Lisa & Kevin

By raniaxn

77.6K 3.5K 14

Mengisahkan diary cinta antara Lisa dan Kevin. Keduanya punya sifat berbeda namun saling melengkapi. Seperti... More

PRAKATA
1 [ Lisa & Kevin ]
2 [ Lisa & Kevin ]
3 [ Lisa & Kevin ]
4 [ Lisa & Kevin ]
5 [ Lisa & Kevin ]
6 [ Lisa & Kevin ]
7 [ Lisa & Kevin ]
8 [ Lisa & Kevin ]
9 [ Lisa & Kevin ]
10 [ Lisa & Kevin ]
11 [ Lisa & Kevin ]
12 [ Lisa & Kevin ]
13 [ Lisa & Kevin ]
14 [ Lisa & Kevin ]
15 [ Lisa & Kevin ]
16 [ Lisa & Kevin ]
17 [ Lisa & Kevin ]
18 [ Lisa & Kevin ]
19 [ Lisa & Kevin ]
20 [ Lisa & Kevin ]
21 [ Lisa & Kevin ]
22 [ Lisa & Kevin ]
23 [ Lisa & Kevin ]
24 [ Lisa & Kevin ]
25 [ Lisa & Kevin ]
26 [ Lisa & Kevin ]
27 [ Lisa & Kevin ]
28 [ Lisa & Kevin ]
29 [ Lisa & Kevin ]
EXTRA PART
SORRY.
NEW STORY!!!

30 END [ Lisa & Kevin ]

3K 123 1
By raniaxn

P.s: ini bakal jadi part terpanjang dari part yang lain:)

Happy Reading!

***

Sesuai permintaan Lisa. Hari ini Kevin bersukarela meluangkan waktunya untuk menemani Lisa pergi ke Pekan Raya Jakarta atau yang sering disapa PRJ.

Karena Lisa tidak pernah sama sekali ke PRJ dan berhubung event itu hanya sekali setahun, maka dari itu Lisa merengek manja pada Kevin agar mau menemaninya.

Sebenarnya Kevin sedikit ragu, karena ia pernah pergi ke PRJ, dan itu tidak akan puas hingga tengah malam datang.

Tapi, demi Lisa, ia rela melakukannya. Bahkan hingga kakinya membengkak pun ia dengan senang hati menerimanya jika itu karena Lisa.

"Vin... Pengen nugget.." rengek Lisa menunjuk stand Fies*a.

Kevin menatap Lisa yang tingginya lebih rendah darinya, tapi untuk ukuran wanita, Lisa termasuk tinggi.

"Mau nugget?" Lisa mengangguk antusias.

Lalu Kevin melepaskan pelukan Lisa dilengannya dan membawanya untuk digenggam dan ditautkan disela-sela jarinya.

"Ayo,"

***

Disinilah Kevin dan Lisa. Mereka sedang mengantri di stand Fies*a yang besar dan ramai. Bahkan terlalu banyak varian, membuat Lisa bingung harus memilih yang mana.

"Mau apa?" bisik Kevin disampingnya.

Lisa menatap semua papan yang berisi jenis-jenis makanan serta harganya. "Bingung, enak semua,"

"Pilih aja yang mana disuka,"

Lisa menatap Kevin penuh harap.

"Banyak gapapa, kan?"

Kevin tersenyum, lalu mengelus rambut belakang Lisa dan mengangguk.

***

"Aaa...." Lisa menyodorkan tusukan nugget didepan mulut Kevin.

Kevin dengan senang hati membuka mulutnya dan memakannya.

Dengan gempulan asap pada tusukan dimsumnya, Kevin dengan pelan meniupinya lalu membawanya kedepan mulut Lisa sehingga gadis itu memakannya dan membuat mulutnya penuh dengan makanan.

Dengan gemas Kevin menusukkan jarinya beberapa kali dipipi kanan Lisa.

"Jhhanghann ghanghghu aghh,"

Kevin terkekeh pelan.

"Makanya abisin dulu..."

Lisa memberengut kesal.

"Siapa tadi yang nyodorin!" ucap Lisa lancar.

Kevin yang telah menghabiskan makanannya langsung membuangnya bungkusnya dan membawa Lisa dalam rangkulannya.

