Tiga Belas [COMPLETED]

By snowfa

60.8K 3.8K 63

"Kenapa lo harus sembunyi?" tanya Dafa pelan. Rei diam. Sulit menjawab pertanyaan itu dengan sejujurnya. "Kar... More

BAB 1
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
Bab 27
BAB 28
BAB 29
Bab 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35

BAB 2

3.6K 229 2
By snowfa


"Kadang pertanyaan itu muncul. Kenapa harus ada pertemuan yang menyenangkan kalau ujung-ujungnya hanya diciptakan sebuah perpisahan yang menyedihkan?"

Rei masih tetap diam dan memikirkan hal yang sangat lampau di hidupnya. Ia mengingat mulai dari terakhir kali ingatannya tergali. Masa kecil yang dilaluinya. Berusaha mencari keberadaan orang yang mengaku dirinya mengenal Rei.

Sementara pria tampan di depannya dengan tatapan datar, terus memperhatikan Rei.

Yah... gadis itu makin gelisah.

"Ah, bodo amat. Gue gak kenal sama lo," ujar Rei kesal setelah membongkar-bongkar ingatannya.

"Harusnya sih gitu. Lo emang gak kenal gue banget," timpal pria itu pelan.

Rei mengerutkan keningnya. Heran.

"Gue Dafa... Rei," ujar pria itu. Mengenalkan namanya.

Dafa? Dafa siapa?

"Waktu kelas dua SD dulu, pertama kali kita masuk tahun ajaran baru. Saat itu..." Dafa memulai ceritanya.

"Lo, entah kenapa yang tiba-tiba dateng, nangis dan duduk di sebelah gue. Karena saat itu gue masih kecil, gue gak tau harus apa. Tapi, gue bawa sebungkus coklat. Dan akhirnya, gue kasih coklat gue ke lo, supaya lo gak nangis lagi," ungkap Dafa.

Rei terhenyak.

Coklat?

"Lo akhirnya nerima coklat itu. Terus lo bilang kalau lo suka banget makan coklat. Dan tanpa peduli ada gue yang duduk di sebelah lo, coklat gue lo abisin dengan rakus. Tapi gue tetep seneng, karena akhirnya lo gak nangis lagi,"

"Bentar-bentar. Lo dapet cerita itu darimana sih? Kok gue gak berasa itu ada ya?" tanya Rei yang masih berusaha mengingat dengan baik.

"Kalau lo lupa, itu wajar banget Rei. Karena lo dan gue cuman diketemuin berdua sehari itu aja," jawab Dafa."Setelah sehari itu, besoknya dan besoknya lo gak pernah masuk. Katanya lo pindah,"

Ada bunyi celetuk di otak Rei begitu mendengar kata pindah. Mengingat itu kelas dua. Berarti saat Rei menangis itu...

"Ah, ya, gue inget," ujar Rei berasa lega.

Dafa kembali menebar senyum.

"Kok lo masih bisa inget sih? Bukannya itu cuman sehari ya? Kayaknya kita juga gak kenalan deh hari itu?" tanya Rei. Entah apa yang membuat gadis itu jadi bersemangat untuk mengulas masa lalu.

"Sejak masuk SD. Entah kenapa gue berasa kenal sama lo. Sampai akhirnya kita emang dikenalkan saat kelas dua. Dan dipertemukan lagi secara tiba-tiba gini," jawab Dafa.

"Oh, ya, ngomong-ngomong, soal mobil lo, gue harus gimana nih? Gak enak juga udah nabrak mobil temen lama gue," ujar Rei membalikkan topik pembicaraan.

"Ah, soal mobil gue biarin aja. Anggep aja itu sambutan lo ke gue setelah gue kasih coklat," ujar Dafa bercanda.

Rei tertawa sejenak.

Dafa juga ikut bergabung.

Lambat laun, keduanya mulai asyik mengobrol bersama. Membicarakan segala sesuatu yang berubah sejak masa itu. Bertanya sekolah yang sekarang. Alamat rumah yang sekarang. Kabar yang sekarang. Sampai nomor hp yang sekarang. Dari masa lalu, keduanya berlarut tentang segala sesuatu tentang yang sekarang.

@

Pertemuan yang sebentar itu membuat Rei sejenak melupakan rasa irinya. Gadis itu kembali menyetir di dalam mobil dengan perasaan yang lebih bahagia. Meski hanya beberapa menit obrolan singkat, Rei setidaknya berharap ia akan bertemu dengan Dafa, teman lamanya itu. Memang sedikit aneh, mengingat mereka teman yang sangat lama dari 8 tahun yang lalu, tapi gaya bicara masing-masing tidak jauh berbeda dari sepasang teman yang tiap hari bertatap muka.

Mungkin, kalau tadi Dafa memang tidak punya acara. Rei lebih bisa bertanya-tanya hal banyak. Tapi, melihat Dafa memang disibukkan dengan sesuatu setelah mendapat telepon dari seseorang, Rei yakin, Dafa memang punya acara.

"Hmm... gue bahkan belum tanya, cowok itu udah punya pacar belum ya?" guman Rei sambil tersenyum malu sendiri.

Dilema cintanya.

Ah. Mulai dari awal lagi ya. Cinta.

