Daddy(?) [ON HOLD]

By jianulis

24.1K 1.5K 353

Semua berawal dari sebuah kejadian yang menyebabkan Kinara Aditya menjadi putri Ivano Aditya--orang dari masa... More

Prolog
1 - Dia Papaku
2 - Kaget
3 - Hah?
4 - Nafla
5 - Ulang Tahun
6 - Maaf
7 - Luka (1)
8 - Luka(2)
10 - King and Queen
11A - Mamanya Kinara
11B - Mamanya Kinara

9 - Sesak

984 77 4
By jianulis

Happy Reading ^^

___________

Kinar menghempaskan tubuhnya di sofa putih ruang tengah rumahnya. Setelah kejadian ia tak sadarkan diri yang ia tak tahu sebabnya apa tadi, teman-temannya tak jadi nonton dan malah sibuk mengantarnya pulang. Bahkan beberapa diantara mereka menawarkan Kinar untuk check-up di rumah sakit milik keluarga mereka. Ya, teman-teman Kinar memang hampir seluruhnya anak orang-orang berada.

Kinar memijat pelipisnya pelan. Ia merasa tidak enak dengan teman-temannya. Karena dirinya, mereka tidak jadi nonton dan hangout seperti apa yang mereka rencanakan sebelumnya.

Kinar memikirkan rencana, kira-kira kapan ia akan mengajak teman-temannya nonton lagi sebagai ganti dari hari ini.

"Kinara, minum."

Suara Nafla disertai dengan suara gelas kaca yang bersentuhan dengan meja membuyarkan semua lamunan Kinar tentang rencana yang tengah ia susun.

Kinar tersenyum tipis, lalu mengambil gelas itu. "Makasih, Kak." Ujarnya. Kemudian ia meminum teh hangat yang dibuatkan Nafla untuknya.

Kinar menaruh gelasnya di meja, lalu menatap Nafla yang menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan.

Kinar mengerutkan kening, "Kenapa sih, Kak?" Tanya Kinar heran.

Nafla menggelengkan kepalanya, "Gak papa." Jawabnya singkat. Kemudian gadis itu mengalihkan pandangan ke lukisan karya pelukis Raden Saleh yang tergantung di dinding rumah Kinar, dan langsung terlarut dengan fikirannya sendiri.

__________

Devo memasuki rumahnya dengan santai. Matanya menyipit ketika ia melihat Ayah, Ibu, dan Devan sedang makan bersama di ruang makan. Ada rasa hangat yang menjalari hatinya. Ia ingin tersenyum, namun ia tahan. Dengan wajah datarnya, ia berjalan melewati ruang makan.

"Vo, gak ikut makan malem?" Suara Ibunya sukses membuat langkahnya terhenti. Ia membalikkan badan dan berjalan pelan menuju meja makan. Ia menarik kursi di sebelah kursi Devan.

Tanpa bersuara, ia mengambil piring dan menyendok nasi, kemudian mengambil lauk dan mulai makan dengan pelan. Sesekali ia melirik Devan, Ibu, dan Ayahnya yang sedang mengobrol seperti layaknya keluarga normal di luar sana.

Devo menelungkupkan garpu dan sendoknya di atas piringnya. Ia mengusap mulutnya dengan sapu tangan, lalu menatap Ibu dan Ayahnya bergantian.

"Sebenarnya ada apa?" Tanya Devo langsung, tanpa ba-bi-bu. Jelas ia merasa aneh. Kemarin Ibu dan Ayahnya bertengkar, dan hari ini mereka dengan santainya makan malam bersama seperti tak pernah terjadi apapun?

Nadia, Ibunya menghela nafas pelan, lalu tersenyum, "Kamu memang selalu tau ya, Vo kalau ada yang nggak beres..," ujarnya.

Devo hanya menampilkan ekspresi acuh tak acuh khasnya, sambil mengedikkan bahunya.

Theo, Ayahnya angkat bicara, "Sebenarnya ada yang mau kami bicarakan dengan kamu, Vo. Tadi kami sudah bicara dengan Devan..,"

"To the point aja," Devo memotong dengan tak sabar.

"Ayah dan Ibu sudah memutuskan..," Nadia menggantungkan kalimatnya. Devo menaikkan sebelah alisnya, menunggu kalimat selanjutnya.

