ELFARGA

By jeantandungan

1.7M 55.9K 2.1K

[DILARANG PLAGIAT!] Fellicya Arscharlie. Gadis yang unggul dalam seni beladiri, namun tak unggul dalam urusan... More

First Of All
Elfarga | One
Elfarga | Two
Elfarga | Three
Elfarga | Four
Elfarga | Five
Elfarga | Six
Elfarga | Seven
Elfarga | Eight
Elfarga | Nine
Elfarga | Ten
Elfarga | Eleven
Elfarga | Twelve
Elfarga | Thirteen
Elfarga | Fourteen
Elfarga | Fifteen
Elfarga | Sixteen
Elfarga | Seventeen
Elfarga | Eighteen
Elfarga | Nineteen
Elfarga | Twenty
Elfarga | Twenty One
Elfarga | Twenty Three
Elfarga | Twenty Four
Elfarga | Twenty Five
Elfarga | Twenty Six
Elfarga | Twenty Seven
Elfarga | Twenty Eight
Elfarga | Twenty Nine
Elfarga | Thirty
Elfarga | Thirty One
Elfarga | Thirty Two
Elfarga | Thirty Three
Elfarga | Thirty Four
Elfarga | Thirty Five
Elfarga | Thirty Six
Elfarga | Thirty Seven
Elfarga | Thirty Eight
Elfarga | Thirty Nine

Elfarga | Twenty Two

26.1K 1.1K 20
By jeantandungan


***

Bel pulang sudah bunyi beberapa menit yang lalu, tetapi seluruh murid XI-3 belum pulang, termasuk Felli, Rini, dan juga Nisa. Alasannya? Mereka sedang membahas tugas kelompok yang baru saja diberikan jam terakhir tadi. Dan kalian mau tahu? Besok pagi harus dikumpulkan dan tidak boleh ada satu pun kelompok yang terlambat. Jikalau ada, maka kelompok itu tidak akan diikutkan ulangan akhir semester. Luar biasa.

Teman sekelas Felli sudah banyak yang marah-marah sama guru yang memberikan tugas itu. Malah ada yang menyumpahkan semoga guru itu besok sakit. Kejam, ya? Tapi lebih kejam si guru yang disumpahin itu. Felli mencoba berpikir positif. Mungkin guru itu ingin melatih kecepatan dan kerjasama kelompok, jadi deadline-nya mepet.

Kelompok Felli sendiri terdiri dari lima orang. Isinya ada Felli, Rini, Nisa, dan dua cowok. Namanya Faiz dan Irsan. Felli perhatikan penampilan mereka, sepertinya mereka orangnya bodo amatan dengan pelajaran. Disaat Felli, Rini dan Nisa membahas tentang lokasi untuk mengerjakan tugas, mereka malah memilih untuk pergi ke sudut kelas dan bermain game disana. Rini sudah menegur, tetapi mereka tidak peduli.

Rini tadi hampir terbawa emosi, hanya saja Felli berusaha menenangkan. Jika Rini emosi, bisa-bisa ada adegan baku hantam di kelas mereka. Felli bilang ke Rini dan Nisa jika mereka nanti dikasih pengecualian saja ditugas. Maksudnya, didaftar nama kelompok, nama mereka ditaruh tulisan 'Tidak aktif' di sampingnya agar guru tahu jika mereka tidak membantu mengerjakan tugasnya.

Setelah berbicara panjang, akhirnya mereka sepakat untuk mengerjakan tugasnya di rumah Rini karena rumah Rini letaknya ditengah-tengah. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Felli. Jalan kaki bisa kok, tapi sampainya dua jam kemudian. Katanya di rumah Rini juga tidak ada orang, jadi bebas mau melakukan apa saja.

"Fix ya di rumah gue? Ngumpulnya jam empat, artinya masih satu jam lagi." Rini mengutarakan hasil final.

"Oke, sip! Paling gue ganti baju aja terus langsung ke rumah lo." Kata Felli.

"Iya. Lo juga, Nis. Nanti makan di rumah gue aja. Oke? Yuk balik, nanti keburu malam lagi ngerjain tugasnya." Rini memakai tasnya lalu langsung menarik tanganku dan Nisa untuk pulang. Felli tidak lupa untuk pamit ke teman-teman sekelasnya yang masih sibuk mengurus kelompok mereka.

