belakang meja diruang tamu Naruto dimana disana terhidang pancake hangat dan lelehan madu diatasnya.

"Temani dulu aku sarapan. Baru kau bisa bersiap untuk briefingmu" ucap Sasuke saat Naruto melewatinya begitu saja. Ucapan Sasuke lebih mirip perintah dari pada permohonan. Naruto tak punya pilihan. Lagi pula ia juga belum menyantap sarapannya pagi ini. Tak ada salahnya sarapan dengan ditemani Sasuke.

Keduanya makan dalam hening. Hanya suara garpu yang berdenting beradu dengan piring dan pisau diatas meja. Sasuke sibuk mengiris-iris pancake madunya. Sedangkan Naruto bingung memikirkan cara memakan pancakenya dengan satu tangan. Jari-jari tangannya yang patah terasa ngilu saat ia paksa untuk memegang pisau memotong pancake. Alhasil ia menusuk pancakenya dengan garpu kemudian menggigitnya langsung. Cukup efektif. Ia bisa menghabiskan sarapannya dengan cepat, meskipun terlihat sangat tidak anggun untuk ukuran wanita.

Baru saja Naruto menelan gigitan pancake nya yang pertama, Sasuke menyodorkan piringnya ke arah Naruto. Menukarkan piringnya yang berisi pancake yang telah terpotong-potong kecil seukuran suapan dengan piring milik Naruto.

"Gaya makanmu sungguh tidak anggun" Cibir Sasuke.

"Jariku patah, ingat? Aku juga tak mau terlihat begitu payah di depanmu"

Sasuke terdiam. Benar kata Naruto. Ia tak pernah  menginginkan selalu menjadi korban bully para fangirls Sasuke. Hanya saja kini menjadi kesenangan Sasuke untuk menggoda Naruto dan membuatnya jengkel seperti sekarang. Lihat saja ekspresi cemberutnya yang bikin hati Sasuke semakin doki-doki tak karuan. Ekspresi kesal Naruto malah membuat Saauke makin gemas sendiri.

"Kenapa kau malah senyum-senyum sendiri?" suara marah Naruto membuyarkan lamunan singkat Sasuke. Entah sejak kapan Sasuke tersenyum. Andai saja fangirlsnya melihat senyum itu, pasti semua sudah mimisan dan berteriak histeris.

"Habiskan saja sarapanmu"

Sasuke kembali mengiris-iris pancake yang sudah tak utuh lagi dengan sisa gigitan Naruto di satu sisinya. Toh tidak mengurangi kenikmatannya. Ia lalu melahap sarapannya. Menikmati tiap iris pancake yang masuk kedalam mulutnya. Harus ia akui bahwa Naruto pandai memanjakan lidahnya. Setiap makanan yang Naruto sajikan selalu terasa enak di lidahnya.

Selesai sarapan, Sasuke menghabiskan waktu dengan memelototi televisi mungil di ruang tamu naruto. Tangannya tak berhenti menekan tombol remot untuk mengganti channel siaran. Ia terbiasa menonton televisi kabel berbayar dan acara di televisi tak berbayar sungguh membosankan untuknya. Akhirnya ia menghentikan aktifitas menekan tombol remot televisi Naruto dan membiarkan televisi menayangkan acara berita nasional. Sedangkan Naruto sudah langsung meluncur ke kamar mandi begitu potongan terakhir pancake di piringnya masuk ke dalam mulutnya. Ia tak mau datang terlambat dan mengecewakan kiba.

Setengah jam Sasuke menunggu Naruto bersiap. Ia bosan menunggu hanya dengan menonton televisi. Ia lalu berdiri dan sedikit mengeksplore ruangan apartemen Naruto. Ia ingin sedikit tahu mengenai kehidupan pribadi kekasihnya.