@

Harusnya, sesuai permintaan Bety tadi, Rei tidak boleh menghubunginya. Tapi gadis itu tak tau harus bercerita kemana lagi. Akhirnya, Rei menuliskan pesan panjang lebar. Menceritakan kisah singkatnya bertemu dengan Dafa tadi.

Perasaan bahagia membendunginya semalaman ini. Entah apa yang membuat Dafa terlihat begitu membahagiakan untuk Rei. Tapi, sungguh, Rei ingin lagi bertemu dengan pria itu. Meski punya nomornya pun. Gadis itu juga punya gengsi untuk tidak menghubungi pria duluan.

Cewek emang harus sabar menunggu.

Sabar menunggu kode dari Dafa. Dan sabar menunggu balasan dari Bety.

Rei memutuskan untuk berbaring sejenak di ranjang kamarnya. Menatap langit-langit kamar sambil tersenyum-senyum sendiri. Yah, begini harusnya. Gadis itu emang sering heboh dengan sesuatu yang biasa. Mungkin Rei harus terbiasa begini, karena dengan kehebohannya, gadis ini jadi suka tersenyum, melupakan kesedihannya. Berpikir bahagia.

"Pa... Rei janji untuk jadi lebih bahagia," lirih Rei kemudian.

@

Hari-hari jadi berasa lebih cerah dan ceria.

Rei bergegas ke sekolah. Gadis yang biasanya datang tepat saat bel berbunyi, kini buru-buru saat bel masih kurang lima belas menit.

Rei sadar, bahwa Bety emang cewek yang taat dan rajin. Yang selalu dateng pagi-pagi. Mungkin karena itu, Rei bergegas untuk cerita secara langsung. Gadis ini begitu bersemangat untuk bercerita kejadian singkat kemarin.

"Bety!!!" seru Rei.

Melihat Bety yang masih duduk di kelas sendirian sambil membaca novelnya. Rei berseru girang.

Bety sendiri justru terkejut. Ini memang bukan hal yang biasa.

"Bety! Bety!" seru Rei berulang-ulang. Padahal ia telah duduk di sebelah gadis itu.

"Apa sih, apa?" tanya Bety heran.

"Lo pasti belum baca sms gue, kan?" tanya Rei mendadak berubah cemberut.

Bety menggeleng.

"Ah bodo amat. Gue mau cerita sekarang aja, jadi...bla...bla..."

Dengan sangat bersemangat. Rei menceritakan kronologi cerita singkat itu. Bety mendengarkan dengan saksama. Seluruh cerita yang Rei ceritakan sama persis, Rei cuman menyembunyikan nama Dafa nya aja. Lewat dari itu, semua jelas diceritakan sangat rinci.

"Berarti ini pertemuan kedua lo sama dia, dong?" tanya Bety mengambil kesimpulan.

"Iya juga sih. Tapi emang kenapa?"

"Biasanya sih, kalau sampai ada pertemuan ketiga. Berarti kalian berdua itu mungkin aja... jodoh," ungkap Bety.

Rei tersipu malu.

"Primbon tuh... jangan percaya gitu-gituan!" balas Rei salah tingkah.

"Ah... gitu aja lo malu, hayoo," tuding Bety menggoda.

Rei menahan senyum malunya. Gadis itu berusaha bersikap datar.

"Ah, udahlah. Baca novel lo lagi tuh, sana baca aja!" ujar Rei yang makin salah tingkah.

Bety semakin bersemangat menggoda Rei. Sementara Rei terus bersikap sama.

Keduanya, terus bersikap begitu seterusnya.

@

Bel hampir berbunyi. Kurang setengah jam lagi Rei dan Bety bisa keluar dari sekolah. Kebetulan juga, pelajaran terakhir jam kosong. Keduanya jadi sibuk sendiri-sendiri, satunya handphone satunya novel.

HP Rei bergetar sejenak. Pesan masuk. Gadis itu segera membukanya. Berharap itu memang dari Dafa.

"Hai Rei, pulang sekolah nanti lo kosong apa gak?

Dafa"

Rei berteriak girang. Seisi kelas heboh mendengar teriakan Rei yang nyaring. Terutama Bety, gendang telinganya hampir pecah mendengar teriakan itu.

"Apaan sih Rei? Kok teriak-teriak?" tanya Bety terganggu.

"Dia... dia sms gue, Bet..." seru Rei tetap girang.

Bety tersenyum.

"Tuh kan, berarti kalian jodoh," timpal Bety menggoda.

Rei menahan senyum bahagianya lagi.

Semoga aja.

Semoga aja mereka emang dijodohkan.

@@@

Masih bagian pengenalan. Maaf update lama. Semoga pembaca tetep setia dan gak bosen ya :)

Masih pemula :) Jangan lupa comment dan follow ya :))

Follow ig : tigabelas_novel

#novel #cinta #beda #agama






Continue Reading

You'll Also Like

246K 9K 43
Nyatanya, menyukai seseorang yang disukai banyak orang membuat Rahma harus terdiam dengan rasa sukanya. Apalagi semenjak orang yang disukainya ternya...
350K 24.5K 50
"Sejak awal aku jatuh cinta pada mu, walaupun aku baru menyadarinya saat kamu bersamanya. Tapi sayang, ternyata kamu mencintainya. Semoga kamu bahagi...
66.9K 1.3K 102
Karena pada sebaik-baiknya kecupan, aku tak kan pernah menjadi sesia-sianya seduhan. ...
7M 296K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...