H@NY@ S@TU BINTANG

By ceptybrown

545K 59.6K 2.5K

Bintang. Dalam tata Surya. dia mempunyai sinarnya sendiri. menerangi langit malam yang gelap. Dia kuat dan ta... More

Prolog
Bab 01 Wedding!
Bab 02 Adaptasi!
Bab 03 Sosoknya!
Bab 04 Dingin!
Bab 05 Manis dan Pahit!
Bab 06 Burung dalam sangkar
Bab 07 curiga!
Bab 08 Kekasih bayangan!
Bab 09 Despacito
Bab 10 Pantang menyerah!
Bab 11 Better than she can!
Bab 12 Perlahan...
Bab 13 dilema!
Bab 14 patient!
Bab 15 Harus Memilih!
Bab 16 Bertemu!
Bab 17 Sifat asli!
Bab 18 Jujur!
Bab 19 Mengabaikan!
Bab 20 Confused!
Bab 22 Bayangan!
Bab 23 Pulang.
Bab 24 Melihat!
Bab 25 Melepasmu!
Bab 26 Dua hati!
Voting!
BAB 27 MERENGKUHMU!
Bab 28 ambigu!
Bab 29 I love You!..
ceritanya Badai
Bab 30 This time!
pindah?
Bab 32 Ingin bersamamu!
Bab 33 Konsekuensi!
Bab 34 Patah hati!
Bab 35 Quality time!
BAB 36 POISON!
Bab 37 Pengertian!
Bab 37 Pengertian
Bab 38 Berdua!
Run!
Bab 40 Benar?
Bab 41 sepenuh hati!
Bab 42 Intimacy!
ceritanya Marsha!
Marsha!
Bab 43 pilihanmu!
Bab 44
OPEN PO
penampakan pouch Bintang
cuplikan novel versi cetak
cuplikan again..
Bab 45 Bukan sinetron.
daftar yang sudah tt
open po dua novel Hanya satu Bintang
cuplikan Hanya satu bintang versi novel
Bab 46 Andromeda
novel
tutup po
stock novel
ngabisin stock.
koleksi novel Tata surya series
Cetak ulang
novel cetak 100rb 3

Bab 21 puzzle

8.7K 1.2K 41
By ceptybrown


Bintang masih meraba, dan juga mengumpulkan semua prasangka yang berupa serpihan-serpihan sesuatu yang menuju bukti itu. Semuanya masih seperti puzzle bagi dirinya. Rio masih misteri yang sulit untuk di ungkap.

Untuk menemukan ada apa di balik ini semua, Bintang harus lebih bersabar. Dia bertekad untuk itu. Meski dia sendiri jadi terforsir pikirannya dengan semua ini. Saat menyadari tubuhnya tidak sanggup lagi, dia akhirnya menyadari kalau dia tidak boleh memforsir semua pikirannya hanya untuk mengetahui bagaimana sebenarnya seorang Sirius.

Hatinya sebenarnya sedih saat Rio mengatakan dia menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi apa Bintang belum bisa menebaknya.

Saat kemarin dia dinyatakan terlalu kelelahan fisik dan mental sehingga berefek kepada janinnya. Bintang tahu kalau dia butuh seseorang untuk berbagi pikiran dengannya. Tapi siapa?
Dia tidak mau semua orang mengetahui apa yang menjadi prasangkanya saat ini.

Rio. Tentu saja pria itu merasa bersalah kepadanya saat mengetahui dia harus bedrest di rumah sakit. Semalaman suaminya itu menjaganya. Bahkan sepertinya tidak tidur. Karena tadi pagi saat Bintang terbangun, Rio tampak begitu kelelahan.

Sebenarnya Rio tidak mau berangkat kerja hari ini. Tapi tentu saja Bintang memaksa. Akan menjadi penghalang untuknya kalau Rio masih berada di sini. Karena Bintang tahu, pria itu hanya mengasihinya. Dan dia tidak perlu itu semua.

Merasa bosan Bintang akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Dia kini duduk di kursi taman yang ada di depan bangsalnya.

Bintang sebenarnya ingin memberi tahu Mama dan papanya. Tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.  Tak mau membuat kedua orang tuanya itu bersedih. Toh dia juga tidak apa-apa  hanya sedikit kelelahan.

Menghirup udara segar siang ini, cuaca di luar memang sedikit mendung. Sehingga sinar matahari terasa hangat menerpa kulitnya. Bintang mengedarkan pandangannya ke arah taman yang tidak begitu luas ini.

Tepat di depannya ada kolam ikan di hiasi dengan air mancur di bagian tengahnya. Bintang sendiri suka menatap anak-anak kecil yang sedang berlarian di atas rumput hijau yang terbentang di depannya. Damai terasa.

"Bintang?"

