Yasmina

nataliafuradantin द्वारा

167K 11K 2.2K

Kukuh Arkatama, lajang berkualitas tinggi, pewaris tunggal sebuah grup bisnis besar, terpaksa menggunakan kur... अधिक

Disclaimer
Cast
1. Hari-Hari
2. Jet Lag
3a. Rumah Besar (1)
3b. Rumah Besar (2)
4. Siluet
5a. Makan Siang (1)
5b. Makan Siang (2)
6a. Selepas Pertemuan
6b. Selepas Pertemuan (2)
7a. Dokter
7b. Dokter (2)
8. Di Mobil
9a. Mondar-mandir (1)
9b. Mondar-mandir (2)
10. ICU
11. Berat
12. Diiringi
13. Jam
14. Kembali
15. Kejutan
16. Kepulangan
17. Luka Lama
18. Kairo
19. Kursi Roda
20. Ruang Kerja (1)
20. Ruang Kerja (2)
21. Proposal (1)
21. Proposal (2)
22. Rosa (1)
22. Rosa (2)
23. Kata-Kata (1)
23. Kata-Kata (2)
24. Menahan Perasaan (1)
24. Menahan Perasaan (2)
25. Kampus
26. Albatros
28. Beriringan
29. Angin
30. Rasa Enggan
31. Meinar

27. Bahagia

2.1K 215 104
nataliafuradantin द्वारा

"Acap kali, tragedi menyimpan keindahan yang jauh lebih berarti."

🌈🌹❤️🌹🌈

Bahagia itu memang sederhana, tidak membutuhkan banyak modal atau upaya keras seperti membangun pabrik atau mengerjakan proposal disertasi. Cukuplah dengan menerima apa yang terjadi, bahagia akan ditemukan di dalam hati. Begitulah yang dihayati Yasmina ketika tugas tak masuk akal membawanya ke Yogyakarta, untuk akhirnya menemukan sebuah hati yang kepadanya ia mencurahkan segenap kasih sayang.

"Yas, kamu di mana?" panggil Kukuh siang itu melalui telepon, lembut seperti biasa.

"Di rumah," jawab Yasmina. Mereka sering berkomunikasi dengan telepon, bahkan sehari bisa berjam-jam. Namun, Yasmina belum bosan mendengar suara lembut Kukuh.

"Nggak ke kampus?"

"Baru aja datang. Kenapa? Udah kangen, Kuh?" Yasmina terkikik renyah.

"Kangen banget! Tolong bukain pintu."

"Ih? Pintu apa? Pintu hatiku, Kuh?" tanyanya sambil meringis.

Kukuh tergelak. "Pintu rumah. Aku di depan rumahmu."

Bagai tersengat listrik, Yasmina memekik, "Kamu ... kamu di Kairo?"

"Memangnya di mana lagi? Rumahmu bukannya masih di Kairo?"

"Astagaaaa!"

Yasmina melesat ke depan dan terbelalak mendapati sosok lelaki yang duduk di kursi roda itu. Ia ditemani David, Rosa, dan asistennya, Beno. Rupanya Beno turut diajak untuk berjaga bila Kukuh membutuhkan bantuan. Perjalanan panjang dengan pesawat terbang tidak mudah bagi pengguna kursi roda.

Ah, ya! Bahagia itu juga berupa menemukan yang kaucinta tiba-tiba hadir di depan pintu rumah setelah bersusah payah menempuh perjalanan lima belas jam. Cepat-cepat dipeluknya lelaki itu dengan rindu yang membuncah.

Kukuh membalas dengan sama rindunya. Dielusnya lembut punggung Yasmina. "Yaaaas?" bisiknya.

"Hmmm?"

"Ada yang kelupaan enggak aku bawa."

"Apa?"

"Masa lalu," sahut Kukuh sembari tersenyum lebar.

Yasmina kontan terbayang masa-masa ketika berjuang untuk bertemu Kukuh. Betapa berat beban mereka saat itu. Sungguh ajaib, orang itu saat ini berada dalam pelukan. Kukuh benar, masa lalu biarlah tetap di belakang. Masa depanlah yang harus mereka songsong dengan segenap pengharapan.

"Sama. Aku udah lupa dengan masa lalu."

Keduanya melekat, sejenak menyesap aroma masing-masing. Biarlah tiga orang yang lain tahu diri, membuang muka ke arah lain agar tak perlu iri. Kukuh mengecup bibir Yasmina ringan sebelum melepas pelukan.

"Mana barang-barangmu?" tanya Yasmina.

"Aku dan David menginap di hotel."

"Kenapa nggak di sini aja?"

"Belum pantas, ah."

"Tapi aku ngantuk sekali, Bang. Boleh pinjam kamar buat tidur? Nanti malam baru kembali ke hotel," usul David.

"Nah, gitu, dong!" ujar Rosa. "Kita makan dulu, yuk?"

