Aribell

By Len_len1216

14M 849K 51.5K

"Karena yang pergi akan selalu kembali, terkecuali seseorang yang telah ditelan oleh maut." Ariva Bella Adij... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9.
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
38
39
40
41
42
43
44.
45
46.
47
48
49
50.
51
52
53.
54
55.
56
57
58
epilog

37

183K 12.2K 524
By Len_len1216

Kedatangan Ginar, Rachel dan juga Riva menimbulkan kebingungan pada Satya.

"Ada apa Pak Ginar?" tanya Satya penasaran.

"Saya mau anak ini dikeluarkan!" sahut Ginar tanpa basa-basi sembari menunjuk Riva.

"Tapi kenapa Pak?"

"Karena dia sudah melakukan kekerasan pada anak saya!" gertak Ginar. Sedangkan Riva hanya diam tidak peduli karena ini sekolah akan menjadi miliknya.

Mengapa harus takut?

"Benarkah itu Riva?" Satya menatap Riva meminta penjelasan.

"Jadi gini Pam--- eh Pak, saya lagi di kantin eh  langsung aja Rachel ngajak ribut. Ya saya tidak terima, yaudah saya tendang aja dia. Lagian dia ngejengut rambut saya dan juga sahabat saya, ya Riva gak terima lah," jelas Riva.

"Benarkah itu Rachel?" tanya Ginar pada Rach.

"E...h nggak ko Pah, kalau nggak percaya tanya aja sama temen-temennya Rachel!" sergah Rachel. Riva yang mendengar itu hanya mendecih.

"Riva," ucap Satya lembut. Riva mendengus kesal.

"Kalau begitu akan saya panggilkan teman-teman mereka berdua."

***

"Panggilan untuk Viandra Alicia, Alibia Naulis, Adira Salsa dan Alexa, untuk segera keruangan kepala sekolah. Sekian, terimakasih," sahut seseorang dari speaker sekolah.

"Anjir dah, gue baru aja makan!" kesal Alexa menyimpan sendoknya.

"Udah gih keruangan dulu, nanti kesini lagi ya yang." Daniel mencolek pipi Alexa gemas.

"Lo aja gih Lex, gue lagi enak-enak makan," gerutu Dira memakan nasi gorengnya kembali.

"Temen lo lagi butuh bantuan buat ngadepin tuh cabe. Kesana ya?" ujar damar lembut mengelus rambut Dira pelan.

"Eh Gas, lo berasa ada nyamuk kagak sih?" sindir Daniel.

"Udah berapa kali gue bilang, nama gue Bagas!bukan Gas, emangnya LPG!" gerutu Bagas tidak terima yang berada di samping meja Daniel.

"Suruh siapa nama lo Bagas! Yaudah gue sebut Gas."

"Orang tua gue yang ngasih nama, bukan gue."

"Nyalahin orang tua itu dosa Gas!"

"Anjir lo Nil!"

"Nama gue Daniel, bukan Nil !emng gue Kudanil apa?" kesal Daniel.

"Hahaha emang! Mirip banget lagi!" tawa Bagas pecah sekeketika.

"LO---" ucapan Daniel terhenti ketika Alexa menyahuti.

"Berisik lo pada, ayo Dir." Alexa menarik Dira yang mencebik kesal karena makanannya harus ia relakan begitu saja.

"Tuhkan, pacar gue ngambek gara-gara lo nih!" ujar Daniel menyalahkan.

"Lah jadi nyalahin gue kudanil!"

"Yeee dasar GAS LPG!"

"KUDANIL!"

"GAS LPG."

"KUDANIL."

"GAS LPG!"

"KU---"

"MONYET!!" sahut Damar beranjak pergi dari sana.

***

"Jadi gini Dira, Alexa, apakah benar kalian di bully oleh mereka bertiga?" tanya Satya yang dibalas anggukan oleh Dira dan lexa.

"Iya Pak itu benar."

"Kalau begitu, bisakah kamu mengaku Rachel?" ujar Satya to the point. Dirinya tahu, bahwa ketiga orang itu selalu membully keponakannya.

"Dia juga nampar saya Pak! Saya sama sahabat saya ditendang sama mereka!" ucap Rachel membela diri.

"Pak Satya, dengarkan apa yang diucapkan oleh anak saya! Itu sudah termasuk dalam kekerasan Pak, untung saja anak saya tidak kenapa-kenapa. Pokoknya saya mau anak-anak ini dikeluarkan saja!" ucap Ginar murka.

"Jadi Om mau ngeluarin kita?" tanya Riva santai.

"Apakah kamu takut anak muda? Kalau kamu takut, minta maaflah kepada anak saya! Jika perlu berlutut!" sahut Ginar meremehkan.

"Anda tau? Saya dan sahabat saya tidak ada pernah sudi untuk meminta maaf kepada jalang yang memohon-mohon kepada seorang pria demi sebuah ketenaran. Apa itu sudah jelas Om yang paling terhormat?" ucap Riva dengan lantang dan menekan kata 'jalang.'

"Dan apa kata Om? Harus berlutut pada seorang jalang? Wow," lanjut Riva menunjukan ekspresi meremehkan.

