TWIN

By sngeunkm

30.8K 4.1K 658

(Some chapter are private) Pada awalnya Jinan mendapat tugas untuk menyamar menjadi sang adik yang sudah men... More

Prolog
Jinny
Jinan
Hanbin
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Duabelas
Tigabelas
New Update
Empatbelas
Enambelas
Tujuhbelas
Delapanbelas
Sembilanbelas
Flashback
DUAPULUH (END)

Limabelas

1K 153 60
By sngeunkm

Dua pria itu terbalut dalam keheningan, salah satu dari mereka tampak kaget dan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ibu yang selama ini ia anggap sebagai pelindung adalah seorang pembunuh?

"Tidak!! Tidak mungkin!!!" seseorang memecahkan keheningan, ia tengah berdiri di pojokan menguping semua pembicaraan yang baru saja berlangsung.

"Jin.. Jinny?"

"Eomma tidak akan melakukan ini pada ku.. Kau berbohong June!!" Jinny mengepalkan tangannya menahan tangis, walaupun kini ia bukanlah manusia, sebagai seorang anak ia masih merasa terpukul jika mendengar kabar yang sangat mengejutkan itu.

Jinny berlari keluar dari ruangan, entah kapan tepatnya ia sudah berada di sana, yang jelas saat ini ia melangkahkan kaki secepat mungkin dengan mata yang sudah terlebih dahulu berair.

June membatu, ia kehabisan kata-kata, ini semua bukanlah yang ia harapkan, Jinny pasti akan benar-benar terluka.

"Jinny.. Jinnyy..!!"

Berbeda dengan June, Jinan mengejarnya, memanggil nama sang adik hingga sosok wanita itu menghilang bagaikan asap yang tertiup angin. "Jinny-aahhhh.." Ia menghempaskan tubuhnya ke tanah, lututnya lemas, air mata pun tak mampu lagi ia bendung.

Hanbin yang menunggu Jinan di parkiran berlari ke arah pria mungil itu, ia bingung dan heran, mengapa saudara dari kekasihnya itu menangis.

"Jinan-shi.. apa yang terjadi?"

"Hanbin.." Jinan mengenggam hoodie yang Hanbin kenakan, ia menatap pria di hadapannya dengan tatapan kesedihan, saat ini Jinan tengah hancur, ia tak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya adalah seorang pembunuh.

"Wae? Mengapa kau menangis seperti ini? Apa yang brengsek itu lakukan pada mu?

"Hanbiinn.." Jinan tak menjawab, ia terus memanggil nama pria di hadapannya ini dengan lirih.

"Aku akan menghajarnya untuk mu.. Tunggulah di sini.."

"Ku mohon jangan tinggalkan aku.."

Hanbin baru saja ingin melangkahkan kaki, tapi Jinan lebih dulu menarik telapak tangannya yang lebar, sungguh, ia tak ingin ada keributan lain, sudah cukup luka yang ia terima hari ini.

Hanbin sadar pria di hadapannya ini sedang membutuhkan tempat bersadar, ia menarik Jinan masuk ke dalam pelukannya, mengelus pundak pria itu dengan lembut, terdengar jelas isakan kecil yang coba Jinan tahan, walaupun di penuhi dengan ribuan pertanyaan Hanbin memilih diam dan terus menenangkannya.

"Hanbin-shi.."

"Hmm?"

"Bolehkah malam ini aku menginap di tempat mu?" Jinan memberi jarak di antara mereka, menatap Hanbin dengan harapan, hari ini ia tak ingin pulang, ia bahkan tak mau membayangkan wajah sang ibu.

Seakan dapat membaca tatapan Jinan, Hanbin tersenyum, mengacak rambut pria itu dengan kasar "Jangan lupa untuk membayar sewa!" candanya dengan kekehan kecil yang mengikuti, bukan.. bukan karna ia tak menghargai Jinan yang bersedih, hanya tak ingin suasana berubah menjadi canggung.

















"Pakai ini.."

Hanbin menyerahkan sepasang piama pada Jinan, karna saat ini pria mungil itu masih mengenakan dress yang digunakannya untuk menipu June.

Jinan mengapainya, lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, banyak hal yang ia pikirkan, mengapa ibunya membunuh Jinny? Apa yang terjadi? Dan mengapa June menyembunyikan hal sebesar ini dari dirinya?

Masih dengan pertanyaan yang menghantui pikirannya, Jinan keluar menghampiri Hanbin yang berada di depan TV, ia duduk sembari menekukkan kedua kakinya di atas sofa.

"Hanbin-shi.."

"Huh?"

"Apa kau percaya bahwa Jinny mati karna terbunuh?"

"Hya.. Mengapa kau berbicara seperti itu?"

Jinan menghela nafas lalu membalas tatapan Hanbin yang tertuju padanya "Dengar.. aku akan menceritakan apa yang ku dapat dari June.. Tapi berjanjilah kau tidak akan terbawa emosi.."

Hanbin mengangguk paham, menanti penjelasan yang memang sedari tadi ia inginkan, Hanbin bertanya-tanya hal besar apa yang tengah terjadi, mengapa Jinan sampai tak ingin kembali ke rumahnya?

Jinan menceritakan semuanya secara detail tanpa mengurangi atau menambah satu kata pun yang ia dengar, puas ia menahan isakannya, menceritakan kembali sama saja dengan mengorek luka yang belum sepenuhnya kering.

