Ksatria Bintang

By YutakaYuji17

5.8K 1.1K 243

Dunia mimpi dikuasai kegelapan. Para peri tidak dapat mengendalikan roda pemutar mimpi. Manusia di kehidupan... More

Prolog
Prolog
Chapter 1: Dunia Nyata
Chapter 2: Negeri Mimpi
Chapter 3: Petualangan Dimulai!
Chapter 4: Negeri Bunga
Chapter 5: Menikahlah Denganku!
Chapter 7: Kau Begitu Menggemaskan
Chapter 8: Terbukanya Corundum
Chapter 9: Kebangkitan Ksatria Bintang
Chapter 10: Munculnya Ksatria Kegelapan
Chapter 11: Penculikan Viral
Chapter 12: Perang Dimulai
Chapter 13: Istana Kegelapan
Chapter 14: Semak Kristal
Sugih's Talk
Sayembara Berhadiah
Chapter 1: Traktiran

Chapter 6: Cepat Selamatkan!

208 54 18
By YutakaYuji17

Putri Gardenia berseru lantang, "semuanya naik ke atas tunggangan!" Entah sejak kapan ia membangunkan Thor dan mengambil alih kemudi tanpa sepengetahuan Badudu, pemiliknya. Badudu melompat naik ke atas boncengan sang putri.

Riki segera menghampiri Zid, dan menungganginya. Didudukkannya Callista di depannya agar tidak terjatuh. Zid dan Thor segera lepas landas mengudara. Dari atas langit para prajurit kegelapan itu terlihat sangat jelas. Mata-mata mereka menyala terang bagai mata serigala dalam kegelapan. Mereka bersiap melemparkan pisau-pisau bermata dua laksana melempar cakram logam yang amat berbahaya. Prajurit-prajurit itu berseliweran melayangkan cakram andalan masing-masing. Sayang, Riki dan rombongannya telah terbang tinggi. Mereka tak mampu menjangkau apa lagi mengejarnya.

"Riki, aku paham maksud ayahmu!" teriak Putri Gardenia mendekatkan Thor dengan Zid.

Riki menoleh kepadanya meminta penjelasan lebih lanjut. Putri Gardenia menyuruhnya untuk menancapkan batu emerald yang dimilikinya ke ujung tanduk Zid. Tanpa berpikir panjang, Riki segera mencobanya. Dicabutnya salah satu batu emerald yang ada pada punggung tangannya, kemudian ditempelkan pada ujung tanduk Zid yang hanya satu.

"Sekarang perintahkan Zid untuk membuka kubah itu!" lanjut Putri Gardenia.

Riki menggebah Zid untuk melakukannya. Zid mendekati kubah kaca Corundum yang memancarkan cahaya kekuning-kuningan. Keajaiban terjadi! Kubah itu tidak terbelah sama sekali. Sebuah pusaran di atas kubah muncul begitu saja setelah Zid melakukan apa yang diperintahkan Riki kepadanya. Pusaran itu menghisap Riki dan yang lainnya. Semua terperosok ke dalam pusaran yang berputar maha dahsyat itu.

Riki dan yang lainnya terjatuh ke tanah. Mereka tak sadarkan diri. Mungkin puncak kubah itu terlalu tinggi bagi mereka. Ditambah lagi pusaran yang menghisap tubuh mereka terlalu kencang membawa mereka berputar sehingga membuat mereka kehilangan kesadaran. Pandangan Riki berubah menjadi gelap. Begitu juga dengan yang lain. Riki kembali tertidur dan terbangun di dunia nyata.

==00==00==00•00==00==00==

Atlanta dan Rhean mengibaskan tangan di hadapan wajah Riki. Berkali-kali mereka mengguncang bahu Riki, tapi remaja itu tak kunjung sadar. "Habis kesambet apa sih dia?" seloroh Atlanta penasaran.

Rhean mengangkat bahu. "Jangan-jangan dia kesambet kuntilanak yang kemarin pagi ngajakin dia pulang ke kuburan!" tubuhnya bergidik ketakutan.

"Ngaco lo, ah! Omongan lo mulai ngelantur ya!" ditoyornya kepala Rhean oleh Atlanta senewen. "Mana ada kuntilanak yang muncul pagi-pagi di sekolah!"

"Lo nggak tahu sih. Kemarin waktu kami nganterin si Callista ke UKS, katanya Riki ngedenger suara seorang cewek yang mau ngajakin dia pulang. Padahal di ruang UKS cuma ada kami bertiga. Lo sama teman-teman yang lain udah balik ke kelas. Menurut lo suara siapa coba?" kilas Rhean menceritakan kejadian tempo hari lalu.

"Alah, palingan itu suara cewek yang kebetulan lewat aja!" Atlanta menyangsikan perkataan sahabatnya.