"Kami memutuskan akan berpisah," Theo melanjutkan. Devo merasakan jantungnya mencelos. Ia sudah menyangka hari ini akan terjadi, tapi kenapa ia tetap merasa seperti ini?

Nadia mengangguk, "Iya, dan Devan akan melanjutkan sekolahnya di sekolah normal..," ujarnya dengan raut bahagia.

"Lalu apa yang bikin kalian seneng?"

Devo menatap tajam tiga orang yang tersenyum senang di meja makan. Senyum mulai memudar dari bibir mereka setelah melihat tatapan Devo.

"Apa selama ini, keluarga kecil ini bikin kalian tersiksa? Makanya kalian bisa nampilin ekspresi bahagia pas mau pisah?" Devo berdiri, ia membanting serbetnya dengan kasar di atas piring.

"Devan bersekolah di sekolah normal, oh great saya ikut senang. Tapi kalian?" Devo menatap Ayah dan Ibunya dengan emosi.

"Saya selama ini hanya menahan apa yang saya rasakan. Devan di sekolahkan di sekolah normal, itu keuntungan yang dia dapet dengan perpisahan kalian. Tapi saya? Sebutkan keuntungan yang saya dapet kalo ikut senang dengan keputusan kalian ini," Devo melipat kedua tangannya di depan dada. Ditatapnya Ayahnya yang menatapnya dengan marah dan Ibunya yang menunduk.

Devo tersenyum sinis, "Gak bisa jawab-eh?" Ujarnya ketus, kemudian ia berlalu menaiki tangga.

"Keuntungan untukmu, kamu terbebas dari tekanan batin karena pertengkaran kami," suara Ayahnya menghentikan langkah Devo.

"Itu keuntungan yang dirasakan Devan juga. Sebutkan yang menguntungkan saya pribadi," ketusnya.

Lama, ia diam di tangga. Ia menunggu jawaban orang tuanya. Namun ia sadar, pertanyaan itu tak akan dijawab oleh orang tuanya.

"Gak ada, kan?" Devo terdiam sebentar, lalu melanjutkan, "Ya sudah terserah kalian lah. Saya capek. Kalian gak butuh pendapat saya juga soal ini. Intinya, saya benci kalian," Devo diam lagi. Kemudian melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

"Kalau besok pagi saya tidak ada lagi di rumah ini, atau bahkan saya tidak ada di dunia ini besok, jangan kaget. Saya udah kasih tau kalian," sambungnya, setelah itu terdengar suara pintu yang dibanting.

Ketiga orang yang ada di meja makan saling bertatapan. Devan menunduk, memainkan serbetnya.

'Lo gak tau yang sebenarnya, Kak. Gue juga gak mau mereka pisah,'

Di kamar, Devo bersandar di pintu sambil menggigit bibir bawahnya dengan keras. Air mata yang sedari tadi ia tahan, mengalir begitu saja tanpa permisi. Ia memukulkan tangannya ke dinding di sampingnya, kemudian menjambak rambutnya sendiri dengan keras.

'Kenapa harus begini, Tuhan? Kenapa rasanya kayak gini?'

___________

Kinar mengucek matanya, kemudian melirik jam weker yang ada di nakas samping tempat tidurnya.

Pukul 07.36

Kinar langsung terduduk, "YA ALLAH GUE TELAT!!" ucapnya dengan nada panik.

Kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya, dan mengambil ponselnya yang semalaman ia charge.

Ia melihat jam, jam di ponselnya juga menunjukkan pukul 07.36. Mata Kinar membulat ketika melihat teks kecil di atas jam ponselnya. Tertulis di sana, Sabtu, 22 April 2017.

"Lah anjir ternyata hari Sabtu," Kinar berdecak sebal, lalu kembali duduk di tepi kasurnya. Ia menempelkan jempolnya di layar ponsel, dan otomatis ponsel dengan 3D Touch Lockscreen miliknya itu langsung terbuka dengan sendirinya.

Kinar mengaktifkan data selulernya, dan tak lama setelah itu langsung banyak notifikasi masuk dari berbagai sosial medianya. Kinar memilih membuka aplikasi chat-nya, Line. Matanya membelalak ketika melihat banyak sekali Personal Chat dari teman-temannya, dan semua pesan itu bertanggalkan kemarin, 21 April.

