PARTNER

By dqueen_

8.3K 2.1K 236

"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki More

CAST
PROLOG
1. [Baru]
2. [Sekarang]
3. [Siapa?]
4. [Kelam]
5. [Pengakuan]
6. [Mr.Robot]
7. [Satu Kali]
8. [Pengakuan ke-2]
9. [Hening]
10. [Masalah Baru]
11. [Silang]
12. [Pesan]
13.[Kostum]
14. [Segitiga]
15. [Menyerah? Tidak!]
Iklan Sekejap [penting!]
16. [Detik-detik menuju UAS]
17. [Pertanda]
18. [Menuju Kebenaran]
19.[Gagal]
20. [Bandara]
21. [Terluka]
22. [Jubah hitam]
23. [I'm your Riki]
24. [Siapa Dia?]
25. [Sepupu]
26. [Truth or Dare]
28. [Cinta Lama]
29. [Dilla Kembali]
30. [Alasan Kembali]
31. [Drama Kecil ala Tobi]
32. [Tertangkap]
33. [Sulit]

27. [Tahun Ajaran Baru]

18 3 1
By dqueen_

Perempuan yang tengah mengenakan seragam sekolah berbalut rompinya itu sudah berada di depan cermin. Rambut terurai yang di hiasi dengan bandana itu semakin memperlihatkan betapa cantiknya Kanya.

Di raihnya tas sekolah yang berada di meja belajarnya, tidak lupa dia memasukkan gadgetnya ke dalam tas. Kembali di raihnya sneakers putih yang selalu membalut kakinya itu.

Rani hanya mengurai rambutnya biasa saja, namun sudah terlihat cantik, sahabat kesayangan Kanya itu tengah memakai seragam sekolah juga dan sepatu pastinya. Di lihatnya Kanya yang tengah memakai sepatu dan memikirkan soal tantangan semalam. Lagi-lagi pikiran Rani mengingat obrolannya dengan Reno semalam yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

Kanya tidak sengaja melirik ke arah Rani, udah stress nih orang pikirnya. Bisa jadi PR kalau Rani kasmaran sampai segila itu bukan? Kanya yang sudah selesai memakai sepatunya segera bangun dan mengajak Rani meninggalkan kamarnya itu. Di tutupnya pintu kamar, tidak lupa juga menguncinya. Kini mereka menuruni satu persatu anak tangga.

Sepi memang bila tak ada kedua orang tuanya, apalagi mereka tidak memakai pembantu. Kebetulan orang tua Kanya sedang di undang ke luar kota oleh rekan kerja ayahnya, maka dari itu Kanya memilih untuk di temani oleh Rani dari pada harus memakai pengasuh bayaran yang belum tentu baik seperti pada film-film.

"Rani ayo cepat, jangan sampai telat nih. Kakak kelas sekarang kita," tutur Kanya.

Kanya mengambil kunci motor yang di simpan bundanya pada laci yang ada di ruang tamu, dapat. Di berikannya kunci motor itu kepada Rani yang sudah hatam mengendarai motor. Kanya bukan anak yang tidak patuh, dia telah meminta izin kepada bundanya sebelum memutuskan untuk naik motor ke sekolah yang bukan lain di kendarai oleh Rani.

Di kenakannya helm yang sering di pakai bundanya, dan tidak lupa dia mengambil satu helm lagi untuk Rani. Mereka melangkah ke luar rumah dan tidak lupa mengunci pintunya kembali.

Mereka mengenakan helm masing-masing dan siap berangkat ke sekolah, Rani telah naik ke atas motor begitupun Kanya yang duduk di belakang Rani. Di nyalakannya mesin motor dan langsung menancap gasnya. Kanya yang melihat gaya Rani yang hampir seperti valentino rossi itu hanya tertawa cekikikan.

🐤

Wajah tampan yang tengah berbalut seragam sekolah itu terlihat semakin gagah, tidak lupa di pakainya jam tangan hitam yang selalu melekat pada lengannya.

Di bukanya laci meja belajar yang memperlihatkan sebuah kalung berliontin hati. Di raihnya kalung itu perlahan. Matanya tengah mengembun, entah kali ini harus jatuh kembali atau tidak, yang pasti jika jatuh itu adalah kebahagian baginya untuk saat ini. Segera di kenakannya kalung itu pada lengannya.

