Hujan Di Langit November

By sheilabiila

142K 9.8K 1.2K

"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
!!!
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
[Teruntuk Pembaca]
read!
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
READ
Bab 15
Bab 16
Bab 17
PENTING!!!
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
OPMEM GRUP WATTPAD
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33 (end)
akhirnya selesai!
Answer
Chat Line
🌈🌈🌈
Grup
PELUK KEN SEKARANG JUGA!
Summer Triangle
Sequel Ken & Dean
Grab It Now!

Bab 14

2.9K 252 23
By sheilabiila

"Sering sekali hujan turun belakangan ini. Hujan yang turun dari langit, ataupun dari mataku"

***

Minggu pagi diawali dengan tetesan air hujan, Dean senang sekali ketika mendengar suara hujan. Ia dapat benar-benar merasakan euforianya.

"Lo nanti dateng nggak?" Tanya Ken pada gadis yang sedang menatap jendela ruang keluarga. Ya, saat ini Ken dan Dean tengah bersantai sambil menonton televisi. hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Tapi kali ini mereka melakukannya, tentu saja karena perintah Ibunya.

"Dateng apa?" Dean balik bertanya, tatapannya masih setia pada tetes air hujan

"Nanti malem, Kasa band bakalan tampil di Kafe dekat sekolah,"

"Kasa band?" Dean mengerutkan dahinya bingung. Merasa asing dengan nama aneh tersebut.

"Iya. Band yang baru saja dibentuk sama gue,Rio,Deri,dan Andra, kasa band itu artinya band SMA Angkasa" Jelas Ken, yang juga masih setia menatap Dean. Walau yang ditatapnya enggan membalas.

Yang benar saja. Dean mencibir dalam hati. Menurutnya namanya sangat aneh sekali.

"Jadi, lo dateng nggak?" Ken bertanya lagi

"Nggak"

"Kenapa?" Tanya Ken merasa kecewa dengan jawaban Dean

"Kenapa gue harus dateng?" Namun yang ditanya malah balik bertanya.

"Buat liat gue"

"Kenapa gue harus ngeliat lo?"

"Udahlah Dean, dateng aja nanti malam. Mama yakin kamu bakalan terpesona sama kakakmu, Ken menuruni bakat menyanyi mama lho," Ibu Dean tiba-tiba saja menghampiri kedua anaknya sambil membawa beberapa camilan dari dapur.

"Whatever" Dean memutar bola matanya malas. Lalu mengambil remote televisi, dan mengganti salurannya.

"Hey, jangan di ganti. Nggak liat gue lagi nonton apa" Ucap Ken lalu merebut remote itu dari genggaman Dean.

"Tontonan lo kartun?"

"Emangnya kenapa?"

"Kekanakan banget," Cibir Dean lalu mendekati Ibunya dan mengambil beberapa camilan.

Ken sedikit kesal dengan tingkah adiknya. Menurutnya adiknya itu sudah mulai berubah, jadi makin menyebalkan.

"Emangnya apa yang lo tonton?" Ken bertanya pada Dean, membuat gadis itu terdiam sesaat

"Hahahaha, adikmu ini nggak pernah nonton acara televisi. Matanya cuma fokus ke buku pelajaran" Ibu Dean tertawa kecil lalu memandangi kedua anaknya secara bergantian

"Pantas saja, lo kurang hiburan Dean. Itulah kenapa muka lo selalu keliatan serius, nggak ada ekspresinya, bener-bener bosenin," Ujar Ken yang tatapannya fokus menonton layar tv. Tidak sadar bahwa kalimat yang dikatakannya membuat hati Dean sedikit tergores. Dean tahu, kakaknya itu hanya bercanda. Tapi kenapa harus sesakit ini?

***

Alunan gitar mulai terdengar, serta suara indah yang melengkapi perpaduannya.

Ken tengah tampil diatas panggung. Banyak siswa dari SMA Angkasa yang datang hanya untuk melihat Ken. Tak terkecuali Amel. Gadis itu sudah duduk manis ditempatnya bersama kedua sahabatnya, Sisi dan Carla.

Dean juga datang. Ia duduk bersama Cheesy. Gadis yang masih disukai oleh 'kakak'nya itu.

Tepukan meriah mulai terdengar, ketika Kasa band baru saja mengakhiri pertunjukan mereka. Ken tersenyum puas. Ia senang bisa tampil seperti ini lagi, walaupun hanya di kafe.

"Bagus kan suaranya?" Tanya Cheesy menatap sahabatnya

Dean hanya mengangguk kikuk, lalu tersenyum tipis.

"Suaranya masih sama" Ucap Cheesy, gadis itu tersenyum. Ia sangat senang bisa mendengar Ken menyanyi lagi. Sebenarnya, itu yang paling ia rindukan dari sosok Ken.