[Line On]

Katya Adinda
Gablal
*gablak
Bales
WOYYY
LO GAPAPA KAN
ANJIR
MAAP GUA GA NGANTER KE RUMAH
KAKAK LO GA NGIJININ GUE MASUK
MAAO
*P
WEY
LO GAMATI KAN?
WOY
GUA KHAWARIT
*TIR

Kinara Aditya
Apesiii
Brisik
Hooh gua gapapa
Typo lu menyakitkan mata

Kinar menunggu balasan dari Katya, dan setelah beberapa menit, gadis itu tak membalas pesannya. Kinar berasumsi Katya masih tidur. Ia mengeluarkan roomchat-nya dengan Katya, kemudian membuka pesan yang lain.

Nilam Hdn
Kinar thayank
Uluulu anak bunda sakit ya?
Gewees ya
Nanti gue ke rumah lo
Eh ga nanti
Besok
Gue bawain sop ikan. Janji
Pet sembuh yak
Betewe
JAN LUPA PEJEH YAK THAYANK

Kinara Aditya
Iya gue gapapa
Makasii bunda udah khawatir
Lyly
Apesi
Menajiskan

Kinar membalas semua pesan dari teman-temannya yang rata-rata mengucapkan kata 'GWS' untuknya. Kemudian matanya tertumbuk ke satu chat yang belum dibalasnya. Sambil tersenyum senang, ia menekan roomchat-nya dengan orang itu.

Adam Felix
Nara
Araaa
Kinaraaaaa
Gapapa kan?
Gue khawatir
Plis
Bales
Gue takut lo kenapa-napa
Gue sayang lo
Besok gua main ya?
Sekalian nyiapin diri buat Prom
Gua ke rumah lo besok
Bawa obat, bawa makanan yang banyak buat lo
Gue sayang lo, Nar.
Langsung bales kalo lo ngeread ya
Love you

Kinara Aditya
Gue gapapa, Adam.
Gausa khawatir oke?
Yauda sinisini main wkwk
Lah?
Prom?
Seriusan?

Adam Felix
Serius gapapa? Gue khawatir banget sama lo
Iya prom, sayang. Kan ntar malem.
Lo lupa?

Kinara Aditya
The fuck? Seriusan?
Gua serius, Adam. Suer gua gapapa
Gue lupa masa
Yauda gue mandi dulu ya

Adam Felix
Iya serius, Kinara.
Gue beliin lo obat
Oke mandi yang bersih ya
Jangan pake air dingin ntar lo tambah sakit
Gue OTW ke rumah lo
Bye, Sayang
Read

[Line Off]

Kinar memegang dadanya yang berdebar-debar keras.

'Astaghfirullah gue kenapa sih,'

Kinar menggelengkan kepalanya pelan, lalu berjalan menuju kamar mandi di kamarnya.

___________

Ivan menatap wanita yang tertidur di sofa apartemennya dengan saksama. Ia telah memberikan obat bius kepada Tania dan temannya. Kemungkinan besar, mereka baru akan terbangun lima atau enam jam lagi.

Tania Yuanita..

Rahang Ivan mengeras ketika ia mendesiskan nama itu. Bagaimana bisa Tania ke luar dari penjara secepat ini? Bukankah kemarin Tania di vonis sepuluh tahun penjara?
Ini baru lima tahun!

Ivan baru saja akan menghubungi Wira, temannya yang merupakan Jenderal di kepolisian, ketika ia melihat jemari Tania bergerak. Disusul dengan mata wanita itu yang mengerjap-ngerjap. Ivan mengerutkan kening bingung, lalu mengambil kotak obat bius yang digunakannya.

Seharusnya Tania tidak sadar secepat ini..

Dan ia langsung merutuki dirinya sendiri ketika melihat tulisan di kotak obat biusnya.

Bertahan selama 45 menit

Ivan melemparkan kotak itu asal, dan langsung menatap Tania tajam. Tania langsung duduk dari posisi tidurnya dan menatap Ivan dengan panik.

"Kenapa saya bisa ada di sini?" Tanya Tania dengan panik.

