ELFARGA

By jeantandungan

1.7M 55.9K 2.1K

[DILARANG PLAGIAT!] Fellicya Arscharlie. Gadis yang unggul dalam seni beladiri, namun tak unggul dalam urusan... More

First Of All
Elfarga | One
Elfarga | Two
Elfarga | Three
Elfarga | Four
Elfarga | Five
Elfarga | Six
Elfarga | Seven
Elfarga | Eight
Elfarga | Nine
Elfarga | Ten
Elfarga | Eleven
Elfarga | Twelve
Elfarga | Thirteen
Elfarga | Fourteen
Elfarga | Fifteen
Elfarga | Sixteen
Elfarga | Seventeen
Elfarga | Eighteen
Elfarga | Twenty
Elfarga | Twenty One
Elfarga | Twenty Two
Elfarga | Twenty Three
Elfarga | Twenty Four
Elfarga | Twenty Five
Elfarga | Twenty Six
Elfarga | Twenty Seven
Elfarga | Twenty Eight
Elfarga | Twenty Nine
Elfarga | Thirty
Elfarga | Thirty One
Elfarga | Thirty Two
Elfarga | Thirty Three
Elfarga | Thirty Four
Elfarga | Thirty Five
Elfarga | Thirty Six
Elfarga | Thirty Seven
Elfarga | Thirty Eight
Elfarga | Thirty Nine

Elfarga | Nineteen

27.8K 1.2K 48
By jeantandungan

Dipagi yang tidak cerah-cerah amat ini, Felli memaksakan matanya untuk bangun. Matanya rasanya berat karena semalaman begadang. Felli dan Mark baru pulang dari rumah Fikri jam dua malam. Sebenarnya, kata Mark, kalau tidak ada Felli, dia mungkin akan menginap di rumah Fikri. Tapi karena ada Felli, Mark tidak jadi menginap.

Felli mengulet sebentar di atas kasur, kemudian langsung turun dan ke kamar mandi. Terhitung, Felli tidur hanya tiga jam setengah. Ia masih berusaha untuk tidak terlambat karena ia bersekolah di SMA Pancasila belum seminggu. Hari ini, ia akan ke sekolah sendirian karena Mark izin untuk mengantar Fikri ke bandara. Katanya mereka akan sekolah saat jam istirahat. Hebat, 'kan? Iya, karena mereka murid kesayangan guru. Jadi jika mau izin apa-apa, langsung diizinkan.

Karena Felli belum bisa mengendarai motor, dan Mark tidak ada, ia akhirnya msmutuskan untuk naik angkot. Ini pertama kalinya Felli naik angkot di Jakarta. Semoga saja ada angkot yang lewat dan Felli tidak telat. Setelah pakai sepatu, ia mengunci rumah dan langsung jalan kaki sampai ke gerbang. Suasana lingkungan rumahnya yang sekarang lebih tenang dibanding dengan di Bandung. Mungkin orang-orang disana rata-rata orang yang sibuk dengan pekerjaan.

Biasanya, kalau pagi-pagi begini, di Bandung banyak orang jogging. Apalagi disekitaran komplek. Tetapi di lingkungan baru Felli tidak ada. Apa belum ya? Felli tidak tahu. Rumah mereka juga belum terbuka semua.

Felli berjalan santai saja karena masih jam enam. Masih ada waktu tiga puluh menit. Sambil melihat kesana-kemari untuk mengamati lingkungan barunya, tidak terasa Felli sudah sampai di depan gerbang. Ada Pak Satpam yang sepertinya sedang jaga.

"Pagi, Pak!" Sapa Felli dengan semangat. Di Bandung dulu, Felli memang dekat dengan Pak Satpam di perumahannya dan tidak ada yang tidak kenal sama Felli.

Pak Satpam yang umurnya kira-kira tiga puluhan itu langsung tersenyum cerah. "Pagi juga. Orang baru, ya?" Tanya Pak Satpam.

"Iya, Pak," jawabnya sambil mengangguk.

"Oh gitu. Kalo mau nunggu angkot di depan situ aja, Neng. Biasanya berhenti disitu," kata Pak Satpam memberitahu.