Di raihnya gadget dan tasnya lalu buru-buru keluar kamar. Setiap langkah berlalu hingga tibalah dia di halaman rumahnya yang lansung menggoes sepedanya. Dia menggoesnya dengan semangat, kencang dan terus lebih kencang agar tidak telat kembali seperti kemarin tapi tetap memperhatikan rambu-rambu lalu lintas.

Kanya dan Rani yang sedang melintas di jalan yang sama melihat Rizki yang tengah mempercepat goesannya itu.

"Lah ran, itu kan mr.robot. maksud aku Rizki." sepatah kata dari mulut Kanya keluar ketika melihat Rizki mendahului mereka, Kanya langsung menyunggingkan senyuman termanisnya dan menggigit kecil ujung bibirnya.

Rani yang melihat perlakuan Kanya dari balik spion segera meluncurkan ke isengannya pada sahabat terbaiknya itu. "Inget! Bikin baper kak Ali dulu!" ucapnya datar.

Kanya langsung mengerucutkan bibirnya dan menggeruttu tidak jelas, mungkin dia tidak terima dengan penuturan sahabatnya itu.

Rani mematikan mesin motornya yang telah berada di area sekolah, tidak lupa melepaskan helmnya. Namun Kanya langsung melangkah pergi dari parkiran tanpa membuka helmnya jika saja Rani tidak memanggilnya kembali.

Kanya membalikkan haluannya dan menatap Rani, Rani yang memberitahunya dengan bahasa tangan langsung di mengerti oleh Kanya. Dia segera memegang kepala yang masih terbalut helm itu, di lepasnya dan buru-buru menghampiri Rani karna malu.

"Mikirin ka Rizki mulu sih," ucap Rani yang menerima helm Kanya dan menaruhnya di atas motor. Kanya hanya tersipu malu karna sahabatnya itu mengetahui penyebab salah tingkahnya.

"Orang pertama yang lewat disini. Harus ngedate sama kamu," tukas Kanya di selingi tawa.

"Oke fine, inget juga, bikin baper kak Ali," balas Rani kembali yang di hadiahi anggukan pasrah oleh Kanya.

Reno, Ali, Dan Galuh sedang berjalan keluar dari parkiran, tidak lupa mereka mengenakan kaca mata hitam yang hampir mirip tukang pijat di pasar. Galuh yang bosan dengan obrolan Reno dan Ali tentang cinta itu segera melantunkan lelucon-lelucon yang membuat Reno dan Ali jijik mendengarnya.

Galuh yang tidak terima dengan sikap teman-temannya yang sering memojokkannya karna cinta itu segera mendahului langkah mereka yang di hadiahi gelengan kepala oleh keduanya.

Kanya dan Rani tengah menghitung mundur kedatangan seseorang pertama dari parkiran.

3.. 2.. 1..

Helm yang ada ada di atas motor terjatuh karna tersenggol lengan Rani, Kanya yang melihat Galuh hanya tertawa kegelian sedangkan Rani tersenyum frustasi. Kanya mulai menyenggol-nyenggol tubuh Rani yang sedang mengambil helm yang terjatuh. Reno yang sudah keluar juga dari parkiran segera melihat Rani dan berlari mendekatinya.

"He'em ... Cie yang mau ngedate bareng Galuh. Ahaaii dah rani." ucap Kanya langsung berlari kecil meninggalkan sahabatnya itu, apalagi sekarang Reno , Ali dan Galuh, telah menatap bingung ke arahnya.

Rani hanya melangkah menjauh dari mereka namun tangan Reno telah menangkapnya. "Ngedate?" sepatah kata dari mulut Reno meminta penjelasan yang membuat Rani semakin bingung mau menjelaskan apa.

Ali dan Galuh hanya saling menatap bingung di belakang Reno. Rani yang mengerti permintaan penjelasan oleh Reno itu segera mengajaknya duduk di sapuan koridor sekolah.

Dijelaskannya segala sesuatu yang menyebabkan terbawanya dia ke tantangan itu. Reno hanya menggeleng kecewa dan menatap tajam ke arah Galuh setelah mendengar semua penjelasan Rani. "Awas lu baper sama Rani." ucap reno ketus.

