MOMENTS

By capriceroom

39.8K 3.3K 553

All about Wendy and Chanyeol love stories :;) More

Suspicious
Suspects List
Investigate!
The Last Suspect
Climax
What2do
Dumb Dumb
Me you
Medicine
Medicine [02]
Hold Tight (Hawai Special)
COLD WORD (HAWAI SPECIAL)
Sunny Afternoon (Hawai Special)
Wish (Chrismast Special)

Whats Wrong With Chanyeol?

3.4K 224 10
By capriceroom

Wendy hanya ingin tahu kenapa sekarang Chanyeol sering menghindar

Andai Wendy punya indra ke – enam yang bisa ia manfaatkan untuk membaca pikiran orang. Mungkin ia akan dijauhkan dari kebingungan seperti sekarang. Ia masih berada di atas panggung untuk mengikuti rangkaian acara akhir yaitu penutupan, bersama member dan senior – senior lain yang juga ikut mengisi acara yang sama. Meski wajah yang di hiasi senyum itu senantiasa terlihat bahagia, tapi otaknya tidak ada disini sama sekali. Melainkan melalang buana memikirkan sikap Park Chanyeol, salah satu senior yang kebetulan sudah jadi kekasihnya satu tahun yang lalu.

"Aku ingin bingsoo." Joy berceletuk. Menggelayut di lengan 'ibu'-nya itu penuh manja. Tidak seperti biasa, Wendy tak menjawab. Tatap matanya masih fokus pada Chanyeol yang berdiri jauh darinya. Padahal seluruh member exo berkumpul di samping member red velvet berdiri. Tapi entah kenapa, pria yang tadi berada di hadapannya tiba – tiba pergi setelah kedua mata mereka saling tatap dalam waktu tiga detik.

"Eonnie! Kau lihat apa, sih?" Kepala Joy ikut condong ke arah tatap mata Wendy memandang. Cepat – cepat gadis berkuncir kuda itu mengulas senyum pada 'anak' yang-mirisnya- lebih tinggi dari 'ibu' –nya sendiri.

"Tidak lihat apa – apa. Wae? Kenapa memanggilku?"

"Heol. Kau tidak dengar ucapanku? Aku ingin Bingsoo, eonnie. Nanti mampir ke kedai bingsoo ya!" Wendy mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Setelah ini acaranya selesai, kita langsung beli Bingsoo sebelum kembali ke dorm." Senyum sumringah Joy terulas. Sengaja ia mengadu pada Wendy, tidak pada Irene yang terlihat kelelahan. Leader berwajah cantik itu biasanya jadi gampang marah kalau sedang dalam mood tidak baik. Dan demi apapun, Joy sangat takut kalau Irene sedang marah.

Wendy tersenyum geli melihat kebahagiaan Joy yang berwujud menggemaskan. Ia menoleh kesamping, sedikit terkejut karena tatap matanya terkunci pada Kim Jongdae alias Chen. Member EXO yang sangat ia hormati karena keapikan suaranya. Pria ramah itu tersenyum manis, dan tentu Wendy membalas senyuman itu dengan sedikit anggukkan. Dari semua senior yang pernah ia temui di dunia entertaiment, ia rasa Kang Hodong dan Chen adalah yang terbaik. Mereka selalu menyebarkan senyum serta tidak sombong untuk memberi masukan.

Musik berhenti. Wendy tidak benar – benar mendengar lagu penutup yang di lantunkan bintang tamu utama. Sudah di bilang kan, kalau ia masih berkutat pada pikirannya sendiri. Wendy membungkuk sembilan puluh derajat pada penonton lalu melambaikan tangan kanan. Sebelum turun dari panggung, ia dan para member sengaja menunggu senior EXO duluan yang turun untuk sekadar memenuhi kewajiban menghargai senior. Dalam hati Wendy pun menantikan hal ini, biasanya Chanyeol memberi senyuman atau setidaknya memberi semangat pada para member. Tapi pria tinggi itu sangat berbeda kali ini. Ia hanya berjalan melewati member Red Velvet-termasuk Wendy- tanpa senyuman sedikit pun. Menatap pun tidak.

"Chanyeol oppa beda sekali." Komentar Yeri membuatnya menganggukan kepala berkali – kali. Member lain pun menyadarinya, tidakkah pria itu sudah berlebihan? Bagaimana pun Wendy harus tahu penyebabnya.


***


Hari ini sungguh sial.

Wendy tak bisa tidur di dorm, maupun sekarang di dalam pesawat terbang yang akan membawanya-bersama semua member red velvet- ke Jeju untuk mengisi acara yang di adakan oleh pemerintah disana. Ada festival yang sudah jadi tradisi di adakan disana satu tahun sekali. Wendy tidak tahu pasti tentang judul acara festival itu.

