Last Letter From God [END]

By sleepdragon_seo11

118K 9.6K 492

Kehidupan sempurna sangat diimpikan oleh banyak orang. Tak terkecuali namja bermarga Park, Park Jungkook. Tap... More

Me Always Wrong..
What's Wrong with Me?
Misterious Latter..
I Will Ok!
The Dream...
Misterious Letter (Again)
That Girl?
I'm Sick
Chingu.
I'm Not Felling Well.
Hospital
Accident
Done?
Critical Conditions
Days
Meet
Bad Reality
푸른 사막인가 (Blue Desert)
Come & Go
사라지다 (Lost)
마지막 (The Last)
The Gift
Pemberitahuan!!
Epilog

School

3.7K 367 18
By sleepdragon_seo11

.

.

.

Author pov.

Pagi hari ini terlihat sangat cerah. Namun tidak secerah wajah Jungkook. Ia terlihat muram dan berjalan di koridor sekolahnya dengan terus menundukkan kepala. Ia berjalan dengan cepat menuju ke kelasnya.

"Jungkook-ah!"

Sebuah panggilan yang sangat di kenal Jungkook, membuat Jungkook menghentikan langkahnya. Ia melihat Zico berlari kearahnya.

"Annyeong, Zico-ya." sapa Jungkook cepat. Ia kembali melanjutkan jalannya menuju kelas dengan cepat.

"Ya, neo wae geurae?" tanya Zico dengan menyusul Jungkook yang berjalan cepat.

"Aniya."

"Kenapa kau berjalan cepat sekali? Jam masuk kan masih sangat lama."

"Aku hanya ingin sampai di kelas."

"Tapi, kenapa kau tak memakai seragammu, Jungkook-ah?"

Pertanyaan Zico yang terakhir, membuat Jungkook menghentikan langkah. Ia termenung sejenak.

"Seragamku masih basah." Ucap Jungkook singkat, lalu kembali berjalan cepat meningalkan Zico di koridor. Zico menatap bingung dengan tingkah Jungkook pagi ini.

"Kenapa anak itu? Kenapa tingkahnya aneh sekali?" monolog Zico. Ia kemudian berjalan menuju kelasnya yang berada dua kelas dari kelas Jungkook.

.

.

.

Jungkook pov.

Aku tak peduli, Zico menganggapku aneh. Aku melakukan ini demi kebaikan Zico. Aku tak ingin, Zico ikut masuk kedalam permasalahan hidupku. Dan sebaiknya, aku harus menjauhi Zico.

Aku mendudukkan diriku di bangku pojok belakang. Ya.. disana bangkuku. Bangku orang sepertiku. Aku tak mempermasalahkan aku duduk dimana. Yang terpenting aku bisa mengikuti pelajaran dengan nyaman. Aku membuka bukuku dan mulai membaca.

Kringgg!!

Sepertinya aku terlalu tenggelam dengan bukuku. Sampai-sampai bel masuk sudah berbunyi. Aku memasukkan buku dan mulai menyiapkan diri untuk pelajaran pertama.

Hah.. semoga aku tak mendapat masalah hari ini.

Aku melihat Shin ssaem berjalan masuk. Semua memberi hormat pada Shin ssaem. Aku kembali duduk setelah memberi hormat.

"Jungkook-ssi." panggil Shin ssaem.

"Ne?"

"Kenapa kau tak memakai seragam?" pertanyaan Shin ssaem membuatku terdiam.

Aku harus menjawab apa?

"Seragam saya basah, ssaem." Baiklah, akhirnya aku memutuskan untuk berbohong.

"Basah? Bukankah kemarin tidak hujan. Kenapa bisa basah?"

Oke, sepertinya aku salah meminta tak ada masalah hari ini. Shin ssaem sangat teliti. Semua murid tau itu.

"Ah.. itu.. itu.. karena.. saya terjatuh di genangan air ketika pulang sekolah, ssaem. Jwesonghamnida." Ucapku kemudian.

Semoga kali ini Shin ssaem tak bertanya banyak padaku.

"Baiklah, kali ini aku maafkan. Meski kau adalah murid pandai di kelas ini, tapi bukan berarti aku membebaskanmu dari hukuman karena tak memakai seragammu, Jungkook-ssi."

Aku hanya mengehal nafas mendengar perkataan Shin ssaem. Aku siap harus mendapat hukuman.

"Ne, ssaem. Saya siap menerima hukumannya." Ucapku.

"Sepulang sekolah datanglah kekantor guru. Aku akan menunggumu disana."

"Ne, ssaem." Ucapku pasrah.

"Baiklah, kita kembali melanjutkan pelajarannya. Buka buku kalian." Perintah Shin ssaem.

Aku membuka bukuku. Mencoba mengikuti pelajaran, tapi tetap saja aku benar-benar tak fokus dengan pelajaran hari ini. Pikiranku benar-benar melayang kemana-mana.