Tugasnya sebenarnya tidak susah-susah amat, tapi memang membutuhkan kekompakan teman kelompok. Kalau tidak kompak, tugasnya akan susah dikerjakan.

Hari ini, Felli tidak pulang bersama Mark karena kelas dua belas sudah mulai mendapat pelajaran tambahan. Tidak setiap hari memang, tatepi hari ini bertepatan dengan belajar tambahan kelasnya Mark. Jadinya, Felli pulang sendiri. Rini menawarkan ke Felli untuk nebeng, tapi ia menolak karena Felli ingin tahu bagaimana rasanya naik angkot di Jakarta. Waktu itu tidak jadi karena ada cowok yang tiba-tiba datang dan menawarkan untuk diantar sama cowok itu. Kalian masih ingat Danendra, 'kan? Pasti masih.

Lumayan banyak juga yang menunggu angkot. Hanya saja, Felli masih merasa asing dengan mereka. Ya namanya juga siswi pindahan.

Karena gabut karena angkotnya belum datang-datang juga, Felli main ponsel buat mengecek postingan teman-temannya diinstagram. Sesekali Felli memasang telinganya untuk mendengarkan apa yang orang-orang di sekitarnya gosipkan. Suasananya lumayan ribut karena mereka semua mengobrol. Sedangkan Felli? Hanya menunduk sambil main ponsel. Sesekali ia mengangkat pandangan untuk mengecek angkot sudah datang atau belum.

Brum! Brum! Pip! Pip!

Seketika suara orang bicara disekitarnya langsung lenyap. Yang tadinya mereka sedang gosip ria sampai cekikikan langsung hilang seiring dengan suara motor yang berhenti di depan Felli. Tanpa Felli lihat pun, ia tahu kalau ada sebuah motor yang berhenti di depannya. Merasa bukan urusannya, Felli tidak mau lihat ada apa gerangan dan milih buat lanjut melihat postingan teman-temannya.

"Piu! Cewek, sombong amat!"

Felli merasa pernah mendengar suara ini. Ia langsung mengangkat pandangan. Felli kaget. Ternyata, orang yang berhenti di depannya itu Danendra. Termasuk yang berbicara tadi. Ia menengok ke belakang, memastikan kalau Danendra bicara dengannya karena matanya melihat ke arah Felli. Kali saja Danendra berbicara dengan orang di belakangnya. Malu, bro.

"Ngomong sama gue?" Felli menunjuk dirinya sendiri, lalu melirik orang-orang disekitarnya yang sedang memperhatikan dirinya dan Danendra. Danendra tersenyum tipis, lalu membuka helmnya. Tidak sampai disitu, dia mengacak rambutnya lagi sampai berantakan, seperti waktu itu. Tidak sengaja telinga Felli mendengar suara jeritan yang ditahan. Sepertinya para cewek yang ada disana langsung ambyar melihat Danendra seperti itu.

"Sama siapa lagi emang? Pohon?" Danendra lalu tertawa kecil. Felli  melihat Danendra dari ujung kaki sampai ujung rambut. Celananya sudah tidak terlalu banyak robekannya. Hanya satu, itupun dilutut saja, terus pakai baju kaos dilapis sama boomber warna navy. Tipe-tipe badboy yang suka bikin cewek-cewek baper sepertinya. Tapi mudah-mudahan penilaian Felli salah.

"Oh, kirain bukan sama gue. Kenapa, ya?" Felli langsung menanyakan apa maksud dan tujuannya menyapa.

"Lo nungguin siapa?" Tanya Danendra, masih duduk diatas motornya.

"Dijemput."

"Sama pacar?"

"Sopir angkot."

Danendra ketawa ganteng sambil geleng-geleng. Untung ganteng, jadi terampuni. Felli hanya menatap dia datar. Ya masa Felli ikutan ketawa? 'Kan Felli tidak sedang melucu.

"Yuk bareng! Kebetulan gue mau ke arah rumah lo."

Felli sebenarnya agak kesal, soalnya acara naik angkotnya selalu batal karena Danendra.

"Enggak usah. Gue mau naik angkot aja."

"Kenapa?"