Mereka kembali melanjutkan jalan-jalannya dan sesekali Lisa menyuapi Kevin sisa-sisa nugget yang banyak dibelinya tadi.

***

Lisa menatap kearah depan dengan kesal. Bagaimana tidak, saat ini Kevin memaksanya untuk menonton panggung musik yang salah satu bintang tamunya adalah Kahitna.

"Kevin.. Pulang ayo," ajak Lisa menarik kecil pinggir jaket Kevin.

Kevin menatap Lisa yang sudah terlihat begitu mengantuk.

"Bentar ya.. abis ini kita pulang deh,"

Lisa dengan berat hati hanya dapat menganggukkan kepalanya. Mau bagaimana lagi. Kevin juga sudah menemaninya seharian ini. Masa iya dia dengan jahatnya menolak dan memaksa untuk pulang.

Dengan kantuk yang sudah tidak tertahankan, Lisa memeluk Kevin dari samping. Ia menyenderkan kepalanya didada Kevin.

Kevin yang sedang fokus memperhatikan kedepan, kini tersenyum begitu menatap Lisa yang tiba-tiba memeluknya dan telah tertidur di dadanya.

Dirangkulnya pundak Lisa dengan tangan kirinya mencegahnya agar tidak jatuh.

Lalu tangan kanannya mengelus rambut Lisa dengan begitu lembut. Mencoba membuat gadis itu nyaman.

***

Silaunya matahari membuat gadis cantik yang sedang tertidur itu merasa terganggu dan terpaksa menarik dirinya dari mimpi yang sedang dibuatnya.

Tak tahan dengan silauan itu, Lisa mendudukan badannya dan mengucek-ucekan matanya.

Jika dilihat dari sudut ke sudut, Lisa baru saja menyadari jika ruangan ini bukan kamarnya. Melainkan...

Kamar Kevin!

O em jih, aroma ruangan ini khas Kevin sekali.

Dengan panik Lisa langsung menatap sisi kosong disampingnya. Tidak ada siapa-siapa. Bahkan baju yang Ia pakai masih sama dengan bajunya yang ia gunakan waktu ke PRJ. Hah! Mungkin keseringan nonton film jadi parno sendiri.

Tapi kenapa harus parno coba. Kan ini Kevin. Bodohnya... Eh tapi bisa aja. Mereka kan masih sama-sama cowok.. Eh ya ampun sadarlah... Kevin itu cowok baik!

Lisa diam seketika. Ia mencoba mencari sebuah suara. Tapi nihil.

"Kevin.." panggilnya.

Tak ada jawaban.

Lisa langsung saja bangkit keluar kamar dan turun kebawah.

***

"Eh... Lisa.." sapa Mama Kevin

"Tante!" jerit Lisa begitu melihat Mama Kevin yang berada di ujung bawah tangga.

Lisa langsung berlari cepat turun tangga. Niatnya sih pengen meluk Mama Kevin. Tapi karena begitu sampai dibawah Lisa melihat Mama Kevin membawa nampan membuatnya harus menahan keinginannya.

"Kamu baru bangun sayang?" Lisa mengangguk.

"Kok kamu ga pake sendal?"

Lisa menatap kaki telanjangnya yang tidak terbalut apapun. Dan ia baru sadar begitu mengarah ke kaki Mama Kevin yang memakai sendal.

"Hehe lupa, tan,"

Mama Kevin ikut tersenyum.

"Yaudah.. Kamu langsung gabung gih kemeja makan. Kevin juga ada disitu,"

Lisa kembali mengangguk, lalu menatap sup yang dibawa oleh Mama Kevin.

"Kalo gitu sup-nya biar Lisa yang bawa ya, tante," pinta Lisa.

***

Dengan langkah yang hati-hati Lisa membawa sup yang ditangannya hingga kemeja makan.

Matanya menatap kesal cowok yang duduk disana.

Kevin yang sedang sibuk bermain ponselnya. Mungkin, sedang membalas chat cewek cabe centil.

Pasti lagi chatan sama cewek cabe yang sesama maba!-batin Lisa.

Sama halnya dengan Kevin. Dimeja makan itu juga ada papa Kevin yang sedang memainkan tabletnya. Bedanya, papa Kevin sedang membaca koran online.

Begitu sampai dimeja makan, Lisa langsung menaruh mangkuk sup itu diatasnya.

