Voice Later [Book 2] ✔️

By inflakey

35.9K 4K 382

Voice Later : The voice that can be heard now ~ BOOK 2 -------- WARNING ------- KONT... More

Voice Later BOOK 2
1 ~ Tears
2~ First Or Not
3~ Brothers
4~ Like or Not
5~ Confession
7~ After-
Informasi
Biodata Karakter
8~ Tiring and Miss you
9~ Bunkasai
10~ Bunkasai 2
11~ Like this last time
12~ Oldest Brother
13~ Old wounds
14~ Encounter
15~ Change Of Story
16~ Punch-
17~ Good Bye-
18~ Genesis
19~ With Tears~
20~ Without Tears~
21~ The Moment
22~ Get It Back
23~ Be a Part of Family
~ Miyamoto's Family ~
24~ Let's Start Again!
25~ An answer
26~ Not alone-
27~ Voice Each Other
28~ Destiny
29~ Berteman lagi.
30~ The Voice
Afterwords
| EXTRA 2.1|
| EXTRA 2.2 |

6~ Get Out

1.2K 154 3
By inflakey


Bab 35

Book 2 chapter 6


Sebuah pintu ruangan yang diatasnya tertulis ruang kesehatan bergeser terbuka terlihat Daiki dengan blazer sekolahnya yang tak terkancing memperlihatkan kemeja sekolah putihnya. Usai memberikan salam pada sensei yang berada diruangan tersebut Daiki kembali menutup pintu dan mulai berjalan menyusuri lorong dengan tasnya yang tergantung pada bahu kirinya. 

Bulan April sudah terlewati dan kini berada diawal bulan Mei dimana dirinya sudah bisa kembali kesekolah setelah keluar dari rumah sakit. Kakinya melangkah menuju kelasnya dimana dirinya berada di kelas 3-1. Daiki sedikit risih dengan tatapan pada para siswi ketika dirinya melewati mereka. Nampak dari mereka ada yang berusaha untuk menyapanya dan nampak pula yang sedikit ragu untuk menyapanya.

"Pe... Permisi Chikafuji Senpai?"suara lembut itu menghentikan perjalanan Daiki dan membuatnya membalikkan tubuhnya menatap tubuh kecil perempuan yang menatapnya. Gadis itu terlihat menyelipkan rambutnya kebelakang telinga kirinya. Daiki mengernyitkan dahinya menatap gadis tersebut.

'Aku seperti pernah melihatnya' batin Daiki.

"A... Aku dengar senpai baru keluar rumah sakit. Ini sebagai hadiah untukmu"ucap gadis tersebut, kemnali Daiki mengernyit menatap bungkusan cookie yang disodorkan gadis tersebut.

"Kau yang waktu itu bukan?"ujar Daiki mengingat gadis tersebut yang memberinya coklat dihari valentine kemarin. Sang gadis tersenyum dan mengangguk.

"Aku ambil kuenya"ujar Daiki meraih bungkusan cookie tersebut membuat sang gadis kembali tersenyum senang.

"Terima kasih atas hadiahnya"ujar Daiki dengan senyumannya, sang gadis merona akan sikap Daiki yang begitu baik padanya.

"Ka... Kalau senpai ingin memakannya dengan kekasih senpai bu... bukan masalah"ujar sang gadis yang tiba-tiba menjadi gugup, Daiki terkekeh melihat reaksi gadis tersebut.

"Aku akan memberikannya juga. Kau kembalilah kekelasmu. Gedung kelas dua berada digedung berbeda"ujar Daiki, sang gadis mengangguk cepat.

"Selamat karena sudah keluar rumah sakit dengan sehat"ujar sang gadis cepat yang membungkuk 90 derajat kemudian berbalik dan berlari meninggalkan Daiki. Daiki menatap bungkusan yang Ia pegang kemudian tersenyum.

"Mungkin Rui akan suka"gumamnya yang kembali berbalik dan meneruskan perjalanannya menuju kelasnya.

Sampai di ruang kelasnya membuka pintu depan kelas kembali beberapa sorot mata menatapnya, dengan sikap cueknya Daiki mendapatkan sosok Yoshio yang berada pada kelompok ketika dari pintu dan duduk kedua dari belakang melambaikan tangan padanya kemudian menunjuk kursi belakangnya yang tandanya itu merupakan tempatnya. Daiki berjalan masuk dan menghampiri Yoshio dan duduk dibelakangnya.

"Bagaimana pemeriksaanya?"ujar Yoshio menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangkunya tanpa menatap kearah Daiki dan fokus pada buku yang Ia baca.