"Iya, Pak. Makasih, Pak." Felli tersenyum, kemudian lanjut berjalan lagi sampai ia benar-benar sudah keluar dari perumahan. Felli memperhatikan sekeliling, dan mendapati ada anak sekolahan yang sepertinya sedang menunggu angkot juga. Tetapi, seragamnya berbeda dengan seragam yang Felli pakai sekarang. Mungkin beda sekolah.

Sambil menunggu angkot yang tidak tahu datangnya kapan, Felli mengotak-atik ponsel supaya tidak gabut. Ternyata ada pesan Mark yang baru masuk.

MarqoRdr
Lo udah ke skolah?
Mau gue anter dulu?
Gue belom ke bandara.

Felli menggeleng sambil senyum tipis. Felli senang karena bisa kenal dengan Mark yang orangnya sangat peduli dengannya. Meskipun baru beberapa hari kenal dengan Mark, tapi ia sudah memperhatikan Felli seperti adiknya sendiri. Felli cepat-cepat membalas pesan Mark.

Fellicyars
Iya udah.
Lagi diangkot sekarang.

Bohong. Iya, Felli bohong. Ia tidak mau merepotkan Mark untuk hari ini. Masa Mark mau mengantarnya ke sekolah padahal Mark tidak sekolah? Andai saja sekolahnya cuma berjarak berapa meter, ya tidak masalah. Tapi sekolah mereka lumayan jauh dan Mark akan ke bandara jam tujuh. Kalau Felli nebeng sih tidak merepotkan. 'Kan Mark juga sekolah.

Tidak ada balasan dari Mark. Mungkin ia sekarang sedang bersiap-siap. Felli menghela napas pelan karena angkot belum juga datang. Masih ada waktu dua puluh menit sebelum bel apel pagi bunyi.

Brum! Brum!

Felli mengangkat pandangannya dari layar ponsel dan melihat ada motor ninja berwarna hitam yang berhenti tepat di depannya. Ia cuma melihat, sambil menunggu orang itu membuka kaca helmnya. Dia laki-laki, tentu saja.  Laki-laki itu sudah membuka kaca helmnya, dan melihat ke arah Felli.

Felli mengerjap sesaat. Laki-laki itu langsung menatapnya, lalu tersenyum tipis. Felli sama sekali tidak kenal sama orang itu, dan ia tidak pernah melihat wajahnya sebelumnya.

"Felli, 'kan?"

"Hah?" Felli lumayan kaget karena orang itu tahu namanya, padahal ketemu saja belum pernah. Dia asing sekali dimata Felli. Sebagai jawaban, Felli hanya mengangguk sambil berpikir orang ini siapa.

"Mau sekolah?" Tanyanya.

Tidak, bro. Aku mau jualan cilor di SD. Gumam Felli. Sudah tahu dia melihat seragamnya, masih bertanya lagi.

"Iya," jawab Felli agak ragu-ragu bagaimana begitu. Bagaimana tidak ragu, laki-laki yang tidak ia kenali itu pakaiannya rapi sekali. Celananya robek dibagian lutut, memakai kaos hitam polos, jaket jeans yang juga ada robek-robeknya sedikit. Felli tahu itu memang model, tapi ya begitu. Kesannya seperti preman.

"SMA Pancasila kalo mau naik angkot udah jam segini, lo bisa telat. Gerbang ditutup jam enam empat puluh, sekarang udah jam enam dua lima. Masih ada waktu lima belas menit, tapi angkot belum ada. Belum juga angkotnya dateng, lo pasti udah telat."

"Mungkin bentar lagi angkotnya datang," balas Felli harap-harap cemas.  Laki-laki itu membuat Felli cemas. Mana sekarang laki-laki senyum-senyum tidak jelas lagi.

"Ayo naik! Gue anter." Laki-laki itu menengok ke jok motornya, memberi kode kepada Felli untuk naik. Felli hanya diam sambil menatapnya. Jujur, Felli takut. Ia tidak kenal siapa cowok itu dan laki-laki itu menawarkan untuk diantar sama dia.