Tapi yang mendominasi pikirannya sekarang bukanlah hal itu. Hanya ada nama Park Chanyeol. Sungguh, pria itu sudah terlalu jauh berubah. Ini sudah hampir satu bulan, dan Chanyeol tak pernah menghubunginya sekali pun. Mengangkat telepon darinya pun tidak pernah. Untuk dua minggu sebelumnya, Wendy bisa mentolelir karena pria itu bersama teman – teman satu grupnya ada konser tour dengan jadwal yang begitu padat. Tapi dua minggu setelahnya, Chanyeol tidak bisa ditemui. Padahal dia diberi tiga hari libur setelah konser, tapi sepertinya liburan itu sangat pendek hingga membuatnya tak sempat mengangkat telepon.

"Apa aku harus ikut campur soal ini?" Seulgi bertanya, dia duduk di samping roomate-nya itu. Semua orang tidak ada yang tahu tentang hubungan Chanyeol dan Wendy selain Kang Seulgi. Oh ayolah, Wendy masih seorang rookie yang menandatangani kontrak tidak boleh berkencan selama dua tahun pertama debut. Satu cara yang bisa dilakukan hanyalah menjalin hubungan diam – diam. Tapi Wendy harus bersyukur ada Kang Seulgi yang selalu ada disaat ia butuh, gadis itu sudah jadi tempat persinggahan Wendy untuk menyandarkan bahu serta mencurahkan keluh kesah.

"Aku hanya tidak habis pikir, apa aku punya salah padanya? Kenapa dia harus menghindariku? Bahkan bersikap dingin segala."

"Haruskah kutanyakan pada Sehun?" Wendy menggeleng berkali – kali. Teman sekelas Seulgi dulu itu memang tahu tentang hubungan mereka. Tapi sungguh, Wendy tidak ingin libatkan siapapun di dalam masalahnya. Selain tidak enak, tentu ia juga merasa malu kalau sampai harus bertanya pada Sehun. Bagaimana kalau pria itu malah bercerita pada Chanyeol? Oh, taruh dimana wajah Wendy nanti.

"Biarkan saja. Aku akan menunggu pria itu sampai bicara duluan. Menyesal sudah aku mencoreng harga diriku dengan menghubunginya berkali – kali selama dua minggu ini." Kang Seulgi mengangguk, namun tatap matanya masih belum beralih dari Wendy. Gadis kanada itu gusar di tempatnya, lalu mulai berceloteh lagi, "Aku tidak salah apa – apa. Jadi untuk apa aku yang harus merendah demi agar ia mengangkat teleponku? Toh, aku sudah tidak merindukannya sekarang."

"Mm-hm." Hanya itu balasan Seulgi. Kini ia bersendekap sambil menyunggingkan senyum samar.

Hela napas panjang Wendy keluar. "Tapi, bagaimana pun sikap Chanyeol oppa tidak mungkin berubah tanpa alasan. Sebulan yang lalu kami masih baik – baik saja, ah, mungkin ia kelelahan jadi tidak ada waktu untuk menemuiku. Dan mungkin karena aku menelfon malam – malam jadi ia sudah tidur, maka itu ia tidak mengangkatnya." Seulgi terkekeh pelan. Sekesal apapun Wendy, Seulgi tahu kalau teman sekamarnya itu akan berubah dalam waktu yang terhitung cepat.

"Saranku, benar, kau lebih baik berhenti menghubunginya kemudian bicarakan masalahmu ketika kau dan dia sama – sama tidak sibuk."

Wajah Wendy berbinar seketika. "Ah, benar! Besok lusa kan aku ada latihan bersamanya untuk penampilan spesial." Gadis itu berujar riang.

"Oh? Itu bagus! Kau bisa gunakan kesempatan itu dengan baik."

Wendy mengangguk semangat. "Aku akan bicara baik – baik padanya, dan bertanya apa salahku." Otak gadis itu sudah merangkai plot dan tutur kata yang akan ia ucapkan besok lusa. Senyuman manisnya semakin jelas terulas sementara ia sudah jauh membayangkan akan bagaimana harinya lusa nanti.


***


Ekspektasi ternyata tidak sesuai dengan kenyataan.

Dua pengisi acara lain yang seharusnya ada di ruang latihan berhalangan datang, karena mereka memang dari agensi lain. Jadi sedikit sulit untuk mencocokkan jadwal. Kini hanya Wendy dan Chanyeol. Pintu ruang latihan tertutup, tak ada cctv atau pun orang lain disini. Tapi keduanya masih duduk berjauhan-Wendy duduk di ujung kanan sofa sementara Chanyeol di ujung kiri sofa- tanpa kata.