"Berani sekali kamu menghina anak saya!" ujar Ginar tidak terima.

"Itu memang FAKta!" ejek Riva.

"Benar-benar, sudah Pak Satya keluarkan mereka!" murka Ginar.

"Tapi Pak Ginar, kita tidak bisa mengeluarkan anak-anak ini tanpa persetujuan ketua yayasan, dan orang tua mereka."

Bagus, Paman. Riva mengeluarkan senyum kemenangan.

"Panggil saja orang tua mereka sekarang! Paling mereka hanya seorang petani atau gelandangan!" ejek Ginar. Riva yang mendengar orang tuanya diejek seperti itu murka.

"Jaga ucapan Anda! Orang tua saya bukan gelandangan! Akan saya buktikan itu!" Riva mengambil ponselnya dan segera menghubungi seseorang.

"Halo Papah ganteng."

'....'

"Biasalah."

'....'

"Riva gak macem-macem Pah."

'...'

"Pokoknya dateng aja ke ruangan kepala sekolah, dadah Papah ganteng. Love you!!" Riva menutup sambungan secara sepihak, lalu menatap kedua sahabatnya memberi kode agar ikut menghubungi kedua orang tua mereka.

"Pertunjukan dimulai guys." Senyuman sinis tertera di wajah Riva.

"Gue nggak sabar, buat ngeluarin tuh cabe," ujar Alexa gemas.

"Kalau gorok orang tua kagak dosa, gue udah gorok tuh si Ganir!"geram Dira pelan.

"Lanjutkan saja proses pengeluaran mereka Pak," ucap Ginar. Sedangkan Satya sudah enggan menanggapi.

"Satya? Ada apa ini?" tanya seorang pria paruh baya memasuki ruangan.

"Ada sedikit masalah Pak."

"Ini ada apa? Ko anak saya menelepon saya untuk datang kesini?" Pertanyaan Candra membuat semuanya melongo kecuali Satya,  Riva, Dira dan Alexa tentunya.

"Anak Bapak? Anak Bapak yang mana ya?" tanya Ginar khawatir.

"Riva, sini sayang," panggil Candra melembut. Riva mendekati Canda.

Mampus lo Rachel.

"Permisi Pak Satya, ko anak saya dipanggil ke sini ya? Dia buat masalah lagi?" tanya Dendra selaku ayah dari Alexa. Diikuti Vano, ayah dari Dira.

"Pak Dendra? Pak Vano?" kaget Ginar.

"Dira, kamu buat masalah lagi?" tanya Vano. Dira dan Alexa bangkit mendekati ayahnya itu.

"Nggak Pah ih, Dira gak buat masalah," jawab Dira sedikit kesal.

"Pah, tau gak? Masa tadi ada yang bilang papah Riva katanya petani atau gelandangan."

"Siapa itu?" Nada bicara Candra mendatar.

"Dia juga mau ngeluarin kita bertiga." Tatapan Candra terhenti pada sosok Ginar yang terdiam.

"Satya, adakan rapat sekarang!" tegas Candra.

Papah Candra emang the best.

"Kamu Riva, keluar dulu ya? Kami mau rapat dulu." Candra mengelus rambut Riva.

"Makasih Papah ganteng! "Riva mengecup pipi Candra sekilas.

"Paman, Dira sama Alexa nya Riva culik dulu!" ujar Riva kepada Dendra dan Vano.

"Enak aja!" ucap Dendra menggoda Riva. Dari sini taukan? Sebenarnya sikap Alexa turunan siapa?

"Paman Dendra mah!" kesal Riva.

"Yaudah gih," ucap vano.

"Paman Vano emang pengertian," puji Riva.

"Ehem," dehem Satya.

"Eh, yaudah kita keluar dulu." Riva menarik  kedua sahabatnya menuju kantin yang sudah sepi. Tidak memperdulikan kelas sudah dimulai, yang penting perutnya bisa terisi

"Dira, gue mau somay ya!" ujar Riva.

"Gue juga," sahut Alexa.

"Gue aja terus, gini yah? Nasib orang cantik mah gini!" Dira beranjak pergi menuju penjual makanan tersebut.

"Udah urusannya?"

Continue Reading

You'll Also Like

21.7K 1.3K 63
| ABOUT LILY | Tentang Gadis remaja yang mencintai sosok lelaki dengan sifatnya yang aneh. Kadang romantis, kadang dingin, kadang juga omongannya suk...
8.1K 876 76
⚠️Di usahakan yang sudah legal readers~ Hal yang selalu disembunyikan membuat ia harus menjauh dari orang-orang terdekatnya, untuk melindungi mereka...
339K 12.8K 54
"Harusnya kamu cari uang yang banyak, bukan malah menghambur-hamburkan uang, Andraa!" Suara serak itu menginterupsi. Gadis itu terdiam. Sulit, jika...
1.6M 150K 55
SEGERA TERBIT! Zylavya Adeline Kencana Putri Arthawira, gadis cantik yang terkenal akan sikap matrenya, bar-bar, kere dan juga pemilik jiwa gratisan...