"Nggak usah. Gue naik angkot aja," kata Felli.

Laki-laki asing itu ketawa pelan. "Nggak usah takut, gue bukan orang jahat," ucapnya. Felli menatap mata oranh itu untuk mencari apakah dia bohong atau tidak. Felli lihat dimatanya itu tidak ada kebohongan sama sekali. Tulus. Sepertinya, dia tidak jahat. Mungkin penampilannya saja.

"Nggak ngerepotin emang?" Tanya Felli untuk memastikan.

"Kalo ngerepotin, gue nggak bakal nawarin."

Setelah itu, Felli langsung jalan menghampiri laki-laki itu. Daripada ia telat, mending ikut saja. Kalau dia ada niat jahat, tinggal Felli pukul saja. Gampang.

"Gue nggak bawa dua helm. Mau pake helm gue?" Tanyanya sambil menatap Felli.

"Terus lo pake apa?"

"Gue pake kacamata."

"Nggak usah, lo aja yang pake," kata Felli, kemudian langsung naik ke motor tanpa kesusahan. Sudah biasa Felli naik motor model begitu.

"Oke. Udah siap?"

"Udah."

Laki-laki yang belum Felli tahu namanya siapa itu langsung menjalankan motornya. Felli hanya berpegangan dipundaknya, tidak kenal soalnya. Dalam hati Felli komat-kamit semoga laki-laki ini mengantarnya ke sekolah dengan selamat.

"Jangan pegangan dibahu dong, gue bukan ojek."

"Hah? Bokek?" Felli kalau di atas motor memang suka budeg, jadi maklumi saja. Pundak laki-laki itu berguncang, tanda ia sedang tertawa.

"Pegangan dipinggang!" Katanya lagi dengan suara super kencang. Felli pelan-pelan menaruh tangannya dipinggangnya dan mencengkeram jaketnya pelan.

Untungnya jalanan masih lumayan sepi. Jadi, mau mengebut pun sepertinya bisa-bisa saja. Laki-laki itu diam saja, tidak bicara lagi. Mungkin fokus dengan jalanan.

Senyum Felli mengembang saat sekolahnya sudah di depan mata. Gerbang belum tertutup dan orang-orang masih berjalan dengan santai masuk ke gerbang. Biasanya, kalau orang sudah pada lari-larian, berarti bel sudah bunyi.

"Di depan gerbang aja," kata Felli sambil melepas tangannyq dari pinggang laki-laki itu.

Ia masih diam saja, tidak menjawab. Felli merasakan kalau tidak ada tanda-tanda ia akan berhenti di depan gerbang. Kalian tahu selanjutnya apa? Mereka masuk sampai ke dalam sekolah. Felli sudah menepuk-nepuk pundaknya beberapa kali sambil bilang berhenti depan gerbang saja, tapi ia malah terus melajukan motornya sampai ke parkiran.

Felli pasrah saja. Masih untung dia mengantarkannya, daripada naik angkot. Setelah motor berhenti, Felli turun sambil berpegangan dipundak laki-laki itu. Orang itu langsung membuka helmnya, lalu mengacak-ngacak rambutnya sampai berantakan. Kalian tahu apa yang terjadi? Felli speechless. Bukannya Felli gila cowok, tapi jujur, ia memang ganteng. Felli cewek normal. Laki-laki itu ketawa pelan sampai giginya kelihatan. Manis sekali.

Felli cepat-cepat tersadar. "Makasih ya, udah nganterin," ucapnya sembari tersenyum.

Laki-laki itu mengangguk, lalu tiba-tiba mengulurkan tangannya. "Gue Danendra," katanya mengenalkan diri.

Felli langsung membalas uluran tangannya. "Felli," ucapnya. Padahal ia udah tahu nama Felli.

"Oke. Berarti kita udah kenal," kata laki-laki bernama Danendra itu, lalu tersenyum lagi.

Felli mengangguk sambil melepaskan tangannya. "Gue masuk, ya?"

"Sip. Belajar yang bener!" Jawab Danendra, kemudian menepuk-nepuk kepala Felli.

Waduh, bisa meleleh ini kalau lama-lama sama cowok ini. Suara hati Felli berteriak.