Mulanya Wendy mencoba beranikan diri menoleh ke arah Chanyeol. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan tatap mata Chanyeol yang ternyata juga sedang memandangnya. Ia bisa lihat jelas kalau pria itu juga merindukannya, sama sepertinya. Tapi ia tidak tahu mengapa Chanyeol masih diam disitu tanpa mau membuat pergerakan sedikit pun. Itu tidak seperti Chanyeol sama sekali.

"Kau...," Wendy buka suara meski terdengar lirih penuh tekanan. Ia merasa seperti ada yang mencekiknya. "Lelah?" ia melanjutkan. Pertanyaan itu sungguh jauh dari apa yang sejak tadi ia pikirkan.

Chanyeol berdehem, memutus kontak mata mereka. "Tentu saja, tapi kita harus tetap berlatih, bukan?" nada bicara Chanyeol berbeda. Tanpa menunggu jawaban Wendy, ia beranjak dari sofa. Merenggangkan otot kemudian berjalan menuju speaker.

"Oppa!"

"Hm?" Chanyeol menjawab sekadar, tanpa mau membagi perhatian pada Wendy. Ia masih sibuk mencari lagu yang harus mereka latih di dalam ponselnya.

"Kau ingin putus, ya?" akhirnya gerak tangan Chanyeol berhenti juga. Ia menghela napas berat kemudian berbalik, menatap Wendy yang berdiri cukup jauh darinya.

"Apa yang kau bicarakan?"

Wendy menggigit bibir bagian bawahnya sejenak. Menahan kedua mata memanasnya mati – matian. "Kalau memang ingin berpisah, bilang saja. Tidak usah menghindar dan membuatku bingung seperti ini. Langsung saja katakan."

"Apa maksudmu?"

Telapak tangan Wendy mengepal tanpa sadar. Melihat Chanyeol yang masih betah berdiri jauh darinya membuat spekulasinya menguat. "Aku tidak tahu salahku apa, tapi tiba – tiba kau menghindar, tidak pernah menghubungiku, bahkan mengabaikan pesan dan teleponku. Kalau oppa melakukan ini hanya demi membuatku jerah sendiri dan akhirnya meminta berpisah padamu terlebih dahulu, hentikan saja. Lebih baik kau katakan dengan gamblang." Kedua mata Wendy memerah. Pandangannya kabur oleh air mata.

Chanyeol menyerah. Ia menggerakkan kaki panjangnya menghampiri Wendy hanya bermodalkan sedikit langkah. Ibu jarinya menghapus air mata Wendy, sungguh, ia tidak ada niat untuk membuat Wendy menangis. "Hentikan omong kosongmu. Siapa bilang aku ingin kita berpisah, huh?"

Kelopak mata Wendy berkedip seperti anak kecil. Dahinya mengernyit, "Lalu apa lagi alasan oppa berubah? Apa aku punya salah?"

Chanyeol menggeleng tanpa ekspresi. "Kau tidak salah."

"Lantas?"

"Kim Jongdae menyukaimu."

"Apa?"

"Saat kami menunggu pesawat delay di bandara, Baekhyun memulai game truth or dare. Jongdae hyeong yang dapat giliran memilih truth, ditanya siapa gadis yang ia sukai saat ini, ia pilih kau. Son Wendy. Katanya ia sudah menyukaimu sejak kalian melakukan duet bersama ketika SMTOWN concert." Chanyeol menjelaskan tanpa ekspresi; atau Wendy yang tidak bisa menebak ekspresi apa yang sedang Chanyeol tampakkan saat ini.

Wendy diam. Meresapi penjelasan Chanyeol pelan – pelan. Setelah dipikir ulang, memang apa hubungan ini semua dengan 'menjauh'-nya Chanyeol? Ya, baiklah, Jongdae memang menyukainya-dan sungguh, tadi ia sempat tak bisa mengontrol ekspresi terkejutnya-. Lalu kenapa kalau pria bersuara emas itu menyukainya? Apa hal itu yang jadi alasan Chanyeol menjauh?

"Jadi, karena itu kau menghindariku?"

Chanyeol membuang napas kasar, Ia menggaruk tengkuk sambil menatap Wendy tak enak. "Mungkin? Kau tahu kan, rasanya begitu aneh. Apalagi Jongdae tak henti – hentinya memujimu jika sedang di dorm. Mood-ku selalu hancur setelah mendengarnya."

"Hei," Wendy menggenggam pergelangan tangan Chanyeol, menariknya sedikit agar pria tiang itu mau menatapnya. "Chen oppa mungkin hanya sementara menyukaiku. Kurasa itu bukanlah perasaan serius, karena pria itu tidak ada gelagat mencoba mendekatiku sama sekali. Ya, kau tahu kan, jujur saja waktu itu aku juga sempat menyukainya. Tapi hanya sebatas karena dia baik, punya suara keren, dan juga ramah. Kurasa waktu itu aku menyukainya seperti kakakku sendiri."