"Nah~ Tidak ada masalah"jawab singkat Daiki.

"Ini"ujar Yoshio yang menyodorkan beberapa lembaran pada Daiki masih tak menatap Daiki.

"Salinan dari pelajaran saat kau dirumah sakit"tambah Yoshio.

"Sangkyu~"ujar Daiki dan mengambil lembaran tersebut dari tangan Yoshio.

"Ah! Kau akan kekelas Rui nanti?"tanya Yoshio yang akhirnya berbalik dan menatap Daiki, Daiki yang awalnya membaca lembaran dari Yoshio menatap Yoshio kemudian mengangguk.

"Kenapa?"tanya Daiki.

"Aku ada urusan diruang guru nanti"ujar Yoshio dan Daiki mengangguk mengerti.

Tak lama seorang guru masuk menghentikan percakapan mereka, membuat Yoshio berbalik dan menghadap kedepan menatap guru yang baru saja akan memulai pelajarannya. 

Jam sudah menunjukkan tengah hari dan bel tanda istirahatpun berbunyi, para gurupun mengakhiri pelajaran mereka. Yoshio nampak berdiri dari duduknya dengan buku tebal ditangannya.

"Aku duluan"ujar Yoshio pada Daiki yanh masih merapikan mejanya, Daiki mendongak menatap Yoshio kemudian mengangguk. Usai Yoshio pergi Daiki berdiri dari duduknya dan berjalan nenuju pintu kelas yang tak jauh dari tempatnya duduk. Menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri seakan mencari sesuatu.

"Fumio dimana?"gumam Daiki yang ternyata mencari sosok Fumio. Ponselnya yang berada dalam saku celananya nampak bergetar. Daiki meraih kantung celana kirinya dan mengambil ponselnya.

'Yoshio?' batin Daiki mengernyitkan dahinya.

Fumio punya masalah disini ahaha~

Isi pesan singkat tersebut dan kemudian Daiki menutup ponselnya dan memasukkannya dalam kantungnya kembali.

Kakinya mulai melangkah meninggalkan kelasnya dan berjalan kearah gedung khusus kelas dua melewati jembatan layang yang menghubungkan kedua gedung.

***

Rui merapikan mejanya, memasukkan beberapa buku yang berada diatas mejanya kedalam tasnya juga sebuah kotak pensilnya kemudian kembali menggantungkan tasnya pada sisi kenan mejanya. Tangannya meraih laci mejanya.

"Miyamoto -kun!!"suara itu menghentikan tangan Rui membuat mendongakkan kepalanya dan melihat beberapa perempuan teman sekelasnya yang menghampirinya secara bersamaan membuatnya sedikit tersentak menatap menatap bingung.

"Miyamoto -kun katakan apa ini benar-benar Chikafuji senpai?"ujar salah satu dari mereka menyodorkan sebuah majalah kedepan wajah Rui, mata Rui menegang tak lepas dari majalah tersebut. Semburat merah muncul dikedua pipinya membuat para perempuan yang mengelilingi tempatnya menatapnya bingung dan tambah penasaran, dalam majalah tersebut terdapat foto dimana dirinya dan Daiki yang dipaksa oleh Youko untuk menjadi model baju miliknya.

"Miyamoto -kun beri tahu kami!"ujar mereka serempak membuat Rui tersentak kaget.

"Bu... Bukankah itu sangat nampak?"ujar Rui tergagap.

"Benarkan? Ini Chikafuji senpai"ujar salah satu dari mereka.

"Tidak pernah terpikir Chikafuji senpai bisa setampan ini"kembali salah satu dari mereka dan mendapatkan anggukkan dari lainnya.

"Beruntung sekali yang menjadi pasangannya difoto ini"ujar perempuan yang memegang majalah tersebut. Rui yang mendengarnya tersentak kecil dan kembali semburat merah dipipinya kembali muncul.

"Lihat ini!"ujar yang memegang majalah tersebut meletakan majalah yang Ia pegang keatas meja Rui dengan terbuka lebar.

"Ini!"perempuan itu membalik majalah tersebut menunjukkan foto lainnya.

"Ini juga!"tambahnya lagi membalik majalah dan menunjukkan foto yang semakin membuat Rui merona layaknya tomat, dimana foto tersebut Daiki yang mengarahkan dirinya untuk salng berhadapan dengan wajah Daiki yang begitu sangat dekat dengannya dan tangan Daiki yang berada ditengkuknya seakan mereka akan berciuman.