.

.

.

Kringg!!

Bel pulang sudah berbunyi. Aku membereskan bukuku dan memasukkan kedalam tas. Aku menenteng tasku keuar kelas dan pergi menuju ke ruang guru untuk menjalankan hukumanku.

"Jungkook-ah!"

Aku menghentikan langkahku ketika mendengar suara Zico memanggilku. Oh, apa yang harus aku lakukan?

"Kau mau kemana? Kajja! Kita pulang bersama. Aku akan mengantarmu." ucap Zico dengan nada semangat.

"Mianhae, Zico-ya. Aku harus ke ruang guru, menemui Shin ssaem. Kalau begitu aku duluan, Zico-ya."

Aku berjalan meninggalkan Zico disana. Aku tak mengindahkan panggila Zico yang meneriaki namaku. Aku terus berjalan dan berbelok di koridor. Aku kembali melanjutkan jalanku menuju keruang guru.

Tok! Tok! Tok!

Aku mengetuk pintu ruangan Shin ssaem. Menunggu jawab dari dalam. Cukup lama tak ada sahutan dari dalam.

Apa Shin ssaem sudah pulang?

"Masuklah."

Aku segera masuk kedalam ruangan Shin ssaem ketika mendengar suara Shin ssaem memerintah masuk. Aku membungkuk sekilas, memberi hormat pada Shin ssaem. Shin ssaem terlihat duduk di kursinya dengan setumpuk kertas di atas mejanya.

"Saya kemari untuk menerima hukuman saya, ssaem." Ucapku.

"Ternyata kau menepati janjimu, Jungkook-ssi. Biasanya mereka yang aku hukum ketika pulang sekolah, lebih memilih untuk pulang dari pada kemari. Tapi, kau memilih untuk menerima hukumanmu."

"Karena saya membuat kesalahan, jadi saya sudah semestinya dihukum, ssaem."

"Geurae. Hukumanmu, memeriksa semua kertas-kertas ini. Selesaikan semuanya." Ucap Shin ssaem dengan menunjuk setumpuk kertas di hadapannya.

"Ne, ssaem."

Aku mendudukkan diri di kursi dan mulai berkutik dengan kertas-kertas itu. Memeriksanya satu persatu. Aku akan menyelesaikan hukumanku dan kembali ke rumah. Semoga Jin hyung dan Jimin hyung tidak marah kali ini.

.

.

.

Aku berjalan masuk ke gedung apartement. Hari sudah sangat sore. Aku berjalan dengan langkah lemas menuju keapartementku. Aku tau, aku pasti akan kena marah Jin hyung dan Jimin hyung. Meski sudah biasa, tapi aku benar-benar lelah. Aku ingin beristirahat dari perlakuan Jin hyung dan Jimin hyung.

Aku sudah berada di depan pintu apartementku. Aku hendak membuka pintu ketika sebuah suara membuatku mengurungkan niatku.

"Jungkook-ah."

Aku menoleh dan mendapati eomma berdiri didepan pintu apartement Jin hyung. Jimin hyung tak memberitauku jika eomma akan datang hari ini. Hampir saja aku ketahuan. Eomma tak pernah tau, kalau apartementku dan Jin hyung serta Jimin hyung berpisah.

"Eomma? Kapan eomma datang?" tanyaku.

"Siang tadi. Lalu, kau dari mana? Kenapa baru pulang sekarang?"

"Aku dari sekolah, eomma. Banyak tugas yang harus aku kerjakan."

"Lalu, kenapa kau mau masuk ke apartement itu? Bukankah apartementmu bersama dengan hyung-hyungmu?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan eomma. Aku harus menjawab apa? Aku tak mungkin berbohong pada eomma.

"Ah, sebenarnya aku ingin memberitau eomma sesuatu. Beberapa hari yang lalu, aku memutuskan untuk memiliki apartement sendiri. Jadi, aku sekarang tinggal berpisah dengan hyungdeul."

"Kenapa harus berpisah? Bukankah kalian bisa satu apartement?"

"Aku ingin mandiri, eomma. Aku tak ingin merepotkan hyungdeul."

"Geurae, terserah kau saja. Yang terpenting, kau senang eomma juga senang."

Eomma mengelus rambutku sayang. Aku hanya tersenyum menerima perlakuan eomma. Hah.. aku sangat merindukan usapan lembut eomma.

"Ah, eomma membawakanmu makanan. Masuklah, hyung-hyungmu juga ada didalam."

Aku sedikit ragu, namun kemudian aku berjalan masuk kedalam apartement Jin hyung dan Jimin hyung. Aku melihat mereka tengah duduk di sofa dan menikmati makana yang di bawa eomma.

"Duduklah disini, Jungkook-ah." eomma menepuk sofa di sampingnya. Aku duduk di samping eomma.