Didepan meja televisi nampak beberapa pajangan hasil kerajinan tangannya. Beberapa lampion kecil, bunga kain dengan vas berbentuk unik, dan beberapa foto Naruto bersama sang ibu. Saat Naruto memakai seragam TK dengan rambut dikepang yang sangat manis. Mungkin lain kali Sasuke harus menggandakan foto ini untuk ditaruh didompetnya. Ada pula foto saat Naruto memakai seragam sekolah dasar bersama sang ibu saat kelulusan. Dan sebuah foto Naruto disebuah taman dengan sang ibu duduk diatas kursi roda. Meski terpancar kebahagiaan disana tampak wajah ibu Naruto yang sangat pucat. Ada yang menarik bagi Sasuke dari foto tersebut. Tak ada satupun foto Naruto bersama ayahnya. Dan juga mata ibunya berbeda dengan mata Naruto. Mungkin jika ada foto ayahnya disana, ia bisa membandingkannya dengan mata kekasihnya itu.

"Mencari sesuatu, pangeran?" tanya Naruto saat Sasuke tak menyadari kehadirannya.

"Hn. Tak kusangka kau dulu semanis ini"

"Jangan mengejekku!"

"Hn"

"Ayo berangkat. Aku sudah siap"

"Hn"

Sasuke sedikit terpesona oleh dandanan Naruto kini. Make up tipis yang dikenakan kekasihnya itu membuatnya terlihat berbeda. Apalagi sanggulan rambut sederhana Naruto diatas tengkuknya membuatnya semakin menawan. Jika saja bukan karena seragam kemeja putih berompi hitam khas pramusaji yg dikenakannya sekarang, pasti ia lebih mirip seorang putri dari negeri dongeng.

"Sasuke??" tanya Naruto bingung saat Sasuke justru diam menatapnya. Andai naruto tahu bahwa kini Sasuke tengah terpesona olehnya.

"Hn"

"Kau kenapa? Sakit?"

"Hn"

Naruto langsung menempelkan punggung tangannya pada kening Sasuke,

memeriksa suhu tubuh Sasuke.

"Kau tidak demam, tapi pipimu memerah. Kau baik-baik saja?"

"Hn"

"Ayo berangkat. Aku tak mau terlambat"

"Tunggu"

"Kenapa?" tanya Naruto bingung. Ia sudah beranjak akan berangkat tetapi tangannya justru ditahan oleh Sasuke.

"Boleh kita foto selfie bersama?" ajak Sasuke sambil memalingkan wajahnya menahan malu. Baru kali ini ia mengajak seorang gafis berfoto bersama,  biasanya dirinya lah yang selalu dipaksa untuk ber-selfie bersama fangirlsnya.

"Untuk apa?"

"Sudah. Cepat bilang cheeseee!" ucap Sasuke cepat sambil memeluk Naruto dari belakang dan mengarahkan kamera handphone nya ke depan wajah mereka berdua. Naruto yang kaget hanya memasang wajah melongo, sedang wajah Sasuke terbingkai apik dengan wajah senyum yang membuatnya makin menawan. Sasuke menjepretkan kamera handphonenya beberapa kali namun tak ada satupun wajah Naruto yang tersenyum. Sasuke hanya cekikikan saja melihat hasil jepretannya.

"Kemarikan handphone mu, Sasuke!"

"Tidak mau"

"Pasti mukaku tadi aneh. Kau menjepret tanpa aba-aba terlebih dahulu"

"Bukankah tadi aku sudah bilang 'cheese' padamu"

"Terserah kau sajalah. Ayo cepat berangkat"

"Hn"

Naruto tanpa sadar menggandeng tangan Sasuke, menariknya untuk keluar dari apartemennya. Sasuke senang saja diperlakukan seperti itu oleh Naruto. Ada sensasi sengatan listrik kecil di dalam perutnya saat jemari Naruto bertaut dengan tangannya. Baru kali ini Sasuke merasakannya dan itu seperti candu untuknya agar selalu berdekatan dengan Naruto. So, is this love??

Sasuke membukakan pintu mobilnya layaknya seorang gentlement untuk Naruto. Kemudian melajukan mobilnya ke alamat yang ditunjukkan Naruto. Ia tak terlalu banyak ngobrol dengan Naruto dan lebih berkonsentrasi pada jalan didepannya. Ia harus mengendalikan hormon masa mudanya agar tidak menerjang bibir ranum Naruto yang kini dipoles manis berwarna pink muda mengkilap. Jangan lupakan juga pipi Naruto yang sedikit dipoles blush on yang mambuatnya makin merona. Shitt!! Ini benar-benar menguji keimanannya.

