[√] Evening Kiss: Do you know...

By pitike17

60.4K 7K 750

- 'EVENING KISS' behind story - "Kau tahu apa yang akan dialaminya?" Soonyoung terdiam. "Itu kisah cinta terb... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3 (NC)
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10 (NC)
Chapter 11 (NC)
Chapter 12 (NC)
Chapter 13
Chapter 14 (NC)
Chapter 15
Chapter 16 (NC)
Chapter 17
Chapter 18 (NC)
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26 (NC)
Special Chapter: I just want to remember

Chapter 19

1.6K 238 52
By pitike17

Ada yang kangen meanie?

Mana suaranya?















Udah.

Author cmn nanya doang wkwk...

😁😁😁😁

***

Soonyoung membawa Jihoon kembali menuju ke rumahnya. Ia menggendong Jihoon dan membaringkannya di sofa depan televisi, tempat nyaman yang terdekat dari pintu.

Soonyoung berlutut di samping sofa dan menatap Jihoon tepat di depan matanya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Soonyoung.

Jihoon menatap Soonyoung balik. Ia bisa melihat wajah Soonyoung yang penuh dengan keringat walau tidak terluka setitikpun.

Jihoon mengangguk.

Yongbin memang tidak sempat melayangkan cambuknya tepat di kulitnya. Jadi ia tidak mungkin terluka.

"Aku baik-baik saja. Pergilah!" usir Jihoon menyuruh Soonyoung pergi.

Soonyoung masih diam di tempatnya sementara Jihoon memalingkan wajahnya.

"Pergilah!" usir Jihoon lagi.

Soonyoung tidak beranjak dari sana dan tetap menatap Jihoon dalam diam.

"Jangan melihatku seperti itu! Jangan bersikap seolah-olah tidak terjadi apapun!"

Soonyoung menelan ludahnya.

"Kau sudah melihatnya dengan mata kepalamu sendiri. Bukan hanya kali ini. Apa menurutmu aku masih bisa diperhitungkan? Apa aku masih bisa menjadi calon pengantinmu? Apa kau ingin menikah dengan orang sepertiku?"

Soonyoung tidak membalas perkataan Jihoon. Ia hanya terdiam dan perlahan meraih tangan Jihoon, menggenggamnya erat.

Jihoon berusaha melepaskannya namun Soonyoung menahannya dan menggenggamnya lebih erat lagi.

"Bagaimanapun kondisimu sekarang, kau tetap Jihoon yang kukenal. Kau tetap seseorang yang ingin kujadikan pengantinku."

Soonyoung bisa mendengar isak tangis Jihoon. Sebenarnya ia tidak ingin mendengarnya lagi. Sudah terlalu banyak tangisan Jihoon yang didengarnya walaupun Jihoon tidak menyadarinya.

Soonyoung melepas genggaman tangan Jihoon dan ganti mengelus puncak kepala Jihoon, berusaha meredakan tangisannya.

"Aku mencintaimu."

***

Wonwoo baru saja pulang selepas kerja. Ia sengaja lembur agar bisa langsung tidur saja ketika kembali ke apartemennya.

Ia mengurangi menghabiskan waktu di apartemennya karena setiap ia memperhatikannya ia teringat Mingyu.

Wonwoo tidak suka memikirkannya, memikirkan orang yang pergi begitu saja tanpa penjelasan.

Kenapa dia harus bertemu dengan Mingyu dulu?

Kenapa dia harus datang ke...

Wonwoo menghentikan semua pikirannya itu dan mendapati Mingyu yang asli duduk bersandar di depan pintu apartemennya.

Pakaiannya sobek di sana sini dan di tangannya ada luka bakar.

Wonwoo gantian memperhatikan wajahnya. Ada banyak luka goresan di sana.

"Mingyu! Kim Mingyu!" panggil Wonwoo berusaha membuatnya sadar.

Mingyu tidak bergerak.

Wonwoo menghela nafasnya dan perlahan menggeser tubuh Mingyu agat tidak menutupi pintu apartemennya.

Wonwoo merogoh kunci di tasnya dan membuka pintunya. Ia mengangkat tubuh Mingyu dan dengan sekuat tenaganya membaringkannya di ranjang.

"Hmmm..." gumam Mingyu merasakan dirinya sudah berbaring di atas ranjang.

Wonwoo dengan segera mengambil antiseptik serta kapas dan duduk di sebelah Mingyu.

Dengan hati-hati, ia mencelupkan kapas dalam antiseptik dan membersihkan luka-luka goresan di wajahnya.

Mingyu menggigit bibirnya, ia merasakan perih di wajahnya.

"Kenapa kau bisa sampai seperti ini?" ujar Wonwoo khawatir.

Mingyu tidak menjawab pertanyaanya. Ia hanya sesekali bergumam tidak jelas.

"Tidak bisakah kau tidak membuatku khawatir?" lirih Wonwoo.

***

"Kita harus mencari penggantinya sekarang!"

"Kita sedang dalam masa berkabung."

"Anda sudah gila?"

"Sekalipun saya sendiri tidak menyukai kehadiran mendiangnya, kita tidak bisa memperlakukanya seperti ini juga."

"Kalau begitu kita putuskan saja rencananya sekarang."

"Rencana?"

"Siapa yang sebaiknya melanjutkan perusahaan sesuai mandat dua CEO terdahulu."

"Tuan Lee?"

Semuanya menganggukkan kepalanya.

"Saya memiliki surat wasiat beliau."

"Apa Anda bisa membacakannya?"

"Hmm..."

"Apa itu benar-benar wasiat beliau?"

Orang yang sedang membawa surat itu mengangguk.

