POPULAR BOY [ High School ]

By Masterdaff

44.7K 2K 302

SLOW UPDATE. Cover By : D A F F A S I L A Visual Althan By Alex Lange. "Pemirsa, perusahaan milik William Dat... More

PROLOG
#1. Althan
#2. Miranda
#4. Miranda
#5. Althan
#6. Miranda
#7. Althan
#8. Miranda
#9. Althan
#10. Miranda
#11. Althan
#12. Miranda
#13. Althan
#14. Miranda

#3. Althan

3.2K 165 12
By Masterdaff

----------------------------------------------

Cinta tidak mengenal hambatan. Cinta melewati rintangan, melompati pagar hambatan, dan menembus tembok untuk sampai ke tempat tujuan yang penuh harapan.

~Popular Boy

----------------------------------------------

"Bi Wati," panggilku.

"Iya tuan Althan," jawabnya.

"Mama kemana?" Tanyaku.

"Mama tuan lagi ada urusan di butiknya," jawab Bi Wati.

"Lalu Miranda dimana?" Tanyaku lagi.

"Lohh... bukannya Miranda pulang sama tuan ya?" Ucap Bi Wati malah balik bertanya.

"Enggak Bi, tadi aku pulang sama Gladis," jawabku.

Aku langsung berjalan menuju kamarku sendiri, aku capek sejak pulang sekolah tadi, lalu menjatuhkan badanku pada kasur dan memeramkan mataku, saat aku sangat senang menjelajahi alam mimpi. Beberapa waktu kemudian aku mendengar suara orang yang memanggilku dan itu sudah pasti mama, aku segera keluar dari kamarku lalu menemui mama.

"Iya ma, ada apa?" Tanyaku.

"Mama khawatir sama Miranda, kenapa jam segini dia belum pulang," ucapnya.

Aku melirik ke arah jam, dan ternyata jam sudah menunjukkan pukul 22.15, tiba-tiba aku khawatir dengan Miranda. Aku langsung bergegas mengeluarkan Harry, dengan pelan aku mengendarai Harry menyusuri jalan kearah sekolah untuk mencari Miranda, tetapi dia tidak ada. Ketika aku menyusuri jalan raya yang berada di dekat Mall Maxi barulah aku melihat sosok wanita yang aku yakini itu Miranda bersama dengan pria yang sedang menuntun motor besarnya, mungkin mogok.

Aku langsung menghampiri Miranda.

"Alth," ucapannya terpotong karena aku menariknya.

Karena aku menyuruhnya untuk naik ke motorku, maka Miranda langsung naik ke motorku.

"Gue kira lo udah pulang tadi, asal lo tau satu rumah mengkhawatirkan lo," ucapku memecahkan keheningan, tetapi dia tidak menjawab perkataanku.

"Gue minta maaf Mir, seharusnya saat pulang lo bersama gue," ucapku, dan lagi-lagi dia tidak menjawab perkataanku.

"Ada apa sama lo?" Tanyaku dan dia tetap tidak mau bicara.

"Kenapa dia mengabaikanku," batinku.

Sesampainya dirumah, Miranda langsung turun dari motorku, tanpa mengucapkan sepatah kata Miranda langsung masuk.

"Dasar tidak tau terima kasih," umpatku dalam hati.

Aku langsung masuk kedalam rumah. Aku kira Miranda berada di ruang tamu bersama mama yang sedang menonton TV, tetapi nyatanya tidak.

"Ma, Miranda mana?" Tanyaku pada mama.

"Ciee... anak mama yang lagi naksir sama Miranda," ledek mama.

"Ya enggak lah ma, dia itu musuh terbesar aku," ucapku.

"Musuh atau musuh?" Tanya mama.

"Apaan sih mama," ucapku, memang benarkan aku tidak menyukai Miranda.

"Kalau musuh, kenapa kamu tadi kamu terlihat mengawatirkannya, terus sekarang kamu nyariin dia," ejek mama.

"Lupakan saja soal itu ma, aku tidak mau berdebat," ucapku pada mama, lalu pergi meninggalkan mama menuju ke kamarku.

Saat aku berjalan menuju kamarku, lalu aku melihat Miranda yang baru keluar dari kamarnya, lantas aku langsung bergegas untuk menghampirinya, dia tidak bisa melarikan diri karena tangannya aku genggam dengan sangat erat.

"Sebenarnya lo itu kenapa sih Mir?" Dan lagi-lagi Miranda tidak menjawab pertanyaanku.

"Jika lo nggak ngejawab perkataanku, gue akan membencimu," ucapku dengan nada tinggi.

"Membenciku?, ha... ha... ha..., bukannya sejak awal kita memang saling membenci," ujarnya sinis.

"Tetapi sejak lo berada dirumah gue, gue merasa kita tidak saling membenci," ucapku.

"Cih, percaya diri sekali," ucap Miranda yang membuatku mematung.

Dia langsung melepaskan genggamanku padanya, lalu dia langsung masuk ke kamarnya, aku berjalan menuju kamarku, "sejak awal kita memang saling membenci," perkataan itu yang mengiang di kepalaku.

"Kata-kata mutiara lo menggangguku Miranda," batinku.

Setelah berada dikamar, aku langsung terjun dikasur, lalu memasuki alam mimpi.

***

Keesokan harinya.

"Pagi ma, papa belum pulang?" ucapku, sambil mengambil sepotong roti, lalu menghabiskannya.

"Pagi sayang, iya papa belum pulang dia masih diluar kota," jawab mama.

Aku lalu memerhatikan sekeliling dan aku tidak mendapati Miranda.

"Apa miranda belum bangun?" Tanyaku. "Astaga sudah jam segini dia belum bangun, dasar kebo," lanjutku.