"Oke, bye!" Felli langsung lari dari parkiran. Ternyata orang-orang sedang memperhatikan mereka. Felki sih tidak peduli, yang penting, ia tidak telat hari ini.


***


Pelajaran kedua sudah hampir selesai, tandanya sebentar lagi jam istirahat. Sebenarnya Felli hari ini rada malas ke kantin. Ia tadi mendapat pesan dari Mark kalau mereka sudah kembali ke sekolah. Mark mengajaknya ke kantin tapi ia bilang kalau ia mau menitip saja sama Rini. Mark sempat memaksa Felli karena takutnya maagnya kambuh lagi. Namun, karena Felli bilang mau menitip makanan, Mark akhirnya berhenti memaksa sampai mengancam akan menyeret Felli dari kelas sampai ke kantin. Kejam juga.

Felli agak sedih juga karena Fikri pindah sekolah. Padahal baru saja ia kenal dengan Fikri. Apalagi Fikri itu baik sekali kepadanya. Semalam, saat Felli sudah mau berpamitan pulang dari rumahnya, Fikri langsung memeluk Felli sambil menepuk-nepuk pundaknya pelan. Sedih sekali, padahal mereka belum kenal dekat. Mata Felli sampai berkaca-kaca.

Bel istirahat sudah bunyi beberapa menit yang lalu dan guru yang mengajar sudah keluar juga. Untungnya hanya belajar seni budaya. Jadi, otak Felli tidak pusing amat.

"Fel, mau nitip apa?" Tanya Rini sambil merapikan barang-barangnya ke dalam tas.

"Enaknya apa?" Felli balas bertanya.

"Kalo makan di kelas nggak enak kalo berkuah. Nanti kuahnya berhamburan, tahu rasa lo!" Kata Rini memberitahu.

Felli berpikir lagi makanan apa yang tidak berkuah, tapi mengenyangkan dan ia suka. Gorengan? Panggangan? Rebusan? Tumisan? Bakaran? Stop. Felli ingin makan mie goreng. Sepertinya enak dan Felli sudah lama tidak menyantap makanan panjang itu.

"Pangsit goreng aja kalo gitu," putusnya final.

"Oke, tungguin, ya! Bye-bye muach!" Rini memberikan kiss bye kepada Felli, kemudian langsung pergi bersama Nisa. Nisa hanya melambai tangan, tidak sama seperti Rini yang heboh plus lebay.

Felli mengambil ponselnya yang ia taruh di dalam laci meja. Ada banyak pesan yang menumpuk, terutama dari grup kelasnya dulu di Bandung. Mereka sedang membahas tugas yang tidak ia tahu apa itu. Ya orang Felli sudah pindah. Harusnya, Felli out saja dari grup itu, tapi teman-temannya melarangnya.

"Felli!"

Felli reflek menengok ke pintu saat mendengar namanya dipanggil. Di depan pintu, ada Viola yang sedang melihat ke arahnya dan memberikan kode bahwa seseorang menunggunya di luar kelas.

"Iya, kenapa?" Tanya Felli dengan suara lumayan tinggi, karena jaraknya dengan Viola lumayan jauh.

"Dipanggil Kak Cindy!" Seru Viola.

Kak Cindy? Felli tidak tahu dia siapa dan memutuskan untuk berdiri dari bangku dan jalan ke pintu.

Viola sudah berlalu ke bangkunya, menyisakan Felli yang berdiri di ambang pintu dengan wajah bingung. Felli tidak kenal siapa siswi yang sekarang berdiri di depannya dengan tatapan sinisnya. Felli teliti dari penampilannya, sepertinya ia tergolong siswi alay yang suka memakai beragam aksesoris aneh di sekolah. Rambutnya juga di-cat warna warni seperti anak ayam yang dijual goceng.

"Lo Felli?" Tanyanya dengan suara sinis. Sinis mulu lo tong!

"Iya. Kenapa, ya?" Percayalah, nada bicara Felli lembut, tidak bernada songong.