Felli berpikir sebentar, mencari alasan yang masuk akal agar Danendra membiarkannya naik angkot. Soalnya feeling-nya berkata kalau cowok ini bakalan memaksanya untuk bareng dia, seperti waktu itu.

"Gue mau mampir bentar ke rumah temen."

"Rumah temen lo emang dimana?"

Someone tolong bawa Felli dari sini sekarang! Ia tidak menyangka kalau Danendra ini akan bertanya terus-terusan, tidak mau pergi saja. Felli itu tidak tahu harus jawab apa karena belum tahu-menahu soal jalan-jalan yang ada di Jakarta. Begini nih kalau bohong, ada saja hambatannya.

"Enggak jauh dari rumah gue kok," jawab Felli harap-harap cemas. Ia berharap Danendra mengerti dan langsung pergi, dan cemas kalau Danendra bakalan memaksa lagi.

"Berarti tetap searah dong? Kenapa nggak mau barengan sih? Takut?"

Felli gelagapan. Felli itu bukan takut sebenarnya. Alasan utamanya  menolak hanya satu, yaitu ingin merasakan naik angkot sekali saja. Agar ia juga tahu rasanya dan bisa belajar bagaimana caranya. Tapi ia susah bilangnya karena ada banyak orang disekitarnya. Mana mereka lagi memperhatikan lagi.

"Bukan takut!"

"Terus?"

Ya ampun. Danendra ini nyari ribut apa ya sama gue? Tidak peka sekali deh! Kalau gue tidak mau ya tidak mau! Tapi bilangnya bagaimana coba? Batin Felli berteriak.


Felli mengambil napas dalam, kemudian membuangnya pelan-pelan. Dengan gerakan lambat alias slow motion, ia berjalan ke motor Danendra. Bukan mau naik, bukan. Sampai di samping motor Danendra, ia memegang pundak cowok itu sebelah. Felli berjinjit, lalu berbisik ke Danendra. Awalnya Danendra bingung, tapi cowok itu langsung mengerti lalu mendekatkan kupingnya kepada Felli.

"Gue mau ngerasain naik angkot di Jakarta, soalnya baru pindah ke sini." Bisik Felli, lalu melirik orang-orang yang melihatnya bagaimana begitu. Antara kesal campur iri sepertinya. Danendra menahan ketawanya sambil menatap Felli.

"Lucu banget sih lo," kata Danendra lalu tertawa. Ia sudah tidak tahan sepertinya.

Felli mundur dan balik ke tempatnya semula. Dekat-dekat sama cogan bikin jantungnya tidak sehat. Apalagi cogan-nya macam Danendra yang kalau berbicara pasti menatap mata orang dengan lekat.

"Ya udah deh kalo gitu. Gue duluan, ya." Danendra pakai helmnya lagi, terus senyum kepada Felli. Selanjutnya, Danendra menyalakan motornya. "Bye! Hati-hati, ya!" Kata cowok itu lagi, kemudian langsung pergi begitu saja. Belum juga Felli balas bilang hati-hati juga, Danendra sudah pergi. Mau teriak juga sepertinya tidak akan didengar.

Felli tidak sengaja melihat salah satu atau mungkin lebih siswi lagi melihatnya sambil berbisik-bisik. Malah ada yang sampai menatapnya sinis. Felli sih tidak terlalu peduli dan lanjut bermain ponsel lagi. Mungkin mereka iri. Orang iri mah dibiarkan saja biar makin panas.

"Lo siapanya Kak Andra?"

Tiba-tiba ada yang bicara didekat kuping Felli, dan itu membuatnya reflek menoleh. Di sampingnya sekarang, ada cewek yang sedang menatapnya datar dan menunggu Felli menjawab pertanyaannya.

"Andra siapa, ya?" Tanya Felli bingung. Ia memang tidak tahu siapa Andra itu.

"Danendra. Cowok tadi yang dateng naik motor."

"Oh Danendra. Bukan siapa-siapa gue kok," jawab Felli apa adanya. 'Kan memang begitu adanya. Felli saja baru ketemu dua kali sama cowok itu dan hanya sekedar tahu nama.

"Beneran? Masa sih? Kok kalian kaya akrab gitu?"

Felli menggaruk kepala pelan. Pusing juga sebenarnya mau jawab apa. Dari kemarin-kemarin Felli ditanya terus. Bukannya tidak suka, tapi ia malas berpikir.