"Udah gua bilang ren, gua ga percaya cinta. Ga akan gu tikung," ucap Galuh santai.

Mereka hanya saling diam sesaat, hingga Ali kembali membuka obrolan,

"Terus Kanya tantangannya apa?" ucap Ali di sela obrolan Reno dan Rani. Matanya terus menatap Rani mencari jawaban. Reno yang melihat perlakuan Ali terhadap Rani segera berdiri di antara mereka berdua. Ali segera mengubah posisinya agar dapat melihat Rani kembali, namun Rani hanya menaik turunkan bahunya yang berarti dia tidak mau memberi tau Ali.

Ali hanya tersenyum pasrah dan membuang pandangannya dari Rani. Reno yang melihat tingkah Ali yang sangat ingin tau tentang Kanya menyicingkan matanya. Dia mulai menatap Ali dengan serius, "lu sebegitu posesivenya sama Kanya?"

Ali yang mendengar ucapan Reno hanya menggelengkan kepalanya dan menggeruttu tidak setuju dengan ucapan Reno. Namun Galuh mengeluarkan kalimat yang mampu membuat Ali skak mat, "iyalah ren, pas di villa aja sampai sebegitunya, nyuruh Rani bohong ke sahabatnya sendiri cuma karna ga mau lihat Kanya berduaan terus sama Rizki," ucapan Galuh di hadiahi tatapan tajam dari Ali. Reno dan Rani yang mendengar penuturan itu segera mendekati Ali dan meledeknya habis-habisan.

"Ciee ... " ucap mereka bertiga bersamaan yang di hadiahi senyuman oleh Ali dan langsung menggeruttu tidak jelas. Seketika mereka ber-empat tertawa bersama.

🐤

Kanya memasang sambungan headset ke gadgetnya, di pakainya headset kedua telinganya dan tidak lupa memilih daftar putar yang di penuhi lagu-lagu mellow. Kini Kanya sudah berada di perpus, tempat ternyaman yang selalu dia pakai saat belajar, kalau katanya sih buat ngadem. Di bukanya lembar demi lembar buku yang di bacanya, sampai matanya menyayu dan terasa sangat berat. Sudah berapa kali dia menguap, mungkin karna semalam tidurnya lebih lama dari biasanya. Semuanya itu karna permainan yang menyebabkan korban itu bukan? TOD.

Di paksanya mata yang telah menyayu itu membaca kata demi kata dalam novelnya namun tidak mampu membuat rasa kantuknya hilang, dia berusaha membuka matanya dengan jari-jarinya namun sama saja rasa kantuk telah menjalar ke semua anggota tubuhnya.

Di cobanya kembali mengikuti nyanyian yang di lantunkan pada gadgetnya itu, namun rasa kantuknya semakin menjadi-jadi. Hingga kepalanya mulai mengeleng ke arah tak tentu sampai akhirnya terjatuh ke meja, namun dengan cepat Rizki menahan kepala Kanya menggunakan telapak tangannya, dan melepaskannya perlahan.

Di pandangnya wajah polos Kanya saat sedang tertidur pulas, Kanya terlihat sangat lelah. Sambungan headset dari kedua telinga Kanya di lepas tidak lupa juga mematikan musik pada gadgetnya.

Rizki terus menunggu Kanya di sampingnya, dia memilih untuk membaca novel yang di bawa Kanya tadi, kata demi kata berlalu. Pantas saja Kanya suka dengan novel itu pikirnya, semua isinya adalah kata-kata puitis.

Karna rasa bukan sekedar kata, tak perlu menjauh karna sungai akan tetap bermuara.

Salah satu kutipan yang di baca Rizki dalam novel itu. Di bacanya lembar demi lembar lagi dan dia semakin tenggelam dalam bacaan novel kepunyaan Kanya. Terkadang dia sedikit menyunggingkan senyuman pada akhir kalimat, terkadang juga tertawa kecil.