"Lisa udah bangun..." ucap Papa Kevin yang menjadi orang pertama yang menyadari bahwa Lisa-lah yang menaruh sup diatas meja.

Kevin yang tadinya sedang serius bermain ponselnya langsung menatap sup yang dibawa Lisa lalu menatap ke arah orang yang membawanya.

Dasar! Denger kata 'Lisa' aja langsung sadar!

"Hehe udah om, baru aja,"

"Loh.. Loh.. Loh.."

"Kevin... Kok Lisanya ga disuruh duduk, gimana sih," ucap Mama Kevin yang baru saja datang dari arah dapur.

"Tau nih Kevin, pacarnya dianggurin aja," sahut Papa Kevin.

"Ah.. Ini mau duduk kok tante,"

Setelah mengucapkan hal itu Lisa memutari meja makan dan berniat duduk disamping Mama Kevin.

"E-eh Mau kemana?"

Lisa menatap Kevin bingung.

"Duduk," ucapnya polos.

Kevin menunjukkan bangku disampingnya dengan dagu. Dengan maksud menyuruh Lisa agar duduk disampingnya.

Lisa memberengut kesal. Ia menatap Kevin sinis. Lalu ia kembali memutari meja untuk duduk disamping Kevin.

Sedangkan, Mama dan Papa Kevin hanya dapat mengulum senyumnya melihat Kevin dan Lisa yang begitu menggemaskan.

***

"Lisa.."

"Iya tante?" tanya Lisa sopan.

Sebelum memulai bicara Mama Kevin menampilkan senyum menggoda.

"Bakal jadi, kan?" tanyanya ambigu.

"Maksudnya tan?"

"Itu loh..."

Kedua alis Lisa menyatu. Ia masih tidak paham kemana arah pembicaraan Mama Kevin.

"Ngomong yang jelas, Mah," celetuk Kevin tiba-tiba.

Mamanya menatap Kevin kesal lalu kembali mengarah pada Lisa.

"Yaudah,"

"Lisa bakal mau jadi mantu tante kan?"

Kevin yang sebelumnya ingin memakan udang tiba-tiba tersedak terlebih dahulu.

Lisa yang berada disampingnya langsung memberi segelas air. Dan langsung diteguk habis oleh Kevin.

"Kevin ga apa-apa kan?" tanya Lisa khawatir.

"Mama ngomong apa sih!"

Mama Kevin menatap Kevin bingung.

"Mama ngomong.."

"Lisa mau jadi mantu mama, kan?" ulangnya.

Jujur sebenarnya Lisa agak terkejut mendengar hal ini. Tapi hal itu hanya sementara. Karena ia tahu bagaimana sifat ibu-ibu.

Tapi.. Jika dari tadi Lisa perhatikan raut wajah Kevin, sepertinya ia begitu tidak menyukai omongan Mamanya.

Tapi disini bukan berarti Lisa mengharapkan Kevin untuk menikahinya. Karena bahkan hal itu belum pernah terlintas diotaknya. Ia hanya masih mau menikmati hubungannya saat ini bersama Kevin.

"Apansih Mah! Kita ini masih muda. Kevin baru mau masuk kuliah, sedangkan Lisa baru masuk kelas 12,"

Mama Kevin menatap suaminya yang kini juga menatapnya. Ia mencoba untuk meminta pembelaan dari suaminya itu.

"Ya kan maksud Mama kamu bukan untuk saat ini juga Kevin..." ucap Papa Kevin menengahi.

"Iya.. Mama kan cuma mau tahu jawaban Lisa aja. Biar ada kepastian gitu kedepannya,"

Kevin mengangkat bahunya malas. "Tau ah terserah Mamah!"

Lisa menatap Kevin dari samping dengan lirih. Pikiran negatif kini merayapinya.

Apa Kevin memang tidak pernah serius padanya?

Tapi Lisa langsung menepisnya.

Mungkin aja Kevin punya alasan kuat!

"–ya kan, Lisa?"

"Hah?"

"Ah.. Iya tante," lanjutnya.

Kevin dan juga Papanya langsung ternganga mendengar jawaban Lisa. Sedangkan Mama Kevin senyam-senyum tak jelas.

Tapi, dengan polosnya Lisa hanya menanggapi mereka dengan senyuman tipis.