"Ikut gue!" Siswi ayam bernama Cindy ini langsung menarik tangannya dan membawanya entah kemana. Felli pasrah saja ditarik-tarik. Kali saja ada hal penting yang mau ia tunjukkan.

Felli dibawa ke belakang gedung sekolah yang sepi. Tidak ada satupun siswa yang lewat dan kelihatannya, tempat ini sangat jarang didatangi. Cindy memegang tangannya erat, seperti takut jika Felli kabur. Padahal, Felli mau dibawa kemana saja tidak tahu. Dari kejauhan, Felli bisa melihat ada seorang siswi berambut warna warni juga sedang melipat kedua tangannya di depan dada. Felli yakin sekali, ia akan dibawa kesana.

Benar saja dugaannya, Cindy langsung mendorong Felli ke tembok saat sudah sampai didepan siswi yang Felli juga tidak tahu siapa dia.

"Lo Felli, 'kan?"

Sambil memperbaiki posisi berdirinya yang tadi tidak tegak karena baru saja didorong ke tembok, Felli mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya. Sebenarnya, punggung Felli lumayan sakit karena terbentur tiba-tiba.

"Lo ada hubungan apa sama Farga?" Siswi itu maju selangkah. Matanya menatap tajam sekali, seolah sedang menguliti Felli habis-habisan.

"Farga? Nggak ada apa-apa," jawab Felli tanpa ragu. 'Kan ia memang tidak ada hubungan apa-apa dengan laki-laki dingin itu. Tahu namanya saja mungkin tidak.

Siswi itu tertawa sinis sambil mengeluarkan ponselnya dari saku baju. Dia mengotak-atik sebentar, kemudian langsung menunjukkan layar ponselnya kepada Felli. Felli menatap layar ponselnya dengan bingung. Disana ada fotonya bersama Farga yang sedang mengantri nasi goreng. Ini mah fotoku tadi malam! Seru Felli dalam hati.

"Ini lo sama Farga, 'kan?" Tanya siswi itu dengan nada semakin tajam.

"Iya. Itu foto semalam, waktu gue beli nasi goreng," jawab Felli dengan santai.

Tidak lama, siswi itu ketawa sinis. "Gue tanya sekali lagi, lo ada hubungan apa sama dia, hah?!" Siswi yang sempat Felli baca nametag-nya tertulis Cinta Byanca itu langsung membentaknya dengan mata melotot.

"Nggak ada. Kak Farga cuma nganterin beli nasi goreng. Emang kenapa? Lo siapa?" Felli masih bersikap santai. Ia sadar ucapannya memang memancing baku hantam. Tapi ia memang sengaja.

"Apa-apaan lo?!" Bentak Cinta, lalu mendorongnya ke tembok lagi sampai punggungnya rasanya sakit sekali. Felli kira hanya itu, nyatanya, Cinta langsung menamparnya tepat dipipi kanan. Langsung saja Felli merasakan pipinya memanas.

"Lo jangan macam-macam sama gue! Kalau lo masih deket-deket cowok gue, habis lo!" Setelah mengancam Felli, Cinta langsung pergi bersama Cindy. Kalian semua tahu? Cindy mendorong Felli lagi cukup keras sampai ia terjatuh ke lantai yang kasar itu. Felli meringis kesakitan.

Ia tidak menangis. Tidak. Ia hanya sakit hati karena diperlakukan seperti itu, padahal ia tidak salah apa-apa. Felli memegang pipinya yang tadi kena tampar. Ia yakin, pipinya sekarang pasti merah. Ia berusaha untuk berdiri dengan bermodal pegangan ditembok. Punggungnya sakit sekali karena terbentur keras ditembok. Ia mengusap pelan pipinya, lalu merapikan rambutnya yang berantakan.

Ia berusaha bersikap normal seperti tidak terjadi apa-apa. Semoga saja teman-temannya tidak curiga dan bekas tamparan siswi gila tadi tidak membekas. Tenang saja, ia tidak dendam. Hanya ingin bunuh cewek tadi saja.

TBC

  IG : @jeantandungan

Continue Reading

You'll Also Like

559K 59.8K 37
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 110K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
6.1M 10.4K 1
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
5.3M 358K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...