"Kyaaa!~ Tidak menyangka Chikuafuji senpai bisa begitu menawan"ujar satu dari mereka dan masih berkumpul dimeja Rui dan membolak balikkan majalah tersebut tanpa henti.

"Kau saja yang baru menyadarinya. Diantara perkumpulan Hayasi senpai, Chikafuji senpai memang sangat menarik dan juga dia sangat tampan"ujar salah satu dari mereka.

"Nakano senpai juga tampan"balas salah sati dari mereka.

"Ah! Benar! Aku juga pernah lihat Nakano senpai menjadi model juga. Kalau tidak salah di majalah katalog yang sama seperti ini"ujar yang membawa majalah tersebut dan beberapa mengangguk setuju.

"Miyamoto -kun ada yang mencarimu!"suara itu memanggil Rui membuat Rui tersental kecil kemudian perempuan yang disamping kanannya memberinya sedikit ruang agar bisa melihat kearah pintu. 

Rui nampak kaget melihat sosok Daiki yang berdiri didepan pintu dengan teman sekelasnya yang baru saja memanggilnya. Perempuan yang mengelilingi Rui sebelumnyapun tersipu menatap Daiki yang saat ini memandang lurus pada Rui. Daiki nampak sedikit kaget dengan wajah Rui yang memerah tak Ia ketahui mengapa. Daiki mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas Rui dan menghampiri Rui yang masih saja duduk namun matanya nampak tak lepas dari sosok Daiki, begitupula dengan para perempuan yang berkumpul dimeja Rui yang merona menatap Daiki yang mendekat kearah mereka. 

Daiki menghentikan kakinya tepat disamping meja Rui, Rui yang tersadar dari tatapannya kemudian dengan cepat menutupi majalah yang terbuka diatas mejanya dengan tangannya membuat Daiki yang ingin berucap mengurungkan niatnya dan menatap meja Rui tepatnya dimana tangan Rui yang sedang mencoba menyembunyikan sesuatu. Daiki dapat melihat dengan jelas kalau itu merupakan majalah katalog yang merupakan hasil pemotretan mereka waktu lalu. Matanya melotot menatap majalah tersebut.

"Rui, Youko-san memberikan ini padamu?"ujar Daiki seketika yang mengambil majalah tersebut, Rui menggeleng cepat dan berusaha untuk menahan majalah tersebut dari tangan Daiki. Daiki mengernyitkan dahinya dan tak membiarkan Rui untuk mengambil majalah tersebut.

"Terus kenapa bisa ini sama kamu?"ujar  Daiki, kembali Rui menggeleng dan masih menarik majalah tersebut dari tangan Daiki.

"Kau-"

"Ma... Maaf senpai-"suara itu menghentikan pertikaian kecil Rui dan Daiki, menatap kearah perempuan disamping mereka dengan majalah yang masih ditangan mereka.

"Aku yang membawanya"ujar perempuan itu gugup, Daiki menatap pada Rui yang seketika Rui membuang pandangannya dari dirinya. Daiki menghela napasnya kemudian menarik majalah itu dari tangan Rui hingga terlepas.

"Ambillah. Jangan berkeliaran dengan ini"ujar Daiki menyodorkan majalah tersebut pada perempuan itu.

"Ba... Baik"ujar perempuan tersebut yang kemudian memberikan kode pada yang lainnya untk pergi dari meja Rui.

Merekapun pergi meninggalkan Daiki dan Rui. Daiki mengambil posisi duduk miring pada bangku di depan Rui hingga dirinya masih dapat menatap Rui.

"Ini"ujar Daiki yang menggeser sebuaj bungkusan cookies diatas meja Rui kearah Rui. Rui mendongak menatap Daiki kaget.

"Cookies?"ujar Rui yang mengambil bungkusan tersebut.

"Seseorang memberinya sebagai tanda selamat keluar dari rumah sakit"ujar Daiki yang menyandarkan dagunya pada kepalan tangan kirinya yang saat ini sikunya berada pada meja Rui.

"Seseorang?"gumam Rui seraya membuka bungkusan tersebut. Daiki terkekeh dan memperhatikan Rui yang mulai melahap cookie tersebut.

"Umm~ Ini enak. Daiki kau harus coba juga"Rui menyodorkan cookie yang baru saja Ia gigit pada Daiki, Daiki memajukan sedikit kepalanya kemudian menggigit sedikit cookie tersebut. Rui tersenyum melihat hal tersebut, kemudian menarik kembali tangannya dan memekan kembali cookie tersebut.

"Fu -chan dimana?"tanya Rui yang tak mendapatkan sosok Fumio serta yang lainnya.