Emangnya tadi gue salah bicara, ya?

***

Kevin dapat bernapas lega saat ini. Setelah menyelesaikan sarapannya ia langsung menarik diri dengan alasan untuk mengantar Lisa pulang.

Mama dan Papa Kevin pun menerimanya. Sebab alasan Kevin ada benarnya juga. Kasihan anak orang dipinjam lama.

Dan disinilah Kevin dan Lisa berada. Keduanya saling berdiam. Kevin yang fokus menyetir, dan Lisa yang sibuk meremas kedua tangannya. Menimbang-nimbang keinginannya untuk bertanya sesuatu pada Kevin.

Kevin sebenarnya sadar jika sesekali Lisa mencuri pandangan kearahnya. Tapi, ia tidak berani harus bereaksi seperti apa. Seketika dia merasa canggung oleh gadis disampingnya ini.

Lisa sedikit berdehem untuk mendapatkan sedikit perhatian. Tapi, hal itu sirna. Kevin tidak menggubrisnya.

"Mm.. A–"

"Gue udah bilang orangtua lo, kalo lo agak pulang siangan," sela Kevin tiba-tiba.

Lisa tertunduk lalu mengangguk lemah.

"A.. Vin–"

"Oh ya, mereka juga bilang ga apa-apa,"

"B-Buk–"

"Nanti aja ngomongnya, gu–"

Lisa menggerutu kesal. Karena sedari tadi Kevin selalu menyelaknya ketika dia ingin bicara. Dan tanpa peduli Lisa langsung meninggikan suaranya.

"Turunin gue disini!"

Napas Lisa memburu cepat, begitu juga dengan dadanya. Emosinya kini sukses berada dipuncak.

Lalu tanpa permisi Kevin langsung mengerem sehingga tubuh keduanya limbung kedepan, tapi untungnya mereka menggunakan seatbelt sehingga masih tertahan.

"Jangan macem-macem deh, Sa,"

Kevin menatap Lisa dengan tatapan tidak mengerti apa yang membuat gadisnya ini berubah seketika.

"Oh.. Jadi gue benerkan gue repot–"

"Lisa.." Kevin menatap Lisa lirih.

"Kalo gitu gue turun aja,"

Lisa melepas seatbelt-nya, lalu membuka pintu mobil sebelum tangan Kevin mencegahnya.

"Lo kenapa?" tanyanya melembut.

Sedangkan Lisa sedikit melengos mendengar suara yang lembut dan lemah itu. Hatinya semakin sakit ditambah sebelumnya.

"Lo jahat Vin!"

"Lo ga serius sama gue! Lo cuma main -main aja sama gue. Bahkan, lo marah waktu Mama lo ngebahas hal kayak tadi!" bentak Lisa yang kini sudah melimpahkan air matanya.

Kevin kini mengerti apa yang membuat Lisa sedari tadi berebda. Bahkan sekarang ia membenarkan ucapan Mamanya yang mana cewek itu membutuhkan penjelasan. Entah penjelasan dalam masalah ataupun penjelasan dalam hubungan.

Diambilnya kedua tangan Lisa lalu dibawanya kedepan bibir Kevin. Kevin mencium tangannya lembut dan penuh perasaan.

"Lisa.."

Kevin kini melepaskan kedua tangan Lisa dan beralih memegang kedua pipi Lisa.

"Denger!"

Lisa membalas tatapan dalam milik Kevin.

"Gue ga pernah namanya main-main sama suatu hubungan, apalagi hubungan kita ini. Gue serius sama lo, gue serius sayang sama lo,"

"Kedua, gue bukan marah. Tapi sedikit kesel. Pembicaraan Mama itu terlalu dini untuk dibicarakan,"

"Jujur kalo ditanya mau apa enggak gue nikah. Gue mau. Mau banget malah kalo sama lo,"

"Tapi bagi gue.."

"Kita ini masih terlalu muda. Okelah, bisa aja. Tapi, gue ini belum hebat. Bahkan keperluan gue aja masih ditanggung orang tua gue,"

"Emangnya lo mau jadi istri gue tapi kelaparan, ga bisa beli DVD Disney, beli baju, dan ga bisa jalan-jalan?"

Lisa menggeleng pelan. Kepalanya tertunduk kebawah.