Rahang Hanbin mengeras, ia kesal, sedih, hancur saat mengetahui kebenaran itu, ingin sekali ia menghajar June, bagaimana mungkin adik tirinya itu berani menyembunyikan fakta penting seperti ini, Hanbin sempat berpikir bahwa June bersekongkol dengan nyonya Park. Namun setelah melihat Jinan menahan tangis amarahnya mereda, jika saat ini ia mengikuti emosinya maka pria mungil itu akan semakin terluka.

"Hyaa.. Apa kau tak tahu caranya mengancing baju?"

Jinan menoleh ke arah Hanbin yang tiba-tiba saja keluar dari topik, pria di hadapannya itu menunjuk ke arah pakaian yang Jinan kenakan dengan kedua matanya.

Jinan mendecih, ia baru sadar bahwa urutan kancing pakaiannya itu salah, otaknya saat ini benar-benar kacau.

Baru saja Jinan ingin membenahi kancing itu, Hanbin lebih dulu melakukannya, Jinan terkejut namun kesedihannya terasa lebih kuat hingga tubuhnya pasrah menerima perlakuan Hanbin yang membuka semua kancing lalu memasang benda itu kembali.

"Aku tahu kau pasti ingin menghajar June saat ini.."

Hanbin yang tengah asik mengancing memandang ke arah pemilik suara.

"Tapi kau harus percaya ia pasti melakukan hal itu karna sebuah alasan.."

Hanbin menghentikan aktifitasnya, mimik wajahnya pun berubah menjadi lebih serius, ia benar-benar benci jika harus membahas June.

"Kau tahu.. June bukanlah orang yang mau mengikuti omongan oranglain, terlebih saat itu.." Jinan menengak liur sebelum menyelesaikan kalimatnya "Ibu menyuruhnya tutup mulut.. June tidak akan melakukannya tanpa alasan yang jelas.."

"Hyaa, apa kau masih menganggap pria itu baik?"

"Entahlah tapi apa kau tidak penasaran dengan alasan yang aku maksud tadi? Hyaa Hanbin.. Ku rasa ada hal lain yang masih June sembunyikan!!" Jinan menguncang tubuh lawan bicaranya hingga pria itu mengenggam tangan Jinan guna menghentikan, mereka terdiam beberapa saat, mulai terasa kecanggungan di antara keduanya.

praaangggkkk

Bingkai yang menghiasi foto Hanbin dan Jinny pun terjatuh dari atas meja, membuat kedua pria tadi memandang ke asal suara, Hanbin mendekati benda itu dan mencari tikus yang mungkin saja berbuat ulah.

Namun di sisi lain Jinan justru terpaku, terlihat jelas olehnya sosok Jinny tengah berdiri dengan tatapan kemarahan.

"Belum puas kau menyakiti ku? Apa kau senang aku mati huh?" Jinny berjalan mendekatinya dengan tangan yang mengepal.

"Kenapa semua orang menyukai mu?? Dan kenapa mereka membenci ku??"

"Jinny.." Jinan kehabisan kata-kata, hanya nama adiknya lah yang sanggup ia ucapkan saat ini.

"Ne?" Itu Hanbin "Ada apa Jinan-shi?" ia menghentikan aktifitasnya membersihkan beling lalu menoleh ke arah Jinan yang bersuara namun Jinan enggan merespon.

"Ibu sangat menyayangi mu, dari kau kecil ibu tak pernah sekali pun memukul atau memarahi mu bukan? Namun aku? Aku diperlakukan tidak adil!! Bahkan ibu sendiri yang telah membunuh ku.."

"Mianhae.."

"Kenapa kau meminta maaf Jinan? Bingkai ini jatuh bukan karna salah mu.. Ada-ada saja kau ini.." Hanbin yang memang tak dapat melihat Jinny berfikir bahwa Jinan tengah berbicara padanya, dengan polos ia menjawab semua perkataan itu.

"Kau sudah memiliki semuanya Jinan-shi... Dan sekarang kau mencoba merebut Hanbin dari ku huh?" Tampak jelas bahwa arwah perempuan itu tengah cemburu, ia benar-benar terluka menerima kenyataan bahwa sang ibulah yang telah merengut nyawanya, oleh karna itu situasi saat ini, adanya Jinan di dalam apartment Hanbin membuat Jinny sedikit sensitif, semakin merasakan sakit di hatinya, ia mengira saudara kembarnya ini berniat untuk merebut Hanbin dari sisinya.

"Aku tidak akan menyerahkannya semudah itu! Jika aku tak bisa bersamanya maka kau juga tidak akan bisa, jika aku mati karna terbunuh maka kau juga akan mati di tangan ku..."

Jinan tersenyum perih, adik yang selama ini ia kenal sebagai wanita yang lembut telah berubah, ia tak bisa menyalahkan siapa pun di sini, situasi dan takdir lah yang mengubahnya, ini benar-benar menyakitkan.

"Jika memang itu kesalahan ku, maka bunuhlah aku.."

"Neee???"









-tbc-

Cover by : Veoomize

Continue Reading

You'll Also Like

72.8K 13.1K 21
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
82.3K 12.1K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
40.1K 7.3K 79
Marsha anak yang sangat pintar di sekolahnya, dengan prestasi yang ia dapat ia lolos ke perguruan tinggi negeri yang ia mau selama ini. Namun, masala...
80.1K 9.6K 30
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...