Kanya yang mulai bangun perlahan menguap dan meregangkan tangannya. Di pegangnya kedua telinga yang terbalut headset tadi, namun dia tidak menemukannya. Pikirannya mulai memikirkan yang tidak-tidak, mungkin ada maling di perpustakaan ini. Kepalanya mengangkat perlahan namun masih merasakan rasa kantuk. Dia melihatnya headset dan gadgetnya yang berada di meja, lega. Namun siapa yang melakukan ini saat dia terjaga? Kanya memalingkan pandangannya ke arah kanan namun karna matanya yang masih menyayu penglihatannya masih belum jelas.

Lagi-lagi dia menguap mamun kedua matanya kini seperti melihat seseorang, kembali di lihatnya seseorang yang ada di samping kanannya. "Mr.robot?" pekik batinnya pelan, seraya menatap laki-laki di sampingnya.

Sementara Rizki semakin serius dengan bacaannya sampai dia tidak sadar jika Kanya telah bangun dari tidurnya, lagi-lagi di bacanya kutipan dalam novel itu dengan pelan dan kembali menyunggingkan senyuman,

Cinta sejati akan datang pada waktunya, bahkan seseorang di masa lalu akan menjadi masa depannya.

Kata-kata yang seketika membuat Kanya terdiam dan kembali memperhatikan wajah tampan milik Rizki Rahman Dicky. Dia belum yakin, namun semua kejadian yang di alaminya memang harus dia percayai, jika Rizki itu memang Riki.

Detik demi detik berlalu namun Kanya tak mampu mengucapkan sepatah kata pun kepada Rizki, entah apa yang di rasakannya. Cinta mungkin membutakan seseorang namun cinta mengetahui siapa tuannya.

Rizki yang sedari tadi tengah membaca lembar demi lembar novel milik Kanya melihat kearah jam tangan yang melekat pada lengannya, sebentar lagi bel masuk pelajaran, dia berniat membangunkan Kanya agar tidak ketinggalan pelajaran. seperti pelindung di balik layar bukan, berperan penting namun seseorang yang di lindunginya tidak sadar.

Di tengoknya ke arah kiri dan bertemu dengan kedua bola mata yang tengah mengeluarkan buih-buih air bening yang mulai menetes satu persatu.

Kanya terus saja tersenyum ke arahnya, namun tidak mengeluarkan sepatah katapun. Kini air matanya mulai menetes menjadi puluhan tetes. Rizki yang semakin bingung dengan tingkah Kanya hanya terdiam membisu. Rizki tidak mampu melihat orang yang paling di sayanginya itu menangis.

Dia berniat mengambil sapu tangan, namun kedua tangan Kanya telah menangkap wajahnya, menatapnya lagi dan lagi. Rizki hanya terdiam dengan prilaku yang Kanya berikan. Sampai sepatah kata keluar dari mulut Kanya yang sejak tadi hanya tersenyum. "Riki," ucapnya sendu.

Memang Rizki telah mengakui bahwa dirinya Riki saat liburan sekolah. Dia tidak mau lagi menyimpan rahasia antaranya dengan Kanya, karna sesuatu yang di tanam dengan kebohongan tidak akan berbuah baik.

Rizki hanya menyunggingkan senyumannya, di ambilnya sapu tangan pada saku celana dan mengusap air mata Kanya perlahan. Kedua tangannya melepaskan tangan Kanya yang masih berada di wajahnya lalu menggenggamnya.

Rizki tersenyum kepada Kanya. "Cuma tangan kamu yang boleh megang aku seperti ini," ucapnya di selingi tawa kecil yang di hadiahi senyuman oleh Kanya.

Kanya membalas kata-kata Rizki dengan kata-kata masa kecilnya, "Kita akan terus bareng-bareng kan kay," ucap Kanya menirukan ucapan Rizki pada saat kecil.

Seketika mereka berdua tertawa lepas dan memenuhi atmosfer di sekitar ruangan perpustakaan. Pandangan mereka masih belum terlepas satu dengan yang lainnya. Ini mungkin yang di katakan dengan, Cinta tau dimana rumahnya dan Cinta tau kemana dia harus pulang.

🐤

Di kelas rani hanya menulis - nulis tidak jelas bagian belakang bukunya, di tatapnya pintu masuk ke kelas itu berkali-kali namun sahabatnya tidak datang juga. Dia melirik jam tangan berwarna putih yang melekat pada lengannya dan kembali menggeruttu kesal.