"Entahlah. Mereka tidak muncul"jawan Daiki sekenanya, Rui nampak tak puas dengan jawaban dari Daiki.

"Kau makan saja bekalmu. Waktu istirahat tidak panjang"ujar Daiki, Rui mengangguk mengerti.

"Daiki mau disini saja?"tanya Rui yang mulai merogoh laci mejanya.

"Kenapa? Aku tidal boleh disini?"ucap Daiki bersamaam dengan Rui yang menaruh dua kotak bekal yang bertumpuk keatas mejanya.

"Haaa~ Ini hari pertamaku sekolah dan aku kini diusir?"ujar Daiki usai menghela napasnya panjang, Rui terkekeh kecil.

"Bu... bukan itu masalahnya. Hanya saja..."Rui melirikkan matanya kekanan kiri seakan berusaha melihat seluruh ruangan kemudian mencondongkan sedikit tubuhnya.

"Aku rasa kita menjadi tontonan"sambung Rui, Daiki mengangkat satu alisnya kemudian menatap kedepannya dan mendapatlan beberapa orang yang awalnya melihat mereka kemudian mengalihkan pandangan mereka.

"Bukan masalah. Makan saja bekalmu. Kau bawa apa?"tanya Daiki yang menunjuk kotak bekal Rui diatas meja dengan kepalanya.

"Ah! Aku buat sushi tadi pagi. Mau coba?"ucap Rui yang sudah membuka salah satu kotak bekalnya dan menyodorkan pada Daiki. Daiki tersenyum kemudian meraih sumpit yang merekat pada penutup kotak bekal tersebut dan melahap bekal milik Rui.

"Ini lezat"ujar Daiki dan Rui pun tersenyum puas.

"Kau makan juga"ucap Daiki yang menyodorkan satu sushi pada Rui, Rui yang awalnya malu-malu akhirnya menerim tawaran Daiki dan melahap sushi tersebut. Terjadilah acara suap menyuap mereka hingga bekal yang dibawa Rui habis tanpa sisa.

"Oh! Dai -chan kau disini!"suara memnuat Daiki serta Rui tersentak dan menatap kearah pintu kelas dimana suara itu berasal.

"Tch! Chio"eluh Daiki dimana sang punya suara mendekat pada mereka.

"Tega sekali kau meninggalkanku disaat Yo -chan tidak ada"ujar Chio dengan pout di bibirnya dengan nada manja pada Daiki. Daiki membuang wajahnya seraya menghela napasnya dengan tingkah Chio.

"Baik baik. Hentikan itu"ucap Daiki mengalah pada sikap manja Chio padanya karna sekarang ini Chio berada dipangkuannya dan memeluknya manja. Chio tersenyum namun masih berada dipangkuan Daiki dengan Daiki yang menepuk-nepuk kepala Chio pelan. Rui yang berada dihadapan merekapun menatap mereka tanpa berkedip dengan ujung sumpit yang berada didalam mulutnya. Daiki kemudian mengarahkan pandangannya pada Rui yang dan tersentak kaget saat melihat tatapan Rui.

"Ah! R... Rui ini tidak seperti itu-"ujar panik Daiki seketika namun tangannya masih memegang tubuh Chio layaknya menjaga Chio agar tidak jatuh.

"Iya Rui! Tenang saja!"tambah Chio namun sama sekali tidak terlihat panik.

"Aku hanya menggunakan Dai -chan saat Yo -chan tidak ad-umph"suara Chio yang tertahan saat tangan Daiki menutup mulutnya penuh.

"Kau tidak menjelaskan apapun seperti itu"omel Daiki.

"Ummmmphhhh-"lawan Chio yang layaknya ingin bicara namun tangan Daiki dimulutnya tak mampu mengeluarkan kata apapun.

"Chio mema-"

"Hahaha~"tawa kecil Rui menghentikan ucapan Daiki, membuat Daiki dan Chio menatapnya bingung.

"Saat Daiki panik terlihat sangat lucu"ucap Rui usai tawanya.

"Eh?!"respon Daiki menatap kaget Rui.

"Chio -chan ternyata bisa manja pada orang lain selain dengan Yoshio senpai"tambah Rui membuat Daiki dan Chio kembali menatapnya.

"Tidak tidak. Aku tidak manja pada siapapun hanya pada Dai -chan saja"ucap Chio usai tangan Daiki terlepas dari mulutnya dan mulai merangkul kembali leher Daiki layaknya sedang menggoda Rui sedangkan tertunduk menghela napasnya.