"Menantunya yang akan melajutkan kelangsungan perusahaan ini."

"Bila Tuan Han tiada lalu siapa menantunya?"

"Bukankah mereka tidak jadi menikah?"

"Anak Tuan Lee kabur saat resepsi."

"Benarkah?"

"Apa anak Tuan Lee sudah memiliki kekasih sebelum menikah? Jangan-jangan dia bermain di belakang Tuan Han."

"Atau dia tidak tahan dengan sikap Tuan Han seperti kita?"

Brak!

Seseorang memukul meja di hadapannya.

"Jangan membicarakan orang-orang yang sudah meninggal! Kita di sini hanya menentukan rencana ke depan dan bukan bergosip."

Semuanya terdiam.

Tak berselang lama seseorang mengangkat tangannya.

"Ya, silakan."

"Apa ada yang bisa menghubungi anak Tuan Lee?"

Semuanya terdiam.

"Apakah ada yang tahu di mana dia tinggal atau orang lain yang mengenalnya?"

Semuanya terdiam.

"Lantas bagaimana caranya kita mencari pengganti sesuai wasiat? Kita harus menemukan keberadaan anak Tuan Lee terlebih dahulu. Untuk sekarang..."

Seseorang tiba-tiba berdiri.

"Saya akan menjadi CEO sementara sebelum menemukan pengganti yang sebenarnya."

"Sekretaris Jung?"

Orang yang baru saja dipanggil mengangguk.

"Saya hanya akan menjadi pengganti sementara mengingat sekarang saya yang paling banyak tahu soal urusan perusahaan."

Semuanya mengangguk setuju.

"Baiklah. Rapat kali ini ditutup. Tuan Jung, saya harap Anda bisa melaksanakan tugas dengan baik."

***

Apartemen itu tampak kosong. Tuan Jung, CEO sementara perusahaan ayah Jihoon masih yakin ini tempat tinggal anak semata wayang Tuan Lee.

Tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Tidak ada suara yang keluar dari dalam.

Tuan Jung mengetuk pintunya sekali lagi namun tidak ada jawaban.

"P-permisi, Tuan," sapa seseorang dari belakangnya.

Tuan Jung menoleh dan mendapati seorang wanita di sana.

"Apakah Anda mencari kamar apartemen baru?" tawarnya.

Tuan Jung menggeleng.

"Tidak. Saya mencari pemilik kamar ini. Sepertinya dia sedang tidak ada di dalam. Apakah Anda tahu di mana dia berada?"

"Dia sudah lama pergi dan tidak kembali ke sini kurang lebih sejak setahun yang lalu."

Tuan Jung menatapnya bingung.

"Apakah Anda tahu nomor yang bisa dihubungi?"

"Maaf, kalau boleh tahu Tuan punya hubungan apa dengan Jihoon?" tanya wanita itu masih mengingat nama pemilik kamar.

"Saya teman mendiang ayahnya, Jung Sewoon. Kalau saya tidak bisa meminta nomornya. Katakan saja padanya untuk menghubungi saya," balas Tuan Jung memberikan kartu namanya pada wanita di hadapannya.

(Biarin Jung Sewoon numpang, ya.. biar kesampean mimpinya wkwk)

"Akan saya sampaikan," balas wanita itu membiarkannya pergi dari sana.

***

Soonyoung masih menemani Jihoon duduk di depan televisi ketika tiba-tiba ponsel milik Jihoon.

"Bibi pengurus apartemen?" ujar Soonyoung melihat nama kontak yang tertera di sana.

"Sebentar," ujar Jihoon mengangkat teleponnya.

Soonyoung tidak ingin terlalu banyak ikut campur soal telepon itu. Walaupun sebenarnya mungkin ia harus melakukannya.

Jihoon mematikan panggilannya dan menelpon nomor lain.

Siapa yang ditelponnya?

"Paman! Kenapa baru menghubungiku sekarang?" protes Jihoon dalam panggilannya.

Dari yang awalnga cuek-cuek saja, Soonyoung jadi penasaran.

"Masalah apa?" tanya Jihoon lagi.

Soonyoung semakin penasaran.

"Oh..."

"Baiklah. Kalau soal itu biar kubicarakan terlebih dahulu," ujar Jihoon mengakhiri panggilannya.

"Pamanmu?" tanya Soonyoung segera setelah Jihoon meletakkan ponselnya.

"Dia sekretaris mendiang ayahku. Sudah kuanggap paman sendiri," balas Jihoon.

Soonyoung mengangguk mengerti.

"Soonyoung," panggil Jihoon.

"Ya?"

"Apa kita benar-benar akan menikah?"

Soonyoung mengangguk mengiyakan.

"Apa yang akan kau lakukan kalau tiba-tiba kau ditawari menjadi seorang CEO salah satu perusahaan besar di Korea?"

***

To be continued.

Continue Reading

You'll Also Like

16K 1.9K 18
[SEOKSOO GS Fanfiction] Seokmin adalah penyelamat hidupnya, hanya itu yang Jisoo tahu. Seokmin adalah rumah baginya, hanya itu yang membuat Jisoo ber...
109K 11.3K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
106K 10.8K 36
⛔[Warn!GS/GenderSwitch] 🔞 PRIVATE! Hari itu, Soonyoung menyadari, bahwa perbuatannya telah menghancurkan hidup sebuah keluarga. ---- "Aku yang meren...
39.7K 6.9K 29
[Seoksoo GS Fanfiction] Tidak memenuhi syarat untuk mengikuti audisi sebuah band karena ia adalah seorang perempuan, membuat Jisoo nekat memalsukan i...