Sekitar dua puluh menit perjalanan menuju tempat kerja sambilan Naruto. Sasuke membelokkan mobilnya menuju sebuah gedung yang alamatnya tadi ditunjukkan Naruto. Sasuke mengenali tempat ini. Sebuah bangunan bergaya eropa modern dengan di dominasi kaca yang selalu menjadi favorit kakaknya. Ya, kini ia berada di salah satu gedung kantor milik kakaknya. Dan ia tak menyangka Naruto kini bekerja dibawah perintah Itachi. Entah mengapa hal itu mengganggu pikirannya. Ya, meski Naruto bekerja disini hanya untuk hari ini saja.

Sasuke yang membawa salah satu mobil sportnya menjadi pusat perhatian dilahan parkir. Ia otomatis memarkir mobilnya di space khusus para petinggi perusahaan karena kebiasaan. Sasuke pernah beberapa kali berkunjung ke kantor kakaknya untuk sekadar menghabiskan waktu atau membantu beberapa pekerjaan kakaknya.

"Sasuke, sepertinya kau salah parkir. Ini area khusus petinggi perusahaan. Disana ada papan pemberitahuannya"

"Owh, benar juga. Aku tak melihatnya tadi. Tunggu sebentar, aku akan memutar ke area parkir umum" ucapnya sambil sedikit menyembunyikan senyum geli diantara ucapannya.

"Turunkan saja aku di pintu aula utama. Breaving dilaksanakan disana. Aku tak perlu berjalan memutar dari tempat parkir. Kau bisa langsung pulang"

Ctakk

Sasuke menjitak dahi Naruto pelan.

"Awww!! Sakit,Sasuke!"

"Seharusnya kau mengucapkan terima kasih dan bukan malah mengusirku" ucapnya sambil tersenyum lembut. Ia lalu melajukan mobilnya kearah aula. Memberhentikannya tepat didepan pintu utama kemudian hendak turun membukakan pintu untuk Naruto. Hanya saja Naruto lebih duku mencegahnya.

"Kau tak perlu melakukan ini, Sasuke. Aku bisa membuka pintu mobil sendiri" ucap Naruto tersipu dengan wajah tertunduk. Ia tahu kini mereka berdua menjadi tontonan untuk para pekerja.

"Apakah sebegitu sulitnya mengucapkan terima kasih, Naruto?"

"Bukan begitu, Sasuke. Kau berlebihan"

"Apanya yang berlebihan?"

"Semua ini"

"Terserah kau sajalah Naruto. Mana ucapan terima kasihku?" ucap Sasuke sambil mendekatkan pipinya di dekat wajah Naruto. Ia meminta sebuah ciuman sebagai ucapan terima kasih.

"Banyak yang melihat,Sasuke. Aku malu"

"Jadi kalau tak ada yang melihat kau mau?" godanya dengan senyum genit. Naruto membuang muka menyembunyikan wajahnya menahan malu.

"Sudah. Aku pergi. Terima kasih tumpangannya"

Naruto berlalu meninggalkan Sasuke didalam mobil. Segera menghampiri kiba yang sedari tadi celingukan mencarinya. Ia tak menyadari sepasang mata Sasuke yang terus mengekori gerak-geriknya. Tak menyukai Naruto yang kini tersenyum ramah ke kiba dan mengikuti kemana kiba pergi. Sasuke geram. Tak suka apa yang ia klaim sebagai miliknya 'disentuh' orang lain. Ia semakin murka ketika melihat gelagat Kiba yang terlihat jelas menyukai Naruto. Tak tahan menahan emosi yang kian di ubun-ubun, Sasuke turun dari mobilnya, membiarkannya terparkir sembarangan di depan pintu aula utama.

Ia berjalan tergesa. Menghampiri Naruto yang sejak beberapa hari yang lalu telah menjadi kekasihnya. Naruto yang berdiri membelakanginya terkejut saat Sasuke tiba-tiba melingkarkan tangannya di pinggangnya dan sedikit menariknya mendekatkan pada tubuhnya.

"Sasuke??" tanya Naruto kaget dan sedikit menggeliat dalam dekapan tangan Sasuke. Pipinya kembali merona, sedikit malu mengumbar kemesraan dengan Sasuke didepan umum.