"Gue udah cek ke luar jendela. Gak ada siapa-siapa di luar. Lagian suara itu cuma Riki yang dengar. Sumpah gue aja merinding ngedenger ceritanya. Buru-buru gue seret dia ke kelas sebelum ada kejadian lain yang bisa lebih gawat lagi!" runut Rhean dengan mimik serius.

"Ah, udahlah! Gue nggak mau denger cerita yang aneh-aneh. Zaman sekarang tuh udah canggih. Palingan itu halusinasi si Riki doang!" Atlanta menutup kedua telinganya.

"Woy, Rik. Denger gak tuh apa yang dibilang sama si Atlanta barusan?" teriak Rhean persis di depan telinga Riki. Sontak remaja itu terkesiap dari lamunannya.

"Eh, di mana ini? Kok gue ada di sini?" Riki menebarkan pandangannya ke sekeliling. Ia masih berada di lapangan.

Bu Florina menjentikkan jarinya di kejauhan. Riki paham sekarang. Beliau sengaja membuat Riki melamun agar Riki dapat kembali ke dunia mimpi sesegera mungkin. Sepertinya beliau mengetahui kalau Riki selalu ingin berada di sana menikmati petualangannya bersama Callista, peri cantik yang telah menawan hatinya. Bu Florina mengedipkan sebelah matanya kepada Riki. Atlanta menyangka kedipan itu ditujukan padanya.

"Bu Florina baik banget ya, Riki ngelamun selama jam olah raga aja nggak dikasih hukuman. Coba kalo jam pelajarannya Pak Boby, pasti udah disuruh berdiri di luar kelas," Atlanta terlena melihat kedipan Bu Florina.

Riki tersenyum sekilas, merapatkan kedua tangannya di belakang kepala. "Mungkin karena beliau tetangga baru depan rumah gue," celetuknya pelan.

"Apa? Jadi Bu Florina tetangga baru lo?" Atlanta berdiri menghadap Riki memegangi kedua bahunya.

"Lebay!" cibir Rhean mengomentari sikap Atlanta. Disodorkannya sebotol minuman pada Riki. "Nih, lo pasti haus habis ngelamun panas-panas di tengah lapangan! Mending kita makan di kantin, yuk! Istirahat pertama tadi kita kan nggak jajan," ajak Rhean menarik tangannya.

PLIP! PLIP! Ponsel Rhean berkedip menghentikan langkahnya.

DUM DUM PLOP! Ponsel Atlanta turut bergetar menyita perhatiannya.

"Eh, video apa ini?" Rhean memelototi layar ponselnya. Demikian pula halnya dengan Atlanta. Salah seorang teman mereka telah mentag nama mereka di sebuah media sosial. Sebuah video streaming berdurasi satu menit empat belas detik menampilkan seorang gadis tengah berada di atas atap kantin sekolah di lantai dua. Gadis itu berusaha menyelamatkan seekor anak kucing yang ketakutan untuk turun. "Rik, lihat deh ini!" Rhean menunjukkan ponselnya pada Riki.

"Lho, ini kan Si Putih!"

"Perhatiin dengan jelas, siapa cewek yang ada di video itu!" tunjuk Rhean.

Bola mata Riki nyaris melompat keluar demi melihat kejadian dalam video itu. "Callista?" pekiknya pelan. "Ini kejadian waktu kapan?"

"Kayaknya lagi berlangsung sekarang, deh. Coba lihat jam di video itu!" timpal Rhean mengamati video lebih lanjut.

"Nekad banget dia. Ayo Rhe, kita ke sana! Itu di atap kantin lantai dua, kan?" secepat kilat Riki berlari menuju tempat kejadian peristiwa.

"Woy, tungguin gue!" Atlanta segera memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana. Dikejarnya kedua sahabatnya yang berlari jauh di depan.

Suasana kantin di lantai dua sangat ramai, sejumlah anak berjubel di koridor seberang gedung yang membentuk letter O. Mereka datang bukan hanya untuk menyaksikan kejadian itu. Melainkan juga untuk mengabadikannya ke dalam sebuah foto dan video. Hanya segelintir di antara mereka yang berteriak panik memanggil-manggil Callista untuk segera turun. Beberapa orang penjaga sekolah tampak sibuk mencarikannya tangga. Semua orang heran, bagaimana cara gadis itu naik ke atas atap sementara di sekitar mereka tidak ada tangga untuk menuju ke sana.

"Hati-hati Callista!" teriak sebagian orang.

"Cepat turun!" perintah yang lainnya.

"Hebat, lo cewek jagoan!" komentar beberapa anak laki-laki.