Alis Chanyeol terangkat. Untuk kenyataan yang satu ini, ia tidak tahu sama sekali. "Jadi, kau juga pernah menyukainya?" pria itu bertanya seperti bocah, membuat tawa kecil Wendy keluar tak bisa di tahan.

"Ya, tapi hanya sebatas menyukainya. Tidak seperti mencintai seperti apa yang kurasakan padamu." Wajah Chanyeol mendidih, Wendy tidak pernah mengatakan kalimat picisan seperti ini sebelumnya. "Jadi, mungkin perasaan Chen oppa bisa berubah seiring berjalannya waktu."

"Tapi kan, Jongdae hyeong orang yang sangat baik padaku. Jadi bagaimana pun rasanya begitu..., aneh."

"Okay," Wendy mengangguk – angguk mengerti, ia melepas genggamannya dari tangan Chanyeol. "Apa lebih baik aku berkencan bersama Chen oppa saja? Ya, hitung – hitung biar kau le—"

"NO!" Chanyeol menyentak pelan, ia menggeleng kuat. "Itu tidak akan terjadi. Kita tidak akan berpisah! Mendengar kata itu dari mulutmu tadi saja membuatku merinding, apalagi jika benar – benar kejadian."

Dalam diam Wendy mengulum senyum. Sikap Chanyeol saat ini membuatnya sangat gemas. "Jadi? Kau akan menghindariku lagi?"

Bibir Chanyeol bungkam. Ia menatap Wendy tepat pada kedua iris gadis itu penuh penyesalan. Dua minggu ini dengan bodoh ia menahan diri untuk tidak bertemu kekasihnya itu setelah berpisah cukup lama. Membuang sia – sia waktu libur tiga harinya hanya untuk berbaring di atas kasur dorm sambil tersiksa sendiri. Ia akui, ia bodoh dan kurang dewasa.

"Maafkan aku." Chanyeol berucap, ia terdengar sangat menyesal. "Seharusnya aku tidak melakukan itu. Padahal si bocah Sehun itu sudah memberi tahuku berkali – kali, tapi aku tuli." Chanyeol meraih dua telapak tangan Wendy, menggenggam keduanya. "Sekali lagi, maaf."

Wendy menghela napas panjang, tersenyum manis lalu melepas genggaman Chanyeol. Beralih memeluk tubuh tegap pria itu yang-pasti- lebih tinggi jauh darinya itu, butuh bantuan tangan Chanyeol yang harus sedikit mengangkat pinggang gadis itu agar ia bisa memeluk dengna leluasa. "Permintaan maaf diterima." Wendy berbisik. Chanyeol semakin melebarkan senyum, menarik erat tubuh kekasihnya kemudian menciumi puncak kepala gadis itu berkali – kali. Sungguh, ia merindukan gadis ini. Sangat.

KLEK

Mendengar suara pintu terbuka; ditambah decitan, membuat mereka sontak melepas diri panik. Wendy berjalan ke arah sofa sementara Chanyeol menghampiri ponselnya yang berada di atas meja bersama sound speaker. Seorang staff SM yang baru saja membuka pintu menaikkan alis curiga, ia menatap Wendy dan Chanyeol bergantian. Raut mereka seperti anak yang ketahuan hampir berciuman di depan orang tuanya.

Staff bertubuh gemuk itu berdehem, mencoba mengusir segala kecurigaannya. "Koreografer akan segera datang kesini. Dan juga, dua pengisi acara lain. Rap monster dan Yoon Mirae jadi datang kesini lima belas menit lagi. Kalian siap – siaplah, a—aku akan membiarkan pintu terbuka." Dengan canggung staff itu membuka lebar – lebar pintu ruang latihan.

Wendy tersenyum ramah pada staff itu sebelum membungkuk sopan sambil berucap terima kasih. Ia mengulum bibir frustasi setelah-akhirnya- staff itu pergi juga. Bola matanya melirik ke arah Chanyeol yang sedang menahan tawa, Wendy mendesis kesal melihat wajah jahil; yang sangat menyebalkan milik kekasihnya itu.

Tatap mereka bertemu, sebelum derap langkah koreografer terdengar memasuki ruangan, ia sempat berucap tanpa suara 'Nanti kita lanjutkan di sungai han.'



FIN

Continue Reading

You'll Also Like

96K 1.9K 29
In the whirlwind world of basketball and broken promises, Nailea finds herself at a crossroads as she prepares to transfer to the same college as Pai...
852K 39.8K 170
π’Šπ’ π’˜π’‰π’Šπ’„π’‰ the boy who lived falls for the girl who had no one
586K 30K 23
↳ ❝ [ ILLUSION ] ❞ ━ yandere hazbin hotel x fem! reader ━ yandere helluva boss x fem! reader β”• 𝐈𝐧 𝐰𝐑𝐒𝐜𝐑, a powerful d...
261K 5.7K 32
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.