"Gimana?" Ken tersenyum saat menghampiri Dean, namun yang ditatapnya malah membalas tatapan itu dengan kesal.

Ya, Dean kesal. Untuk apa Ken menghampirinya dan menanyakan hal itu? Apalagi didepan banyak orang. Memangnya pendapat Dean itu penting?

"Bagus banget, Ken" melihat Dean diam saja, akhirnya Cheesy memilih menjawab. Walau bukan gadis itu yang ditanyakan.

"Makasih. Cheesy, bisa ikut gue sebentar nggak?" Tanya Ken

"Kemana?"

"Sebentar. Ada hal yang pengen gue omongin. Dean gue pinjem dulu sahabat lo ya?" Tanya Ken hati-hati, karena sepertinya mood Dean sedang tidak baik.

Dean hanya mengangguk kecil, Cheesy pun langsung mengikuti langkah Ken. Mereka berjalan menuju atap Kafe.

"Kenapa Ken?"

"Gimana kabar lo?" Ken bertanya santai, matanya menatap Cheesy dalam.

"Baik, kenapa? Tiba-tiba begini?" Jawab Cheesy merasa aneh dengan tingkah Ken.

"Susah ya nahan kangen sama lo. Gue kangen sama lo sy" Ken tiba-tiba mengucapkan kata itu, membuat jantung Cheesy berdegup kencang.

"Wajar sih, kita udah lama banget nggak ketemu," bukan. Bukan itu jawaban yang ingin Ken dengar.

"Lo baik-baik aja?"

"Nggak Ken. Gue nggak baik," Cheesy menghela napas, lalu memandangi langit malam

"ada masalah?"

"Banyak. Dan sialnya setiap gue dapet masalah, kenapa gue pengen lo jadi orang yang pertama tau?" Cheesy akhirnya mengungkapkan itu. Memang sewaktu dulu, Ken lah kekasih sekaligus sahabat terbaiknya. Tempat Cheesy bersandar mengeluarkan keluh kesah.

"Karena gue disini, lo bisa cerita sama gue sekarang. Gue bakal dengerin sampe lo selesai ngomong" Jawab Ken tersenyum tenang menatap Cheesy.

"Kenapa masih baik sama gue? Gue dulu udah ninggalin lo Ken"

"Lo ninggalin gue karena alasan yang jelas. Gapapa, gue ngerti dan udah maafin lo,"

"Maaf, dan makasih Ken" ucap Cheesy membuat Ken tersenyum lagi.

"Bisa kasih gue kesempatan?" Ken bertanya, membuat Cheesy mengerutkan dahinya, bingung.

"Kesempatan apa?"

"Kesempatan buat nggak ditinggalin lagi" Cheesy tersentak mendengar ucapan Ken, bingung. Sebenarnya apa yang dimaksud Ken?

"Bisa nggak kita kayak dulu? Bedanya, saat ini gue nyatain perasaan gue di atap. Bukan dipanggung,"

"Gue masih suka sama lo Cheesy" lanjut Ken, membuat Cheesy terdiam bingung. Ia memang masih menyukai Ken juga. Namun pernyataan Ken yang tiba-tiba membuatnya sulit untuk memutuskan. Mengingat Ia akan kembali ke Australia beberapa bulan lagi.

"Gue..."

Ken melepas jaketnya, mendekati Cheesy lalu memakaikan jaket itu padanya.

"Gue udah sering ceramahin lo, jangan terlalu sering pake baju yang terbuka. Lo bisa masuk angin, selain itu gue nggak suka kalau tubuh lo diliat banyak orang. Nggak bosen hm gue ceramahin mulu?"

Cheesy mematung. Ia benar-benar meleleh dengan perlakuan Ken saat ini juga.

"Gue juga masih suka sama lo Ken" akhirnya kalimat itu keluar, padahal Ia sudah menahannya sejak tadi

Ken tersenyum senang lalu memeluk gadisnya itu.

Dilain tempat, Amel menghampiri Dean yang wajahnya terlihat sangat bosan.

"Mana Ken? Gue liat dia tadi sama sahabat lo itu. Oh, jadi sahabat lo itu tukang tikung ya? Ya nggak beda jauh sih sama lo"

Dean malas jika harus berdebat lagi dengan mantan sahabatnya itu, maka ia memilih untuk diam.

"Kalau sendiri nggak berani ngomong? pengecut," Dean masih diam menahan emosinya membuat Amel berdecak sebal.

"Bisu?" Tangan Amel menyentuh wajah Dean, dan itu membuat Dean tersentak. Setahunya, Amel tidak pernah bermain fisik seperti ini.

"Lepas" Ucap Dean akhirnya, namun Amel malah tersenyum menang.

Dasar psikopat. Batin Dean

"Tuli?" Alex melepaskan lengan Amel dari wajah Dean, lalu langsung menarik Dean agar mengikutinya. Mereka berjalan keluar Kafe.