Rani memang tidak bisa lepas dari sahabatnya Kanya, baginya telah mempunyai sahabat sebaik Kanya adalah anugrah terindah, tuh kan jadi kaya judul lagu. Tapi bukan lelucon, ini emang benar yang di rasakan Rani bukan hanya judul lagu ataupun kata-kata yang sok puitis.

Di raihnya tas yang berada dalam laci meja. Setelah mendapatkan gadgetnya segera di tekannya kontak Kanya dan telpon.

Kanya dan Rizki melangkah meninggalkan perpustakaan, iya sekarang Kanya telah mengetahui jika Rizki adalah Riki, sedangkan Rizki telah mengetahui Kanya sejak lama.

Rizki memang mempunyai sikap cuek namun ketika Kanya telah mengetahui jika dia adalah Riki sikapnya menjadi lebih baik. Kini mereka saling menceritakan cerita-cerita yang menurut mereka sangat lucu, Rizki tertawa begitupun Kanya.

"Jadi pas di taman kamu marah-marah benar kan karna ngeliat Reno megang tangan aku?" tanya Kanya yang tidak lupa mengeluarkan tawanya itu, sementara Rizki hanya mengangguk setuju dan ikut tertawa bersama Kanya.

Gadget yang di pegangnya bergetar, Kanya segera mengangkatnya namun tetap melangkah bersama Rizki, Kanya hanya tertawa kecil dengan sikap sahabatnya dalam telpon, dia hanya menelpon Kanya karna tidak ada yang menemaninya di kelas, hanya itu saja.

Diam-diam rizki mulai memperhatikan Kanya yang mulai tertawa geli saat berbicara dengan Rani di dalam telpon.

Dari kejauhan tiba-tiba ada segerombolan siswa yang kejar-kejaran dan menabrak kanya, kedua tangan Rizki dengan cepat menangkap Kanya dan mereka terhempas ke tembok.

Deg!

Mereka saling menatap dalam jarak yang sangat dekat, sementara Rani tengah memanggil-manggil Kanya yang terdengar dari suara gadget Kanya, namun Kanya hanya terdiam dalam kegiatan adu mata itu.

"Sorry kay, itu tadi mereka lari takutnya nabrak kamu," ucap Rizki gugup seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Sedangkan Kanya hanya mengangguk dan kembali berbicara dengan Rani.

"Kenapa?" tanya Rizki ketika Kanya mematikan gadgetnya dan tertawa sembriwing seperti orang kesetanan,

"Oh itu si Rani kayanya ketularan aku, masa takut di kelas sendiri. Lagian punya cowo minta temenin gitu ya," ucap Kanya kembali tertawa,

"Emang kamu mau minta di temenin sama aku terus," ucap Rizki yang membuat Kanya melirik ke arahnya spontan namun Rizki langsung memalingkan pandangannya.

Kanya menggeruttu kesal dan memberikan cubitan khasnya di sekitar pinggang Rizki, menerima perlakuan Kanya dia meringis kesakitan. Sedangkan Kanya hanya tertawa puas atas prilakunya tadi.

Mereka berpisah di depan pintu kelas Kanya,

Kanya melangkahkan kakinya ke dalam kelas dan sesekali memanggil nama Rani.

Kanya terus memanggil nama Rani dan menggeruttu kesal, 'kemana sih itu orang,' pikirnya.

Pintu kelas tertutup dengan kencang disertai  mati listrik, membuat Kanya terkejut dan memutar haluan tubuhnya. Tak ada satu orang pun yang Kanya temui selain suara-suara aneh yang seirama dengan deru nafasnya.

"Rani kamu dimana? Ran," ucapnya berusaha mencari Rani dalam kegelapan.

Sosok berwajah merah menampakan dirinya di tengah kegelapan. Seketika Kanya berteriak histeris dan jatuh pingsan.

🐤

[Chapter 28] 👉

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
Miss Rempong By UNI

General Fiction

3.8M 517K 57
Kinanti Wijaya atau orang-orang sering memanggilnya Kiwi merupakan mantan 3rd runner-up Miss Universe perwakilan dari Indonesia, semenjak menorehkan...
8.3M 517K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...