Ivan tersenyum miring, "Kenapa ya? Hmm mungkin karena saya yang bawa kamu ke sini?" Ucapnya, menambah kepanikan dalam hati Tania.

"NGAPAIN KAMU BAWA SAYA KE SINI?! NGAPAIN, ADIT?!" Tania memekik dengan emosi. Lagi-lagi, Ivan hanya tersenyum miring.

"Brengsek kamu. Minggir, saya mau pulang." Tania berdiri, lalu berjalan melewati Ivan. Secepat kilat, Ivan menarik lengan kiri Tania dan menghimpit wanita itu di antara tubuhnya dan dinding.

"Tidak semudah itu, Tania.." Ivan berbisik, membuat Tania merinding.

"Kamu.." Ivan menunjuk wajah Tania. "Harus tanggung jawab atas apa yang kamu lakuin ke Rea dulu..," ujarnya tajam.

Tania menelan ludahnya, "Apa yang kamu mau? Apa gak cukup saya dihukum lima tahun penjara karena perbuatan saya waktu itu?" Tania bertanya dengan suaranya yang mengecil. Jujur ia agak takut melihat Ivan seperti ini.

Ivan tersenyum sinis, "Lima tahun gak cukup, Tania. Lima tahun gak cukup buat ngembaliin Rea kayak dulu lagi. Saya gak akan pernah puas kalau KAMU BELUM NGERASAIN YANG REA RASAIN!!!" Rahang Ivan mengeras, nafasnya terengah-engah karena menahan emosi. Jujur ia ingin meninju manusia di depannya ini hingga tewas. Namun ia sadar kalau di depannya adalah seorang wanita.

"Kamu.. Bikin Rea kecelakaan waktu itu. Kamu bikin Rea tersiksa. Kamu nyiksa dia, Tania. Kamu..,"

"Papa?"

Suara Kinar membuat Ivan dan Tania refleks menoleh ke arah pintu. Tampak Kinar berdiri di sana dengan tatapan terkejut. Ivan langsung melepaskan Tania dan berjalan menghampiri Kinar.

Kinar menunduk, merasa serbasalah. "Maaf, Pa. Kinar ke sini cuma mau minta ijin, mau jalan-jalan sama Adam..," Kinar menatap lelaki yang baru Ivan sadari berdiri di samping Kinar.

Lalu Kinar melihat ke dalam apartemen dan menatap Tania, kemudian menatap Ivan. "Papa lanjutin aja apa yang mau Papa lakuin ke Tante itu. Kinar gak akan ganggu lagi..," Kinar membalikkan badan dan menarik lengan kiri cowok yang sedari tadi berdiri di sampingnya. "Ayo, Dam."

Ivan terdiam di ambang pintu apartemennya, kemudian dia mengacak rambutnya.

Shit shit shit!!!

___________

Kinar hanya diam menatap lurus ke jalanan. Adam ingin membuka pembicaraan, namun ia dapat merasakan mood pacarnya itu sedang tidak baik. Jadi dia mengurungkan niatnya.

Kinar menatap jalanan yang lengang dengan lesu. Ia tak tahu, ternyata Papanya itu suka bermain wanita. Bayangkan. Dua wanita dalam satu apartemen. Wajar jika semalam Papanya tidak pulang.

Kinar menggelengkan kepalanya, itu hak Papanya mau bergaul dengan wanita manapun. Kan Papanya tidak terikat dengan pernikahan atau apapun itu.

Kinar pun merasa tak mengerti kenapa ia merasa sesak seperti ini.

Tanpa sadar, ia meremas seatbelt-nya.

Sakit.

___________

Ceritanya semakin menganu-_- Btw aku yang ngetik greget sendiri sama Tania. Suerla.
Eh update 2 part ya minggu ini. Gatau kalo ntar sore aku update lagi. Soalnya minggu depan, minggu depan, Dan minggu depannya lagi aku kayak nya gabisa update, mau UN soalnya. Jadi post 2 atau 3 part deh soalnya 3 minggu bakal ga on.

Yauda la

Don't forget to vomment dan krisar yaa. Karena kedua hal itu penyemangatku^^

Thanks for 2k viewers btw

23 April 2017

Continue Reading

You'll Also Like

639K 34.5K 75
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
4.1M 241K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 108K 58
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
805K 70.3K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...