Rumah Yasmina dibangun sangat artistik dengan banyak perbedaan tinggi lantai. Bagi orang kebanyakan, perbedaan tinggi lantai itu menciptakan nilai seni. Bagi Kukuh, semua itu menjadi hambatan. Kursi rodanya beberapa kali terhalang tangga. David dan Beno akhirnya bergantian menggendong Kukuh untuk mencapai ruang keluarga. Perjalanan penuh perjuangan itu berakhir di sofa besar yang empuk.

Sebagai pengguna kursi roda, dari sekian banyak hal yang membuat tak nyaman saat berada bersama orang-orang, digendong adalah yang terparah. Orang akan segera melihat pantat yang tipis dan kaki yang kecil layu. Terlihat sekali ketidakberdayaannya.

Yasmina memandangnya dengan rasa bersalah. "Maafkan, rumahku nggak ramah buatmu," bisiknya saat mereka duduk berdampingan hanya berdua. Rosa, David, dan Beno sudah naik ke lantai dua untuk melihat kamar mereka.

"Nggak pa-pa. Itu risiko menjadi lumpuh," sahut Kukuh santai. Setelah kembali ke kampus, tak jarang ia minta digendong mahasiswa untuk mengakses area yang sulit. Mula-mula terasa menyiksa. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, digendong di depan umum tidak seburuk yang diduga.

Mereka bertatapan sejenak. Kukuh dapat melihat perubahan wajah Yasmina dari putih hingga merona merah muda.

"Kenapa? Aku terlihat aneh waktu digendong?" tanyanya dengan senyum lebar. Matanya tak lepas dari mata indah Yasmina.

Yasmina mendekatkan mulut ke telinga Kukuh. "Justru karena itu kamu terlihat seksi," bisiknya. Sejurus kemudian ia menghindar dari tatapan Kukuh karena malu bukan kepalang.

"Ha? Apa itu tadi?" Senyum Kukuh terkembang, begitu juga hatinya.

Mata Yasmina berputar ke atas dan wajahnya semakin merah. "Kamu unik karena kaki dan kursi roda ini," gumamnya hampir tak terdengar.

Kukuh tercenung. Ia baru menyadarinya. Ada orang menyukai pasangan berkulit gelap. Ada yang menyukai rambut ikal dan keriting. Ada yang bergairah karena wajah oriental. Mengapa tidak terpikir ada yang menyukai sosok berkursi roda dengan kaki kecil nan layu?

"Kamu gadis langka dan aku beruntung menemukanmu," bisik Kukuh.

Yasmina menggeleng. "Kamu salah! Akulah yang menemukanmu dan langsung ditolak mentah-mentah," rajuknya.

Wajah Kukuh memerah saat teringat betapa konyol kelakuannya dulu. "Waktu itu aku kan belum sewaras sekarang, Yas."

Yasmina terkekeh. "Mau lihat-lihat taman belakang?"

"Boleh. Ada apa di sana?"

"Dewi cinta Mesir," sahut Yasmina asal menyebut.

"Oh, menarik! Yuk!" Kukuh menjawab dengan semangat delapan enam. Ia meraih kursi rodanya mendekat, hendak memindahkan tubuhnya dari sofa ke alat bantu gerak itu.

"Perlu bantuan, Kuh?" tanya Yasmina.

Kukuh menoleh dan menemukan wajah ayu itu semakin menggemaskan saja. "Aku bisa pindah sendiri, tapi boleh kan sesekali aku manja padamu?"

"Boleeeh!" Yasmina bangkit, lalu membungkuk di depan Kukuh. Diraihnya ikat pinggang kekasihnya. Sementara itu, Kukuh melingkarkan lengan di leher Yasmina.

"Siap?" tanya Yasmina.

"Siap," bisik Kukuh. Kedekatan ini mengingatkannya pada dekapan Yasmina saat ia terpuruk di pekuburan dan ketika terserang demam berdarah. Darahnya berdesir cepat.

"Satu, dua, tiga!" Yasmina memberi aba-aba. Dengan sekali angkat, Kukuh berhasil dipindahkan dari sofa ke kursi roda.

Yasmina mengira, Kukuh akan segera melepaskan rengkuhan untuk memperbaiki posisi duduknya di kursi roda. Ternyata, Kukuh tetap lelaki normal yang darahnya bergolak saat menyesap aroma harum dan kehangatan tubuh kekasihnya. Yasmina tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja, ia sudah mendarat di pangkuan Kukuh.

"Ah, Kuh?" gagap Yasmina. Ia memang pernah memeluk Kukuh, namun saat itu kondisinya tengah lemah. Sedangkan Kukuh yang ia hadapi saat ini adalah seorang lelaki muda yang sehat dan penuh gairah hidup, lengkap dengan segala pesonanya. Ia langsung hanyut.

"Boleh?" bisik Kukuh untuk meminta izin.

Yasmina hanya berkedip saat embusan napas Kukuh menerpa wajahnya. Ia tidak perlu menjawab dengan kata-kata karena bibirnya bergerak sendiri, menjangkau bibir Kukuh. Rasa rindu lintas benualah yang kemudian menyatukan keduanya dalam kehangatan pelukan dan ciuman.