"Chio -chan kau tidak bisa terus seperti itu"protes Rui dengan menggembungkan pipinya layaknya sedang kesal, Daiki mendongakkan kepalanya menatap Rui.

"Daiki sudah menjadi milikku"tambahnya.

"Ugh- Walaupun begitu Dai -chan tetap subjek kemanjaanku"balas Chio yang semakin erat memeluk Daiki sedangkan Rui menggembungkan pipinya menatap kesal mereka berdua.

"Chio hentikan itu"eluh Daiki yanh memegang pergelangan tangan Chio.

"Hmph-"ujar Rui serta Chio bersamaan dan membuang wajah masing-masing.

"Ah! Yoshio senpai?"ujar Rui saat melihat Yoshio memasuki kelasnya usai, Yoshio nampak tersenyum pada Rui sebagai balasan sapaan Rui. Kemudian pandangannya berubah pada Chio dan Daiki yang masih diposisi sama, Yoshio nampak menghela napasnya.

"Rui mereka menggangmu?"ucap Yoshio yang sudah mendekat seraya menunjuk kearah Daiki dan Chio, Chio menggembungkan pipinya menatap kesal Yoshio. Rui menggeleng dan terkekeh kecil.

"Waktu istirahat sudah mau selesai. Ayo kembali"ucap Yoshio Daiki dan Chio.

"Sana duluan"ujar Daiki pada Chio, Chio menggeleng dengan cepat dan masih memeluk leher Daiki.

"Yoshio bawa anak ini"ujar Daiki yang berusaha melepaskan tangan Chio dari lehernya.

"Lebih cepatnya kau juga berdiri dari situ dan kembali membawa anak itu"ucap Yoshio, Daiki menatapnya tajam dan mendapatkan senyuman aneh dari Yoshio membuat Daiki menghela napasnya.

"Ayo bergerak Chio"ujar Daiki yang berdiri dan menahan tubuh Chio agar tidak jatuh hingga dirinya berdiri.

"Ah! Daiki kau sudah lihat?!"ujar Chio seketika dan berdiri tegak membuat Daiki sedikit kaget begitu pula Rui yang langsung mendongak menatap Chio. Daiki mengernyitkan dahinya.

"Katalok milik Youko -san"lanjut Chio.

"Kalian benar-benar serasi. Apalagi Rui -chan sangat cantik dan imut"ujar Chio yang dengan mata berbinar, wajah Rui pun seketika memerah mendengar ucapan Chio.

"Kalian har-umph"Daiki menutup mulut Chio dengan tangannya.

"Ayo pergi"ucap Daiki dan menggeret Chio pergi masih dengan tangannya yang membekap mulut Chio.

"Rui kami pamit dulu"ujar Yoshio dengan senyuman khasnya pada Rui, Rui mengangguk ditemani dengan senyumam juga masih wajahnya yang merona. Yoshio pun berbalik dan berjalan menyusul Daiki serta Chio. Rui yang sudah melihat Yoshio menghilang tersadar akan tatapan aneh dari segala penjuru kelas.

"Miyamoto -kuuuun~"suara bising itupun secara bersamaan menuju kemeja Rui membuat Rui tersentak kaget menatap keselilingnya.

"A... Ada apa?"ucap Rui gugup.

"Miyamoto -kun kau berkhianat"ujar salah satu dari mereka. Rui kembali tersentak dan menatap kaget.

"Ugh- Aku sama sekali tak menyangka kalau itu Miyamoto -kun"tambah lainnya.

"Pantas saja wajahnya sedikit tidak asing"tambah lainnya lagi.

"Haaaaa~ Kalau saingannya Miyamoto -kun akan sulit"tambah mereka dan menghela napas panjang. Rui hanya tersenyum canggung tak tau arah pembicaraan mereka kemana.

=TO BE CONTINUE=

Haloo!! Apa kabar kalian semua?!! ^^

Setelah sekian lama saya beristirahat dan menunda cerita ini, saya sudah kembali melanjutkannya ^^

Terima kasih banyak bagi yang sudah mau menunggu kelanjutan dari cerita ini!! Saya harap ini cukup menghibur.

Saya juga ingin memohon maaf jikalau ada salah kata selama menulis!! >0<

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 886K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
30.9M 1.8M 67
DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https://www.vidio.com/watch/7553656-ep-01-namaku-rea *** Rea men...
4.2M 517K 80
Pembelian Novel Version bisa di shopee momentous.publisher❤ Elbiana Angelista Dewaga, siswi cantik SMA Cendrawasih yang terkenal bersikap dingin dan...