"Dia sudah berangkat," jawab mama.

"What the fuck, dia sudah berangkat, tumben sekali dia," batinku.

"Tadi ada yang menjemputnya," lanjut mama.

"Ohh... ya udah ma, Althan berangkat dulu," ucapku.

Aku langsung mengeluarkan Harry dan langsung bergegas untuk berangkat ke sekolah.

"Lah kalau dia berangkat duluan, berarti uang sakunya dia gimana," batinku.

Setelah aku sampai di sekolah, aku langsung bergegas menuju kelas. Dikelas aku langsung disambut oleh sahabat-sahabatku, yaitu Richard Alatas, Jhonathan, Julian Jackson, Ricky Josan. Mereka adalah sahabatku sejak kelas 10 dan tak terasa kami berteman sudah tiga tahun. Richard dengan tubuh tinggi dan memiliki dahi yang lebar ( alias jenong ), kalau Jonathan atau biasa dipanggil Jonat dengan badan yang lebar ( alias gemuk ), kami semua selalu dibuat ketawa olehnya, kalau Julian dia memiliki kulit yang putih, Julian tampan sepertiku, sedangkan Ricky, si kulit eksotik dan memang katanya dia itu keturunan Suku Indian.

"Hai bro..." sapa Richard padaku.

"Hai juga bro..." balasku.

"Ehh... jajan yuk," ajak Julian.

"Iya nih, perut gue udah kelaperan," ucap Jonat.

"Lo mah selalu kelaperan Jo," ledek Ricky.

"Asal lo tau Ky, perut gue gak bisa diajak kompromi," ucap Jonat.

"Lo pada kalo mau jajan, ya udah sana ke kantin entar gue nyusul," ucapku.

Mereka langsung berangkat untuk kekantin, kecuali Julian.

"Emang lo mau kemana Al?" Tanya Julian.

"Gue mau ke kelas 11A IPA," jawabku.

"Pengen ketemu sama Miranda ya broo," ledeknya.

"Iya gue mau ketemu Miranda," ucapku datar.

"Gue ikut ya Al," ucapnya.

"Ya udah ayo," ajakku.

Saat ini aku dan Julian sedang berjalan menuju kelasnya Miranda.

"Emang kenapa sih bro, lo dateng ke kelasnya Miranda?" Tanya Julian.

"Uang sakunya Miranda ada di gue Jul," jawabku.

"Oooo... gitu," ucap Julian.

Sesampainya di depan kelas 11A IPA, aku dan Julian langsung masuk kekelas tersebut, tetapi Miranda tidak ada, saat aku dan Julian ingin keluar dari kelas 11A IPA, aku melihat Miranda yang berada didepan pintu kelasnya bersama dengan cowok, saat Miranda telah masuk kekelasnya cowok itu langsung pergi.

"Siapa cowok itu?, apa dia kekasihnya Miranda," batinku.

"Mir ini," ucapku terpotong karena Miranda langsung melanjutkan perjalannannya menuju ke bangkunya.

Tentu saja dia membuatku geram, segera aku menghampiri Miranda.

"Mir lo sebenernya kenapa sih?" tanyaku dengan nada yang tinggi, tetapi dia tetap tidak menjawab.

"Mir lo kenapa si?, lo bisu hah..." bentakku.

Brakkk... (Miranda memukul meja), "Kan udah gue bilang, anggap saja kita tidak saling kenal, lo gak usah peduli sama gue," bentak Miranda, " Dan urusin aja pacar lo," lanjutnya.

"What do you mean Miranda?," batinku.

Karena kesabaran ku habis, aku langsung keluar dari kelasnya, dari pada aku marah dikelasnya nanti satu sekolah heboh. Perkataan Miranda yang sangat terngiang dikepalaku adalah, "Dan urusin aja pacar lo," perkataannya yang itu membuatku bingung.

"Apa dia cemburu kepadaku, ahh tapi itu tidak mungkin," batinku.

Kriinggg... akhirnya bel masuk berbunyi aku dan Julian langsung masuk kekelas kami masing-masing, ya tentu saja kami semua berbeda kelas, kecuali aku dengan Jonat, aku satu kelas dengan Jonat . Richard dikelas 12A IPS, Julian dikelas 12C IPS, Ricky dikelas 12D IPS, ya... memang temanku yang satu itu agak bodoh, bagaimana tidak bodoh dia masuk dikelas terburuk dibagian IPS, sedangkan aku dan Jonat berada di kelas 12B IPS.

Setelah bel pulang sekolah, aku berniat mengajak ke empat sahabatku untuk bermain PS dirumahku. Setelah kami mengumpul di parkiran, aku memberitahu mereka agar jam 15.00 mereka harus ke rumahku untuk main PS bersama, dan mereka menyetujuinya. Setelah aku bertemu dengan teman-temanku, tiba-tiba ada yang memelukku.

"Sayang, anterin aku pulang ya," pinta Gladis padaku.

"Iya," ucapku datar.

Saat aku telah menekan kopling untuk berangkat, aku melihat Miranda diboncengin sama cowok yang tadi.

"Apa mereka sudah berpacaran?" Batinku.


Bersambung...

------------------------------------------------

Yuu ... hu ... akhirnya capter 3 aku selesaikan. jelek gak sih?, maaf aja kalo jelek yaa..., luangkan waktu untuk membaca ya.... di tunggu vote + commentnya.
Bye...

Itu Mirandanya kenapa sih??. Ups jangan baper ya Mir.

------------------------------------------------
INTERMEZZO
Manu Rios ~ Night Changes (cover)

-----------------------------------------------
BY : D A F F A S I L A

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

832K 44.2K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
4.4M 262K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
6.1M 262K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...