"Hn"

"Kenapa kemari?"

"Tiba-tiba aku ingin menagih bayaranku"

"Bayaran?"

"Bayaran karena telah mengantarmu kemari pagi ini" ucap Sasuke sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. Reflek Naruto menjauhkan wajahnya dari wajah Sasuke. Meronta agar bisa lepas.

"Aku janji membayarnya nanti"

"Hn??" gumam Sasuke dengan ekspresi tidak percaya. Ia menuntut kesungguhan dalam ucapan Naruto.

"Plus bunganya" ucap Naruto dengan anggukan mantap. Detik berikutnya ia langsung membekap mulutnya tak percaya. Ia keceplosan. Tujuan awlanya ia hanya ingin segera mengakhiri permainan Uchiha yang kini sukses membuatnya jadi pusat perhatian seluruh aula.

"Yakin??"

"Tentu. Sekarang lepaskan aku"

Sasuke mengendurkan pelukannya. Mengedarkan pandangan disekitar aula. Bagus. Kini semua orang sudah tahu bahwa Naruto adalah miliknya. Ia berpura-pura baru menyadari keberadaan kiba di depan Naruto yang kini melongo melihat adegan mesra cewek incarannya bersama sang kekasih.

"Kenapa kau berdiri di sini?" ucap sasuke acuh. Merasa terganggu dengan keberadaan Kiba. Padahal kiba sudah lebih dulu berdiri disitu ketimbang sasuke. Entahlah. Ia hanya ingin memberi gertakan saja.

"Berbicaralah dengan sedikit sopan,Sasuke"

"Hn"

"Dia Kiba. Temanku. Dia yang mengajakku untuk bekerja disini. Kiba, ini Sasuke"

"Hai Sasuke" salam kiba dengan cengiran khas nya. Tak lupa ia mengulurkan tangannya berniat berjabat tangan.

"Sasuke Uchiha. Kekasih Naruto" ucapnya memperkenalkan diri.

"Senang berkenalan denganmu, Uchiha-san"

"Hn"

Sasuke menjabat tangan Kiba. Merasa berhasil mengusir lalat pengganggu. Ia tak menyadari sepasang mata mengawasinya sedari tadi. Sepasang mata yang menahan tawa geli melihat tingkah kekanakannya terhadap Naruto.


.

.

.

.

.

Malam ini sungguh terasa berat untuk Naruto. Ia mendapat jatah untuk pelayan tengah. Dalam event organizer, ada beberapa pembagian jatah pelayan. Pelayan depan yang bertugas membukakan pintu, menyapa tamu yang datang dan mempersilahkan tamu undangan untuk mengisi buku tamu. Pelayan tengah adalah yang bertugas mondar-mandir membawa nampan berisi minuman, mengecek ketersediaan makanan di meja saji dan melayani permintaan para tamu. Serta pelayan belakang yang bertugas di dapur. Padahal tadi ia berharap akan mendapatkan jatah depan agar beberapa ruas jarinya yang patah tak akan terlalu terbebani berat nampan berisi gelas minuman. Tapi ia harus professional. Ia sudah terlanjur menyanggupi untuk pekerjaan ini. Dan di sinilah naruto kini. Ia sudah berjalan mondar-mandir keliling ruangan lebih dari satu jam yang lalu. Berkeliling sambil menawarkan gelas minuman kepada para tamu. Jari-jari tangan kanannya sudah sedikit kebas karena terlalu lama ia paksakan untuk menyangga nampan. Tapi ia tak punya pilihan lain. Ia dibayar untuk itu.


Naruto sedikit terkejut saat melihat Sasuke datang dengan setelan tuksedo rapi. Bersamanya seseorang yang serupa dengannya dengan rambut sepanjang bahu yang diikat rapi diatas tengkuknya. Seseorang yang tadi pagi sempat datang diacara breaving dan gladi resik untuk memberikan pengarahan dan memperkenalkan diri sebagai owner event organizer ini. Betapa bodohnya Naruto bahwa baru kini ia menyadari bahwa bosnya bermarga sama dengan kekasihnya, yakni Uchiha. Melihat kemiripan keduanya, bisa disimpulkan bahwa itu pastilah kakak Sasuke.