"Lo mau apa sih?" Dean kesal karena Alex menyeretnya dengan paksa. Daripada harus berhadapan dengan dirinya, Dean lebih memilih dalam situasi tadi dengan Amel.

"Lo bisa nepis tangannya. Kenapa diem aja? Bikin gue khawatir" Alex memang selalu mengkhawatirkan Dean, walaupun dari jauh. Bahkan cowok itu rela datang ke Kafe untuk memerhatikan gerak-gerik Dean.

"Apa setiap cowok selalu berkata kayak gitu? Bullshit banget," jawab Dean

"Dean. Gue bener-bener harus denger penjelasan lo. Gue minta maaf karena nggak pernah mau dengerin lo dulu. Tapi sekarang gue sadar, gimana pun juga harusnya gue dengerin lo dulu" Dean kesal. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini, tapi 'kakak'nya entah ada dimana.

"Gue udah lupa ceritanya. Jadi nggak ada yang perlu dijelasin,"

"Apa gue harus pakai cara kasar supaya lo mau ngomong sama gue?" Dean hanya menatap malas Alex, Ia sama sekali tidak takut dengan ancaman Alex. Dean sangat tahu betul bagaimana sifat cowok itu, Dean yakin Alex tidak akan berbuat bahaya, apalagi sampai berbuat macam-macam.

"

Gue masih suka sama lo Dean" akhirnya kalimat itu terucap. Kalimat yang selalu ditahan olehnya karena gengsi dan perasaan bersalahnya.

"Gue nggak," jawab Dean

"Bisa nggak lo ngasih gue kesempatan? Gue bisa bikin suka sama gue lagi,"

"Terus abis itu apa? Lo bakal ninggalin gue lagi cuma karena drama yang dibuat sama cewek lain?"

"Maaf. Tapi kali ini gue serius, gue pengen perbaikin semuanya sama lo,"

"Gue nggak mau"

"Nggak usah buru-buru. Gue kasih lo waktu sampai besok, gue tunggu," Alex tersenyum, senyum yang sudah lama sekali tidak dilihat oleh Dean. Membuat hatinya bimbang.

Ponsel Dean tiba-tiba bergetar, ternyata ada pesan masuk dari Cheesy, Ia pun membukanya.

Cheesy: lo dimana? Gue balikan sama Ken😊😊😊

Dean tersentak, Ia tidak tahu bahwa kakaknya akan bertindak secepat itu. Ia ingin menangis sekarang juga, tapi tidak bisa. Ada alex dihadapannya.

"Kenapa?" Alex bertanya, membuat Dean sadar.

"Ah..engga.." Dean tidak tahan lagi. Ketika berbicara justru bibirnya malah bergetar, air matanya sudah tidak tertahan. Maka malam itu juga Ia menangis dihadapan Alex.

Alex hanya diam, sesekali menghapus air mata Dean. Lalu mengecup pipi gadis itu.

Itu memang hal yang biasa dilakukan Alex dulu saat Dean menangis, karena jika sudah dicium pipinya, maka gadis itu akan berhenti menangis, dan pipinya malah merona merah.

Tapi sekarang tidak lagi, tidak ada warna merah lagi dipipi itu.

"Emangnya siapa yang ngizinin lo buat cium gue!" Dean kesal. Ia amat kesal dengan perlakuan Alex yang sesukanya.

"Maaf. Gue kira kalau gitu, lo bakal berhenti menangis. Tapi ternyata udah nggak berlaku ya?"

"Bodoh" Dean tetap menangis. Tidak peduli dengan pria dihadapannya.

"Oke, lo boleh nangis. Tapi jangan lama-lama ya?," Alex memberikan sapu tangan miliknya, lalu bergegas masuk kembali ke dalam Kafe.

Dean melihat sapu tangan itu, sapu tangan warna coklat. Sapu tangan kesukaan Alex, karena pemberian dari Ibunya.

Dean tertegun. Menatap punggung Alex yang lama-lama menghilang, Ia bertanya pada dirinya sendiri. Apa Alex serius dengan ucapannya barusan? Bagaimana jika Ia malah menyakiti Dean lagi?

Dean takut.

Dean takut jika harus patah hati lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

16.2K 985 8
SEBELUM 3078 MDPL (16+) "Merindumu dalam sunyi, mencintamu dengan sembunyi." *** Bagi Kiara, pacaran dengan Danu adalah prioritas. Ke mana Danu pergi...
244K 26.6K 35
SELESAI || PART MASIH LENGKAP "Tunggu aku tiga atau lima tahun lagi. Aku akan segera datang ke rumah untuk melamar." Pernah mendengar kalimat sejenis...
7K 4.3K 25
"Kalo menurut legenda di Jepang, barang siapa yang membuat 1.000 origami burung bangau maka harapan orang tersebut akan terkabul dan selain mengabulk...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...