Riki berpikir keras mencoba mencari cara untuk membantu Callista turun dari sana. Seandainya saja ia dapat berubah wujud menjadi ksatria bintang seperti di dunia mimpi, pasti ia tidak akan kepayahan menangani masalah ini. Hanya ada pilar-pilar beton yang menghubungkan tembok pembatas dengan atap plafon. Terdapat pula talang-talang air yang terpasang merapat pada beberapa pilar tersebut. Tanpa pikir panjang, ia segera memanjat ke atas dinding pembatas dan merayap naik melalui salah satu pilar yang ada di dekatnya. Para siswi yang melihatnya merasa was-was dan memberi peringatan untuk berhati-hati. Atlanta berusaha mencegah tindakan yang dilakukannya. Tetapi Rhean menahan Atlanta agar tidak menghalangi perbuatan yang sedang dilakukan Riki.

"Lo gila ya ngebiarin sahabat kita nyelametin cewek bule itu?" sentak Atlanta kesal.

"Biarin! Gue yakin Riki pasti bisa ngelakuinnya!" jawab Rhean tak kalah kerasnya dengan suara yang dikeluarkan Atlanta.

Tak sampai lima menit Riki telah mendekati gadis itu. Callista terkejut melihat kemunculan Riki yang sudah ada di sampingnya. Hampir saja gadis itu tergelincir sebelum Riki menggapai tangannya. Si Putih tiba-tiba melompat melepaskan diri dari dekapan Callista. Kucing itu berlari menuju pangkuan Riki, meminta Riki untuk membelainya. Dijilatinya tangan Riki hingga remaja itu merasa kegelian.

Callista mendelik tajam ke arah Riki. "Elo lagi, elo lagi! Baru tadi pagi gue bilang sama lo semoga kita gak ketemu lagi, eh sekarang malah ada di sini. Lo sengaja ngikutin gue ya?" selidiknya ketus.

Riki mengabaikan ucapannya. "Sekarang bukan saatnya buat marah. Lo lihat di sekeliling kita? Mereka khawatir lo jatuh dari sini!"

Gadis itu memalingkan muka seolah tidak peduli dengan perkataan Riki. "Apa urusannya? Masak bodoh mereka mau gimana. Toh gue gak pernah ngeganggu mereka!" ucapnya sengit.

"Tapi ini berbahaya! Lo bisa jatuh kalo seumpama lo gak waspada!" sergah Riki. Dielusnya bulu-bulu Si Putih yang lembut. "Ayo, lo ikutin gue! Sebentar lagi penjaga sekolah datang ke sini ngebawain tangga buat kita!"

"Gue bisa sendiri!" ditepisnya uluran tangan Riki.

Beberapa orang guru datang dan berteriak kepada mereka. Miss Jeniffer sangat histeris begitu ia mengetahui tidak hanya Callista yang berada di atas atap. Tapi juga Riki. "Ya ampun, kalian jangan pacaran di situ! Pulang sekolah nanti kan masih banyak waktu!" teriak sang guru nyentrik itu.

Sontak semua anak di sekeliling mereka menyerukan koor, "Huuu..." menyoraki dua anak berlainan jenis kelamin itu.

Akhirnya penjaga sekolah datang membawakan tangga. Didirikannya tangga itu merapat dengan bibir genting. Penjaga sekolah menahannya dari bawah. Riki mempersilakan Callista untuk turun lebih dulu. Celaka! Rok gadis itu tersangkut salah satu tumpukan genting. Entah bagaimana hal itu dapat terjadi. Gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh terperosok.

GREPH!

Riki berhasil meraih tangannya. Callista berusaha merayap untuk naik kembali ke atas. Kedua kakinya telah keluar dari bibir genting. Hanya separuh badan yang masih bertumpu di atap. Buru-buru penjaga sekolah memindahkan tangga ke arahnya.

"Lo gak usah nahan tangan gue! Gue bisa turun sendiri!" kedua pasang mata remaja-remaja itu saling bertumbukan. "Gimana lo bisa turun? Ketinggian atap ini mencapai sepuluh meter. Lo bisa mati kalo sampai jatuh ke bawah!" kilah Riki berusaha menyadarkannya. Callista menelan ludah. Mungkin ia baru menyadari sepenuhnya kata-kata lelaki tulus itu.

Riki tak sanggup menahan tangan Callista lebih lama. Ia merasa tubuh Callista lumayan berat untuk dapat ditariknya kembali ke atas. Si Putih mengeong ketakutan demi melihat peristiwa itu. Dengan segenap tenaga Riki terus menarik tangan Callista.

"Bagaimana ini, Pak Boneka? Tidak bisakah Bapak naik ke atas untuk menolong mereka?" desak Miss Jeniffer panik mendorong-dorong tubuh Pak Boby menuju tangga.

"Miss Jeniffer, saya ini phobia ketinggian. Sebaiknya Anda saja yang menyelamatkan mereka!" Pak Boby bergidik ngeri.

"Pak Boneka, saya ini wanita. Mana mungkin saya yang harus naik ke atas atap?" kening Miss Jeniffer mengernyit.