Sasuke berjalan masuk dengan wajah datar andalannya. Berbeda dengan Uchiha sulung yang lebih ramah mengumbar senyum kepada pada para tamu yang menyapanya dan beberapa wartawan yang mengarahkan kamera ke arahnya. Ya, meskipun hanya senyum palsu.

Naruto sedikit mengurangi kemunculannya di area yang berdekatan dengan sasuke. Takut jika ia justru merepotkan kekasihnya itu. Ia tak kan heran jika tiba-tiba Sasuke berpura-pura tak mengenalinya. Dari kejauhan ia bisa melihat mata Sasuke yang terus mengikuti gerak-geriknya dan terlihat marah ketika Naruto tersenyum ramah kepada tamu undangan untk sekedar menawarkan minuman dalam nampannya. Abaikan sifat kekanakan Sasuke. Naruto kini semakin mempersempit ruang geraknya dalam ruangan. Disalah satu sudut terlihat gerombolan Sakura cs yang sedang asyik mengobrol tentang gosip-gosip terhangat. Bagaimana bisa Sakura diundang ke acara pesta seperti ini. Ia tak mau cari masalah. Cukuplah kemarin beberapa jarinya patah. Ia tak mau menambah deretan pesakitan ditubuhnya gara-gara berurusan dengan Sakura.


Sekelebat pandangan Naruto dan Sakura bertemu. Ia tak sengaja terus memperhatikan Sakura untuk terus menghindari keberadaan gadis itu. Terlihat seringaian dari wajah Sakura. Ia lalu menghampiri Naruto. Berpura-pura meminta minuman pada Naruto.

"Hemmm.. Kau sungguh cocok dengan seragammu itu"

"Terima kasih pujian anda, Nona. Ada lagi yang bisa saya bantu?" Naruto sedikit membungkukkan badannya. Memberi hormat agar Sakura tak lagi berulah.

"Tidak ada. Sekarang kau pergilah"

Dan ketika Naruto beranjak pergi, salah satu kaki Sakura menjegal langkah Naruto. Naruto jatuh terjerembab. Dentingan pecahan gelas kaca yang beradu dengan lantai menjadi penyenyap hingar bingar pesta. Sakura berlalu. Sengaja sedikit menginjak ruas jari Naruto yang terlihat dibebat tebal.

"Enggrrhhhh" Naruto menahan suara teriakannya merasakan sakit luar biasa pada tangannya. Ia yakin pasti kini jari-jarinya patah. Ia juga merasakan perih disekujur tubuhnya. Mungkin beberapa pecahan gelas masuk menembus kulitnya. Samar-samar ia melihat Kiba mendekat. Membantunya berdiri. Disana juga ada Sasuke yang mendamprat Sakura habis-habisan. Naruto masih sempat mendengar Sasuke memaksa Sakura untuk meminta maaf padanya. Hanya saja Naruto lelah. Ia menyerah dengan rasa sakitnya. Membiarkan kegelapan menguasai kesadarannya.

"Sasuke, tolong.."




To be continue😭


Note :

Maafkan vita yang luaaaammmmaaa buuuaaanggettt up date. Karena beberapa hal (naskah ilang beserta HP) vita jadi sedikit kehilangan semangat nulis. Tapi berkat dukungan kalian, para reader kece yang selalu meninggalkan jejak vote dan komen, aku jadi mau lanjut nulis lagi... Yaayyy.. Tak lupa ucapin banyak terima kasih juga buat para silence reader yang mau mampir nyempatin baca tulisan Vita yang abal-abal ini. Aku tahu kalian juga merupakan bagian dari semangatku untuk terus lanjut nulis (meski dengan jadwal update yang seenak udel saya sendiri)


Sedikit berbeda dr naskah awal. Vita tidak memiliki ingatan untuk mengingat apa yang sudah vita tulis dulu😭😭😭


Don't forget to hit the star icon and leave your comment yaa... Vita always love you all..

Btw, kemarin (27/11) Vita birthday lhoo..
Adakah yang mau ngucapin met ultah?
😝😝😝

Continue Reading

You'll Also Like

217K 17.7K 90
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
47.3K 8.1K 12
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
63.8K 8.5K 92
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy reading💜
160K 25.6K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...