SELAMAT MALAM
INGAT TYPO DIMANA-MANA
HAPPY READING....
"aha!!" ucapku mendapatkan ide
"mata Cyanku" ucapku teringat dengan kemampuan mataku itu
"baiklah" ucapku dengan langsung memejamkan mataku agak lama dan kembali aku buka, sehingga terlihatlah sebuah visual yang agak berbeda dengan mata biru es yang visualnya normal
"aliran tabung ini, kemana perginya?" tanyaku sambil menatap salah satu tabung, akupun langsung mengikuti aliran yang mengendalikan mereka semua, aku berjalan tanpa melihat benda apapun, aku begitu fokus melihat aliran ini
"hah!" ucap kagetku ketika aliran ini menuju perapian tua, yang dibaliknya terdapat ruangan tersembunyi, dengan cepat aku membuka jalan perapian tua itu dan segera memasukinya, disana aku kembali mencari aliran itu dan
"ketemu!" ucapku senang karena aliran itu berada tepat dibawahku
"bagaimana lagi ini?" tanyaku berpikir, tanpa sengaja aku melihat tembok beton bekas foto pernikahan orang tuaku, disana tampak tombol berwarna putih
"itu dia!" ucapku dan segera mendekatinya
"semoga saja bisa terbuka" ucapku, perlahan-lahan aku mendekatkan tanganku ke tomol tersebut, hingga
"tekk" suaranya begitu pelan, tetap setelah itu
"drdrttdrtttdrtttdrrtrttt" tempat ini bergetar seperti adanya gempa, tetapi permukaan aliran tadi terbuka, keluarlah sebuah meja berbentuk bintang
"waw!" ucapku
ujung meja berbentuk bintang tadi mengeluarkan sebuah hologram garis dan bersatu keatas hingga mengerucut dan menjadi sebuah limas, lalu keluarlah sebuah tombol didalamnya, terlihatlah sepuluh tombol dengan berwarna berbeda, aku melihat tombol warna pink yang memudar
"itu pasti untuk ibu" ucapku
"sekarang bagaimana lagi menekan tombol itu, ada sebuah hologram yang melindunginya" ucapku lagi sambil berpikir, karena mata Cyan ini hanya diam saja, tidak memperlihatkan data ataupun yang lainnya
"sebaiknya aku coba terlebih dahulu" ucapku untuk mencoba memasukan tanganku kedalam hologram itu, perlahan-demi perlahan aku mulai mendekati hologram itu dan jari telunjukku sudah begitu dekat dengan hologram tipis transparan itu namun terlihat berwarna biru, hingga akhirnya
"hanya Profesor Denta dan keturunannya saja yang dapat menekannya" sebuah hologram yang menampilakan tulisan membuatku begitu kaget.
karena mengetahui hal itu, dengan cepat aku langsung memasukan tanganku, kini aku berhasil memasukinya "sedikit lagi" ucapku untuk menekan tombol berbeda warna itu
"prakk!" terdengar suara ketika aku menekan tombol itu, karena tombolnya begitu kecil dan berdekatan dengan cepat aku langsung menekannya secara bersamaan
"tushhhh, tushhhhh" terdengar suara tabung, dengan cepat aku menuju ketempat tabung, saat aku lihat, tabung itu mengeluarkan sebuah asap yang mengelilingi tubuh mereka, tidak lama setelah itu tabung itu terbuka dengan sendirinya, aku hanya diam berdiri menunggu mereka bangkit
"ayolah! bangun" ucapku dalam hati
"bangun! bangun! bangun!" ucapku seperti menyemangati orang yang sedang berusaha
tangan mereka mulai bergerak, aku yang melihatnya begitu geram, ingin sekali tangan mereka langsung aku lempar
"ayo! ayo! ayo!" ucapku seperti orang menonton sepak bola
"ayolah!" ucapku tidak sabar hingga akhirnya mata mereka mulai terbuka, mereka hanya menatap keatas, aku tahu pasti mereka begitu kaku karena sudah bertahun-tahun tubuhnya hanya diam tidak berkutik sekalipun
"lanjutkan" gumamku, tangan mereka mulai memegang tepi tabung yang atasnya terbuka sehingga mereka bisa duduk, ketiak mereka semua duduk mereka langsung melirik kesana-kemari, anehnya dengan cepat mereka bisa normal, padahal tadi mereka begitu kaku
mereka sudah mulai bangun, bahkan dari beberapa sudah berdiri, hanya tatapan kosong yang aku lihat, aku hanya diam sampai mereka semua melihatku, hingga akhirnya
"siapa kamu?" tanya seorang wanita berambut merah panjang bernama Sully itu, dan semuanya langsung menatap kearahku
"Putri Stina! apakah itu kamu?" tanya terkejut seorang wanita berambut putih panjang bernama Flyn