"Enggak akrab kok. Biasa aja."

"Oh, kirain lo pacaran. Gue heran aja, lo baru pindah tapi udah pacaran sama Kak Andra, cowok hits yang susah buat didapatin." Cewek itu tiba-tiba senyum, tapi senyumnya aneh. Seperti senyuman merendahkam bagaimana begitu. "Kalo sama Kak Mark? Lo ada hubungan apa?" Tanya cewek itu lagi. Temannya yang berdiri di samping cewek itu menatap Felli dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ingin ia tonjok sih sebenarnya, tapi Felli ingat tempat.

Felli menyimpan ponselnya ke dalam tas, lalu membuang napas berat. Kenapa ya, ada manusia yang tingkat kepo-nya sudah kelewatan begini?

"Kalo gue jawab pertanyaan lo, kayanya bakalan nggak habis deh pertanyaan lo," jawab Felli yang perasaannya sudah tidak enak karena merasa diintimidasi. "Mark tetangga gue. Udah jelas?" Felli tidak ngegas kok. Nada bicaranya biasa saja, ia berusaha tidak memancing keributan.

Dua cewek itu mengangguk paham. "Oh, tetanggaan doang? Baguslah. Tapi jangan sampai kepincut, ya? Soalnya dia cowok gue," kata cewek itu sinis, lalu pergi begitu saja. Temannya juga meliriknya sinis, dan menyusul cewek itu.

Felli mengelus dada. Kenapa coba ada cewek yang modelnya seperti itu? Dan ... dia bilang kalau dia itu pacarnya Mark? Apakah Felli harus percaya? Felli juga tidak tahu Mark itu lagi jomblo atau tidak, jadi mungkin saja cewek tadi memang pacarnya Mark. Dih, kalau memang dia pacarnya Mark, berarti tipe Mark benar-benar rendah. Bukan maksud merendahkan, tapi ya itu menurutnya. 

Mobil angkot tiba-tiba sudah datang. Felli kira, naiknya akan tertib seperti biasanya waktu Felli masih di Bandung. Kenyataannya? Semua langsung rebutan cepat-cepat naik sampai ada yang saling dorong. Felli masih berdiri kebingungan, lalu tiba-tiba ada tangan yang menariknya untuk menjauh dari orang-orang yang hampir saja menabrak tubuhnya. Karena bingung, Felli ikut saja ditarik mundur ke belakang padahal tidak melihat siapa yang menariknya itu.

Felli langsung menoleh dan hampir saja berteriak. Ia kaget, dan langsung mengontrol ekspresinya yang mungkin saja terlihat konyol.

"K-kak Farga?" Ucapnya sedikit terbata. Karena Farga tinggi, ia jadi mendongak supaya bisa melihat mukanya yang datar itu. Jujur, ia tidak pernah menyangka cowok itu ada disini dan menariknya menjauh dari orang-orang karena hampir saja ditabrak. Bukannya berlebihan, bisa dibilang dia melindungi Felli lagi, 'kan?

"Kok kakak ada disini?" Tanyanya tanpa ada rasa ragu sedikit pun. Felli memang penasaran kenapa cowok dingin ini bisa ada disini.

Jreng!

Felli menahan napas waktu teringat kejadian kemarin, saat ia ditampar sama cewek yang namanya Cinta dan Farga kelihatan kaget, lalu melihat wajahnya dari jarak dekat, memegang rambutnya, sampai menyuruhnya untuk mengobati bekas tamparan dipipinya. Ia memang lemah banget, ya? Begitu saja sudah baper.

Felli langsung menunduk karena merasa kalau pipinya panas. Aduh, momennya itu tidak pas sekali karena orangnya ada di depannya. Bikin malu saja deh!

"Lo hampir ketabrak. Naik angkot selanjutnya aja." Setelah bilang begitu ke Felli dengan mukanya yang tanpa ekspresi dan datar saja seperti orang yang hidupnya penuh beban, Farga langsung pergi begitu saja meninggalkan Felli yang terbingung-bingung di tempat.

Jadi dia hanya mau menarik Felli saja terus pergi begitu? Felli heran kenapa ada manusia macam Farga ini. Dinginnya sudah kelewatan kayanya. Cowok itu juga belum menjawab pertanyaannya kenapa kakak ada disini? Felli garuk-garuk kepala karena bingung sambil melihat punggung Farga yang mulai menjauh. Cowok itu masuk lagi ke dalam sekolah.