Seketika suara seseorang yang dikenalnya membuat Bintang terkejut. Dia segera menoleh ke arah belakangnya. Dimana dia memang sedang duduk di sebuah kursi besi berwarna putih yang ada di bawah pohon beringin yang ada di taman ini.

Marsha sudah berjalan mendekati kursi tempatnya duduk. Pria itu tampak menatapnya dengan kernyitan di dahi dan tampak begitu bingung.

"Bintang. Kamu kenapa ada di sini?"

Marsha sudah langsung menanyakan itu saat dia melihat piyama yang dikenakan Bintang. Seragam piyama ini memang dikhususkan untuk pasien yang di rawat di rumah sakit ini.

Bintang menghela nafasnya saat akhirnya Marsha duduk di sebelahnya. Sungguh dia tidak menyangka kalau akan bertemu Marsha di sini.

"Jangan bilang kalau kamu yang dirawat di sini?"

Belum juga Bintang menjawab, Marsha sudah mengucapkannya. Maka Bintang tidak bisa mengelak saat dia mengangguk mengiyakan. Dan raut wajah Marsha langsung berubah muram.

"Astaghfirullah Bin. Siapa yang membuatmu berada di sini? Apanya yang sakit?"

Marsha Langsung menyentuh bahunya dan meneliti tubuhnya. Bintang langsung menggelengkan kepalanya.

"Bintang tidak apa-apa kak. Udah sehat kok. Lihat nih." Bintang menepuk dadanya sendiri. Lalu tersenyum kepada Marsha mencoba bercanda.

Tapi raut wajah Marsha makin terlihat muram.

"Bin. Jangan bercanda. Ini Serius. Kamu kenapa bisa di sini. Dan kenapa tadi Adrian tidak mengatakan apapun. Padahal aku baru saja bertemu dengannya."

Bintang langsung panik mendengar ucapan Marsha. Dia tidak mau keluarganya mengetahui kondisinya.

"Kak, please jangan bilang hal ini sama Kak Adrian ataupun Mama papa. Sungguh. Bintang hanya mengalami flek dan di wajibkan bedrest selama 3 hari ini. Bintang tidak apa-apa."

Mendengar hal itu rahang Marsha terlihat mengeras. Bahkan pria itu membelalak terkejut saat mendengar kondisinya.

"Sialan. Dan ini semua pasti karena si brengsek Sirius itu kan? Kenapa kamu bisa kelelahan dan mengalami flek. Itu bukan hanya sepele Bin. Sekarang dimana dia?"

Marsha sudah berdiri dari duduknya dan  mengedarkan pandangannya.

"Kak. Bukan salah siapa-siapa kok. Ini Bintangnya yang bandel kak. Udah gak apa-apa."

Bintang menyentuh tangan Marsha untuk membuatnya duduk kembali. Untuk sesaat Marsha masih bergeming. Tapi kemudian akhirnya mengangguk dan duduk kembali.

Pria itu menyugar rambutnya dan tampak menatapnya lekat.

"Kenapa kamu sampai kelelahan hem? Kalau kamu jadi istriku, aku tidak akan membiarkanmu melakukan apapun. Aku akan manjain kamu."

Bintang kini tersenyum mendengar ucapan Marsha.

"Gombal nih. Wah rayuannya maut deh." Bintang tetap ingin membuat Marsha tersenyum. Dia tidak mau Marsha berpikiran macam-macam tentang ini semua.

"Kapan sih aku merayu cewek Bin. Emang aku pernah apa?"

Kali ini Marsha malah membuat Bintang salah tingkah. Sahabat kakaknya itu memang membuatnya tidak bisa berkutik.

"Ehm Kak Marsha di sini ngapain?"
Bintang akhirnya mengalihkan pembicaraannya. Hal itu membuat Marsha langsung tersenyum kecut. Pria itu tahu usahanya untuk tak membicarakan itu lagi.

"Ini kan rumah sakit milik papaku Bin. Kamu gak tahu ya?"

Tentu saja Bintang terkejut dengan fakta itu. Selama ini yang dia tahu Kak Marsha itu emang kaya tapi tidak untuk menjadi pemilik salah satu rumah sakit terbesar di kota ini.

"Lah kakak kenapa gak jadi dokter kalau kayak gitu?"

Bintang kini membuat Marsha tersenyum.

"Kalau kamu pasiennya aku baru mau deh jadi dokternya."
Ucapan Marsha itu membuat Bintang merona. Kenapa Marsha selalu membuatnya tidak bisa berkata-kata.

"Kakak gombal lagi deh. Gak asik."

Bintang akhirnya mengerucutkan bibirnya lalu mengalihkan pandangan dari Marsha. Dia menatap langit yang masih mendung itu.

"Kamu juga gak asik. Kenapa kamu nyembunyiin ini dari keluargamu sendiri Bin. Gak usah jadi sosok tegar dan kuat Bin. Aku tahu dari kecil itu kamu paling manja sama keluargamu."