"hmmm, aku bukan Stina" ucapku
"itu memang benar, karena kamu begitu muda" ucap pria berambut ungu gelap bernama Jack
"bukannya Stina sudah meninggal?" tanya seorang wanita berambut putih sebahu yang pasti dia adalah kakak dari nona Grace, bernama Alice
"ibuku memang sudah meninggal" ucapku pelan, dan mereka semua langsung menatapku terkejut
"ibu!!" ucap kaget mereka semua
"jadi kamu anaknya Putri Stina dan alan?" tanya pria berambut kuning pudar panjang bernama William, aku hanya mengangguku
"orang tuaku sudah meninggal" ucapku lagi
"alan juga meninggal!" ucap kaget pria berambut hitam panjang yang bernama Ray
"lalu untuk apa kami diselamatakan?, kami ini berbahaya, lihatlah mata kami! kemampuannya sangat terkutuk" ucap pria berambut hijau cerah yang bernama Thomas
"sebetulnya itu hanya lensa mata" ucapku menunduk
"lensa mata! benarkah?" tanya kaget nona Alice
"Flyn coba kamu cek" ucap nona Alice ke Nona Flyn, nona Flyn langsung mengecek matanya, tidak lama lensa mata itu terlepas
"memang benar! ini lensa mata, lihatlah! mataku berwarna hitam" ucap nona Flyn sambil tersenyum
"jadi?" tanya nona Alice
"kita tidak perlu takut melukai orang lain lagi" ucap tuan Thomas
"terimakasih" ucap kompak mereka
"omong-omong dimana kita?" tanya pria berambut kuning keemasan bernama Siu
"ini adalah ruang rahasia bawah tanah, dan diatasnya adalah gedung Amazing Eyes Academy" ucapku sambil tersenyum
"gedung!" ucap kaget tuan Brass, dengan rambut berwarna abu-abu
"Amazing Eyes Academy!" ucap kaget semuanya
"jadi sekarang ada Academy nya? agar orang yang memiliki mata berkemampuan belajar?" tanya nona Sully
"benar! dan sekarang yang mengurusnya adalah nona Grace" ucapku
"Grace?!" tanya kaget nona Alice, walaupun kaget tapi terlihat bahwa dia itu sangat bahagia
"aku ingin lihat adikmu" ucap nona Flyn
"sebenarnya aku ingin bertanya kepada kalian" ucapku ragu
"bertanya apa?" tanya nona Alice
"apakah kalian bisa menceritakan tentang planet Zaverius dan tujuan kalian datang kemari?" ucapku dan mereka hanya diam saja
"tolonglah! namaku Steny! anak dari Putri Stina! dan memiliki mata dengan kemampuan ES!" ucapku tegas
"Es! keren juga!" ucap tuan Ray
"apakah penampilan ibuku seperti ini?" tanyaku, dengan cepat aku merubah mata biru es ku menjadi pink, dan akhirnya aku mengenakan gaun pink dengan aksen putih ala putri kerajaan, dengan rambut pink panjang dengan ujung bergelombang serta tiara yang diujungnya terdapat batu permata berwarna warni
"Putri Steny!" ucap kompak mereka senang
"ada apa?" tanyaku melihat mereka begitu senang
"ternyata kamu mewarisi kekuatan kerajaan Lozency" ucap senang nona Alice
"akhirnya, kita masih punya tujuan untuk hidup, yaitu melindungi putri Steny" ucap tuan Ray
"kamu benar! kita masih punya tujuan untuk hidup" ucap tuan Jack
"walaupun kita tidak mempunyai mata yang memiliki kemampuan" ucap tuan William
"disini semua orang memanggil mata itu dengan sebutan mata bakat alam" ucapku
"mata bakat alam! ya memang benar, mata bakat alam yang tidak sengaja turun dari planet Zaverius" ucap tuan Thomas
"tunggu sebentar!" ucapku sambil mengotak-atik jam canggihku
"apa itu?" tanya nona Alice
"diam saja, kita berada di jaman berbeda, dulu kita hanya tahu senjata yang keluar dari bola, sedangkan ini, nanti juga kita akan mengetahuinya" ucap noan Flyn
"memang benar!" ucap tuan Siu, aku langsung mengeluarkan teleportasiku untuk menuju kamar tidur baruku yang begitu besar
tidak lama sebuah lingkaran keluar, aku melihat mereka menatap terkejut
"yang aku tahu! teleportasi itu berwarna ungu gelap, dan kini kenapa berwarna biru cerah?" ucap nona Sully
"ini teleportasi buatan dari teknologi!" ucapku
"silahkan masuk!" ucapku, dan mereka hanya mengangguk, lalu satu persatu mereka langsung masuk ke dalam teleportasi.
TERIMAKASIH UNTUK YANG SUDAH MEMBACA
SEDANGKAN SILENT READERS, TERIMAKASIH JUGA WALAUPUN HANYA SETENGAH HATI WKWKWKWk
JANGAN LUPA VOMETNYA