"Lihatlah, eomma membawakan tteokbokki kesukaanmu. Eomma suapkan, ne?" ucap eomma. Eomma mengambil tteokbokki dan menyuapkan padaku. Aku menerimanya dengan senang hati.

"Eotte?"

"Masakan eomma tetap enak. Rasanya masih sama seperti yang dulu." pujiku. Eomma tersenyum mendengarnya.

Meski aku tersenyum senang, begitu juga dengan eomma, tapi tidak dengan Jin hyung dan Jimin hyung. Aku bisa melihat tatapan tak suka dari mata Jin hyung dan Jimin hyung.

"Aku akan pergi." ucap Jin hyung tiba-tiba. Eomma mendongak menatap Jin hyung yang sudah berdiri.

"Eodiya?"

"Ada yang harus aku kerjakan dirumah temanku. Aku pergi dulu." Ucap Jin hyung dan berlalu meninggalkan eomma dan diriku. Aku melirik kearah Jimin hyung. Ia menyambar jaketnya dan berdiri.

"Kau juga mau pergi, Jimin-ah?" tanya eomma.

"Ada yang harus aku kerjakan di kampus. Mungkin aku dan Jin hyung akan pulang besok pagi. Eomma bisa menempati kamar Jin hyung atau kamarku. Aku pergi dulu." Ucap Jimin hyung dan berlalu pergi.

"Sepertinya mereka sangat sibuk dengan tugas kampusnya. Jja! Kita makan lagi, Jungkook-ah." ucap eomma. Aku hanya tersenyum dan kembali menerima suapan dari eomma.

Pikiranku masih melayang memikirkan Jin hyung dan Jimin hyung. Apa mereka marah padaku? Ya, mereka pasti sangat marah padaku. Dan mereka tak bisa meluapkan kemarahannya karena ada eomma disini. Entah kenapa, aku merasa tak enak dengan Jin hyung dan Jimin hyung.

.

.

.

Author pov.

Sudah beberapa hari ini, nyonya Park berada di apartement anaknya. Dengan adanya nyonya Park, dalam beberapa hari Jungkook tak pernah mengerjakan tugasnya. Meski Jungkook senang karena terbebas dengan kegiatan sehari-harinya. Tapi, ia merasa tak enak dengan Seokjin dan Jimin. Jungkook tau dua hyungnya itu pasti merasa jengkel padanya.

"Jungkook-ah, kau sudah bersiap pergi kesekolah?" suara nyonya Park terdengar dari kamar Jungkook. Ya.. pagi ini nyonya Park berada di apartement Jungkook untuk menyiapkan sarapan sebelum Jungkook berangkat ke sekolah.

"Ne, eomma."

"Cepat kemari, sarapanmu sudah eomma siapkan."

"Ne, sebentar lagi, eomma."

Jungkook memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam tasnya. Pergerakannya terhenti ketika melihat amplop merah yang kemarin ia temukan di rumah sakit. Jungkook menatap sekilas, lalu mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya. Jungkook menghampiri eommanya yang berada di ruang makan.

"Kenapa eomma masak sedikit sekali? Eomma tidak ikut sarapan?" tanya Jungkook yang melihat beberapa makanan di meja makan.

"Aniya, eomma masih kenyang. Jja! Sekarang kau sarapan dulu."

Jungkook duduk di depan sarapannya. Ia menatap masakan nyonya Park. Baunya masih sama seperti dulu. Jungkook sangat merindukan masakan eommanya. Dulu ia selalu sarapan bersama dengan eomma dan appanya, dan juga bersama dengan Seokjin dan Jimin. Ah.. mungkin sudah sekitar enam tahun yang lalu dirinya sarapan bersama dengan keluarganya.

"Ah.. eomma, Jin hyung dan Jimin hyung tak ikut sarapan?" tanya Jungkook.

"Mereka masih belum pulang. Sepertinya mereka sangat sibuk dengan tugas kuliahnya. Sudahlah, sekarang kau sarapan. Nanti kau telat masuk sekolahnya."

"Ne, eomma."

Jungkook mulai memakan sarapannya. Jungkook menghentikan kunyahannya. Ia mencoba merasakan masakan nyonya Park.

Kenapa masakan eomma tak ada rasanya?

"Wae, Jungkook-ah? Apa masakan eomma tidak enak?" tanya nyonya Park yang melihat gelagat Jungkook.

"Ah, aniya, eomma. Mashitayo." Ucap Jungkook dengan tersenyum senang. Ia kembali menyuapkan sarapannya dan memakannya. Meski Jungkook tak merasakan apapun, ia tak ingin membuat nyonya Park menjadi mencemaskannya.

.

.

.

To Be Continue

oke, rei cabut bye.

Salam Reika Ryu.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 81.5K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
243K 36.5K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
602K 47.5K 56
Kim Taehyung adalah pemuda dengan senyum yang manis.. Namun, senyuman yang dulu dia berikan dengan ketulusan, sekarang berubah menjadi senyum kepahit...
83.4K 8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...