Ia baru sadar kalau angkot sudah pergi. Berarti ia harus menunggu angkot selanjutnya yang mungkin akan lama datangnya. Felli menghela napas berat. Tapi ia juga bersyukur karena tidak diserobot orang-orang yang rebutan naik angkot.

***

Felli sekarang sudah di dalam angkot dan rumahnya sudah dekat. Sepanjang perjalanan, ia masih terbayang tentang Farga tadi. Cowok itu muncul tiba-tiba entah darimana dan pergi begitu saja setelah menyuruhnya naik angkot selanjutnya. Apakah dia salah satu anggota Avenger yang datang buat menyelamatkan orang saja?

Mungkin imajinasi Felli terlalu jauh.

Felli duduk diam sambil lihat ke luar jendela. Ia memperhatikan bangunan-bangunan yang ia lewati supaya hafal.

"Pak, berhenti di depan gerbang itu, ya!" Katanya kepada sopir angkot. Sopir angkotnya masih muda tapi ia panggil 'pak'. Maklum, sudah terbiasa.

"Iya, Buk." Sopir angkotnya melawak guys, ketawa saja deh ya.

Tidak perlu berlama-lama, setelah Felli membayar ongkosnya, ia menyeberang jalan. Ia tidak langsung menyerobot begitu saja kok. Lihat kanan-kiri dulu, lalu langsung menyeberang. Untungnya kendaraan yang lewat tidak terlalu banyak.

Baru saja ia sampai di seberang dan berniat masuk ke dalam gerbang, tiba-tiba ada yang memanggil namanya.

"FELLI!"

Otomatis, ia berhenti jalan dan mencari siapa yang memanggil. Matanya terarah ke sebuah motor hitam yang terparkir tidak jauh dari gerbang dan cowok yang sedang senyum-senyum.

Itu Danendra. Sekarang cowok itu sedang melambaikan tangannya kepada Felli, masih dengan senyuman yang tercetak diwajahnya. Ia sedang berjongkok dipinggir trotoar.

Felli antara mau menghampiri Danendra atau langsung kabur saja mumpung rumahnya sudah dekat. Tapi, ia tidak enak juga. Apalagi Danendra itu baik sama Felli. Jadi, Felli hanya berdiri menunggu Danendra yang terlihat akan menghampirinya.

"Kok baru balik? Angkotnya telat datang, ya? Terus nggak jadi mampir ke rumah temen?"

Felli gelagapan, guys. Ternyata cowok itu mengingat perkataannya yang bohong itu. Ya memang, Felli mau ke rumah Rini, tapi tidak sekarang.

"Oh itu, katanya nggak jadi langsung pulang sekolah. By the way, kok lo ada disini?"

"Gue nungguin lo disini. 'Kan tadi nggak jadi bareng gue."

Hah?

"Emang mau ngomong penting ya sama gue?" Tanya Felli.

"Nggak kok. Ayo naik! Gue anterin ke rumah lo."

"Udah deket, nggak usah. Buang-buang bensin aja deh."

Danendra ketawa kecil. "Kalo nganterin lo, bensin gue nggak bakal habis. Ayo naik!"

Felli tidak baper kok, tenang. Hanya agak bagaimana begitu rasanya ya. Karena Danendra maksa-maksa lagi, Felli akhirnya menurut saja diantar sampai ke rumah. Sambil pegangan dijaketnya, Felli naik ke motornya, terus memegang pundak cowok itu.

"Udah?"

"Iya."

Danendra mulai menjalankan motornya ke dalam perumahan tempat Felli tinggal. Ia tidak mengebut, mungkin kecepatannya cuma 30 km/jam. Jadi rambutnya tidak berantakan karena angin.

"Lo ke rumah temen lo jam berapa?" Tanya Danendra.

"Selesai gantian langsung ke sana sih."

"Oh. Kalo gitu biar gue yang anter."

"Hah? Nggak usah, ngerepotin."

"Lo nggak pernah ngerepotin kok."


TBC

Yehet!

Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
519K 19.5K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
224K 21.1K 28
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 34.4K 15
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...