Ucapan Marsha tentu saja membuat Bintang menoleh lagi kepada pria itu.
Marsha tersenyum lalu menyentil keningnya dengan jari kanannya. Membuat Bintang sedikit mengaduh.

"Jangan pernah menyembunyikan apapun lagi Bin. Kamu itu tidak pantas untuk berjuang sendiri. Kamu anaknya Mama Bumi dan Papa Langit. Serta adiknya Adrian sama Bulan. Dan juga kekasih hatiku."

Bintang terkesiap mendengar ucapan Marsha lagi. Hatinya mencelus. Ingin rasanya dia menghambur ke dalam pelukan Marsha. Kenapa pria ini begitu lembut kepadanya?

"Bintang kecil tetap Bintang kecil. Tidak ada lagu judulnya Bintang besar. Iya kan? Jadi jangan pernah mencoba untuk menjadi mandiri Bin. Kamu itu ditakdirkan untuk bergantung kepada yang lainnya. Kakak ada di sini untuk membantumu."

Bintang menelan ludah. Tenggorokannya terasa tercekat. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Dan dia tahu kalau semua yang diucapkan Marsha adalah benar adanya.

"Kakak." Bintang akhirnya mengucapkan itu. Tapi Marsha hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mengulurkan tangan untuk menepuk kepalanya.

"Kalau kamu masih belum ingin cerita kepada kakak tak apa-apa. Tapi nanti kamu harus cerita. Kakak akan siap membantu."

Bintang menghela nafasnya karena Marsha tidak memaksanya untuk saat ini.

"Kakak baik."

"Sudah dari dulu."

Ucapan Marsha itu membuat Bintang tertawa. Saat dia menoleh lagi kepada Marsha, pria itu juga tersenyum.

"Kak, tapi jangan bilang ke Kak Adrian kalau aku ada di sini ya? Ini bukan masalah besar kok. Aku gak mau membuat semua orang khawatir."

Marsha menghela nafasnya. Meyugar rambutnya. Dan memasukkan tangan di saku jaketnya. Pria itu hanya terdiam untuk waktu yang sangat Lama. Bintang tahu kalau ini semua memang berat. Tapi sebelum dia bisa menyatukan semua puzzle dari diri Rio. Dia tidak mau membuat semua orang juga berprasangka.

"Kalau kamu inginnya begitu, Ok. Kakak tak akan mengatakan kepada Adrian. Tapi kamu harus janji kepada kakak."

Pria itu mengulurkan jari kelingkingnya di depannya.

"Kalau kamu harus menceritakan semuanya kepada kakak."

Bintang menelan ludahnya dengan susah payah. Bisakah dia menceritakan apa yang terjadi dalam hidupnya kepada Marsha?

"Mau gak? Kalau gak mau kakak saat ini juga akan menelepon Adrian."

Bintang menatap kembali kelingking Marsha. Dengan sedikit terpaksa akhirnya Bintang menautkan kelingkingnya sendiri.

"Iya aku janji Kak."

"Semuanya. Tidak terkecuali."

Marsha membuat Bintang kali ini tidak bisa menolak. Akhirnya dia mengangguk.

"Iya."

Jawabannya membuat Marsha tersenyum lebar. Lalu mengacak rambutnya yang membuat Bintang langsung ikut tertawa.

"Astaga Bin. Aku mencarimu kemanapun. Aku pikir kamu hilang."

Suara itu membuat Bintang mengalihkan tatapannya. Di depannya sudah berdiri Rio yang kali ini terlihat terengah-engah. Pria itu tampak kelelahan.

"Rio." Bintang menatap Rio yang mengusap peluh nya dan kini menatapnya dan. Marsha bergantian. Tapi tiba-tiba saja Marsha sudah berdiri dari duduknya dan melangkah mendekati Rio.

Satu hantaman mendarat di wajah Rio. Membuat Bintang seketika menjerit.

Bersambung

Hohoho ini harusnya masih ada kelanjutannya nih. Tapi biasa deh gangguan dalam negeri nih. Si kecil minta bobok dikelonin. Ya sudah sampai di sini dulu aja ya..

Yum capcuz tetep vote ment ya

Yang udah PO novel rahasia pelangi segera konfirmasi lagi ya..

Novel udah mau naik cetak nih. Jadi author cetak sesuai yang udah PO aja ya.

Dan sekali lagi harga 78 rb hanya selama PO.

Setelah itu harga menjadi normal kembali ya..85.000

Continue Reading

You'll Also Like

16.2M 560K 32
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
3.4M 29.7K 29
Tentang jayden cowok terkenal dingin dimata semua orang dan sangat mesum ketika hanya berdua dengan kekasihnya syerra.
4.6M 172K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.1M 99.9K 24
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...