"T-tapi k-kan maksud Mama lo bukan untuk sekarang ju-juga," gugup Lisa.

Kevin menarik kedua pipi Lisa lebih dekat ke arahnya.

"Ya gue ngerti, tapi gue ga suka aja Mama ngomongin hal seserius itu sekarang. Gue ga mau lo ngerasa canggung, karena gue tahu lo pasti belum siap buat denger bahkan mikirin itu semua,"

"Gue pengen lo menikmati dulu masa muda lo, hang out, nyalon, canda tawa, dan lainnya. Dan setelahnya, gue pengen lo ngehabisin waktu lo buat gue, juga anak-anak kita,"

Lisa seketika mencelos. Ternyata baru ia pahami, Kevin benar-benar memiliki alasan kuat dibaliknya.

Diturunkannya kedua tangan Kevin, lalu Lisa langsung memeluk leher Kevin erat. Menyeruakkan kepalanya di dada Kevin.

Kevin dengan senyum lega kini membalas pelukan Lisa.

"Trus tadi maksudnya apa tuh?" tanya Lisa sedikit teredam.

Kevin mengkerutkan dahinya. "Yang mana?"

"Yang lo diemin gue,"

"Oh.. Gapapa, iseng aja," jawab Kevin santai.

Lisa menarik kepalanya dari dada Kevin. "Rese deh!"

Kevin kini menampilkan senyum liciknya. Lisa yang melihatnya bergidik ngeri.

"Kalo yang tadi maksudnya apa?"

"Hah? Yang mana?"

"Yang lo iyain pas Mama bilang, 'Lisa ga masalah punya anak diusia muda',"

Lisa melebarkan kedua matanya. Kapan ia ngomong seperti itu?

Ah! jangan-jangan...

"Ihhh Kevin!!! Itu kan gue lagi ngelamunnnn!!!"

Lisa yang sedang memukul pelan dada Kevin langsung ditarik tangannya dan badannya dibawa kembali kepelukan Kevin.

"Serius deh!" ucap Lisa memastikan. Sedangkan Kevin hanya terkekeh.

"Masih ada satu lagi,"

"Apa?" tanya Lisa tak mengerti.

"Yang ketiga..." Bisik Kevin tepat disamping telinga Lisa.

"Kevin mencintai Lisa selalu,"

Tubuh Lisa menegang seketika lalu kembali biasa. Jantungnya berdebar tidak karuan. Bahkan, kini jika Kevin tahu sembrutan merah menghiasi pipinya.

"Kevin..."

"Hm?"

Kini Kevin tengah menutup kedua matanya. Seolah sedang meresapi energi yang mengalir dari Lisa.

"Lisa juga mencintai Kevin,"

Kevin tersenyum begitu lebar. Lalu memeluk Lisa lebih erat.

Dari sini Lisa dapat belajar setelah melalui beberapa masalah, bahwa dalam hubungan dibutuhkan kepercayaan, keterbukaan, serta saling memahami.

Lisa bersyukur ia mendapatkan cowok sebaik Kevin, walaupun dirinya tidak sempurna tapi setidaknya ada Kevin yang berada disamping untuk menyeimbanginya. Begitupun sebaliknya.

Kevin juga bersyukur, bahwa apa yang  hilang kini kembali pada genggamannya.

Overall, Lisa akan mulai belajar untuk juga ikut disamping Kevin. Ia tidak mau hanya Kevin-lah yang menyeimbanginya tetapi ia juga ikut andil.

Karena, sebuah hubungan yang sempurna bukan dari kesamaannya. Tapi, bagaimana mereka bisa bersatu dengan sifat yang saling melengkapi.



Apa yang engkau genggam boleh saja lepas. Tapi, jika ia kembali lagi pada genggamanmu, jangan kau lepaskan dia di kesempatan ini!

3 Mei 2017

Continue Reading

You'll Also Like

914K 13.4K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.9K 231 51
Vienna baru saja kehilangan ayahnya. Ia harus berhadapan dengan kenyataan saat mengetahui kalau kakaknya menghilang secara tiba-tiba. Ibunya jatuh sa...
16.8K 1.8K 49
Hanyalah postingan Instagram Lee Jieun/IU dan orang di sekitarnya. Maybe love.