☆☆☆

Mereka duduk menghadap meja makan yang disiapkan oleh asisten rumah tangga. Berkali-kali Yasmina menatap takjub lelaki yang duduk di sampingnya. Ia hanya tak menyangka akan menemukan seseorang yang membuat hatinya melambung setelah dicampakkan Derry dan Johan.

Kukuh tiba-tiba menoleh. "Ada apa?"

Yasmina menggeleng sambil mulutnya cengar-cengir.

Tangan kiri Kukuh meraih tangan Yasmina, lalu menariknya ke atas pangkuan. Ia sendiri melanjutkan makan dengan tangan satu lagi.

Yasmina mengamati Kukuh dari samping. Kulitnya sudah merah dan berisi. Rambutnya dicukur rapi. "Kamu sudah gemukan."

"Ehm!" Rosa menatap geli pada mereka berdua. "Dia makan banyak sejak kenal kamu, Yas."

"Bener! Tuh, lihat. Lahap banget, kan?" timpal David. "Enak, Bang?"

Kukuh mengangguk. Mulutnya penuh dengan kuskus dan daging kambing.

"Yas, kamu harus siap-siap. Bang Kukuh ini kalau makan manja."

"Maksudmu?" tanya Yasmina.

"Tanya aja sama Bu Yeni. Dia nggak akan makan kalau nggak ditemani."

Tidak percaya dengan Davis, mata Yasmina kontan membulat. "Masa?"

"Ya, kayak sekarang ini. Makan aja minta digandeng, kan?" Dagu David bergerak menunjuk posisi tangan Kukuh dan Yasmina yang saling bertaut di bawah meja.

Wajah Yasmina memerah karena malu. Ia menarik tangannya, tapi Kukuh dengan sigap mempererat genggaman agar tidak terlepas.

"Aku nggak minta digandeng Bu Yeni," protes Kukuh.

Yasmina mengamati Kukuh dari samping. Wajah itu begitu dekat dan membuatnya gemas. Tiba-tiba, ia ingat bahwa ia bukan satu-satunya perempuan yang pernah berada di sisi Kukuh.

"Dulu kamu juga minta digandeng Restu kayak gini?" tanya Yasmina.

"Lupa," jawab Kukuh santai tanpa menoleh.

Langsung saja mulut Yasmina manyun. Kukuh terbahak. Yasmina baru sadar ternyata Kukuh menggodanya.

"Kamu nggak makan?" tanya Kukuh setelah beberapa saat.

"Aku nggak kidal. Tanganmu dilepas dulu, dong?"

"Oh!" Kukuh memindahkan tangannya ke pinggang Yasmina.

David melengos. "Rosa, kamu kidal, kan? Sini, makan sambil kupegang tanganmu!" serunya. Pipinya langsung dipukul oleh sang pacar.

"Apaan, sih?" protes Rosa. Davis membalasnya dengan cengir lebar.

"Loh, kok nggak makan juga?" tanya Kukuh setelah menyadari Yasmina masih berdiam diri memandangi dirinya.

"Lihat kamu makan aku kenyang," jawab Yasmina asal.

"Rosa, lihat kamu makan aku makin lapar!" seru David lagi.

"Ya, nambah!" protes Rosa dengan mendelik.

"Enggak, udah kenyang!" balas David.

"Loh, gimana sih?" tukas Rosa yang semakin gemas karena sikap kekanakan David.

Kukuh tidak memedulikan sejoli di hadapannya. Ia tengah menikmati kedekatan dengan Yasmina. Bisa merengkuhnya seperti ini, rasanya sungguh ajaib. "Beneran, nggak mau makan, Yas?"

"Nanti. Aku belum lapar." Yasmina berbohong. Sebenarnya ia tidak sanggup menelan apa pun karena jantungnya berpacu terlalu kencang. Ia panas dingin akibat pelukan Kukuh.

Kukuh mengangguk. "Aku senang kamu temani makan," tuturnya lembut.

Belum sempat Yasmina menjawab, David sudah bereaksi.

"Rosa!" serunya. "Aku senang makan kamu!"

Pundak David langsung menjadi sasaran tabokan bertubi dari Rosa. Lelaki berpostur tinggi besar itu terbahak-bahak sampai mukanya merah padam.


////////////////

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

109K 2.1K 7
Cita - cita seorang Dewanda Tifasya sejak dulu adalah menjadi orang kaya. Jika tidak dapat menjadi orang kaya secara mandiri karena kerja kerasnya, m...
347K 20K 30
Tidak ada yang istimewa di balik tanda satu centang abu. Diblokir, diacuhkan, pesan tak sampai, bertepuk sebelah tangan. Itu semua yang Eryana rasak...
9K 528 35
Cerita tentang kehidupan pernikahan Beby dan Sean yang tidak mudah.
72.1K 2.1K 51
Selama delapan tahun Juan di belenggu rasa bersalah. Karena kebodohannya dia kehilangan seseorang yang berharga dalam hidupnya. Di saat semesta berb...