"Lha, anak yang di atas itu juga wanita. Tapi dia bisa naik ke atas atap. Jadi silakan lady's the first!" Pak Boby terus menghindar.

"Nak, injak tangga ini!" penjaga sekolah memberi aba-aba dari bawah.

Callista melirik ke bawah mencoba menemukan tangga yang dimaksud. Riki masih menahan tangannya. "Gue nggak akan mati konyol cuma gara-gara masalah ini!" desisnya pelan.

"Lo adalah seorang peri. Lo nggak boleh mati sebelum kita berhasil ngalahin si ksatria kegelapan!" Riki meyakinkannya.

"Lo kumat lagi ya? Bener-bener gak waras!" kedua kaki gadis itu merasa kelelahan terayun-ayun di bawah genting. Perlahan-lahan kedua tangan Riki meraih tubuh Callista dan menariknya ke atas dengan segenap tenaga.

HUP!

Usahanya berhasil. Callista telah sampai di atas lagi. Dan... Tanpa sengaja tubuh gadis itu menghimpit tubuh Riki yang telentang di atap. Hampir saja bibir Callista menyentuh bibir Riki. Kedua mata mereka bersitatap. Terdiam. Hening. Tak ada seorang pun yang bersuara. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terpaku sesaat.

"Wow, so sweet!" gumam para gadis di lantai dua.

"Ya ampun, Anda lihat itu Pak Boneka? Adegan yang sangat romantis! Saya belum pernah melakukannya," Miss Jeniffer terkesima. Pak Boby mengangguk pelan membenarkan perkataan rekan kerjanya. "Saya juga!" gumamnya.

"Hoy... Gak usah turun ya! Tinggal aja kalian di situ!" sorak beberapa orang anak laki-laki.

Wajah Riki dan Callista bersemu kemerahan. Keduanya segera tersadar dan memperbaiki posisi mereka. Untuk terakhir kalinya penjaga sekolah mengarahkan tangga pada mereka. Riki turun lebih dulu menggendong Si Putih di bahunya. Callista mengikuti di atasnya.

"Awas lo, ngintip celana dalam gue!" Callista mengepalkan tinju ke arahnya.

"Gue ngeliat ke bawah aja kok!" kepala Riki menunduk.

Dengan sangat hati-hati mereka berpijak pada setiap anak tangga satu demi satu. Akhirnya Riki tiba di bawah dengan selamat. Para penjaga sekolah yang memegangi tangga mulai melepaskan pegangannya. Suatu kesalahan fatal! Tangga itu bergoyang dan menyebabkan Callista terpeleset saat kakinya hanya tinggal beberapa anak tangga lagi yang harus dipijaknya.

BRUGH!

Callista mendarat dengan sempurna di atas lengan-lengan Riki. Gadis itu terjatuh ke atas gendongan remaja berparas ganteng itu. Kembali sejumlah siswi berteriak histeris ke arah mereka.

"Iih, gue jealous sama cewek bule sialan itu! Masak dia ngerebut Riki dari gue, sih?" gerutu salah seorang gadis di tengah kerumunan.

"Enak aja, Riki itu punya gue!" sungut gadis lain di sebelahnya.

"Punya gue tahu!" gadis tadi tidak terima.

"Huh, emang cewek bule sialan!" sahut gadis lainnya lagi. Akhirnya kerumunan itu bubar. Hanya Nia yang masih bertahan di sana. Dihampirinya Riki yang baru saja menurunkan Callista.

"Gracias!" gadis judes itu langsung pergi meninggalkannya setelah mengambil alih Si Putih dari bahu Riki.

"Riki nggak apa-apa?" tanya Nia mengamati keadaan Riki yang dijawab dengan sebuah gelengan kepala. "Gue baik-baik aja. Thanks ya, Nia!"

Rhean dan Atlanta segera menghampiri.

"Sumpah, tadi itu keren banget! Nia kaget pas ngeliat Riki nangkap Callista yang jatuh dari tangga!" decak Nia kagum.

Riki hanya tersenyum membersihkan tubuh dan pakaiannya yang sedikit kotor.

"Lo nekad banget, sob!" komentar Atlanta turut membantu membersihkan punggung Riki. "Ngapain sih, lo pake mati-matian nolongin cewek songong itu?"

"Songong?" Rhean melirik Atlanta. "Dari mana lo tahu kalo dia itu songong?"

"Dia itu keponakannya mamih gue!" jawab Atlanta datar.

"Berarti dia sepupu lo, dong? Tapi kenapa lo ngebiarin dia pas tadi dia lagi di atap?" usut Rhean tak mengerti. Seorang sepupu tidak mungkin akan membiarkan sepupunya celaka atau berada dalam kesulitan.

"Sepupu dari Hongkong! Secara gue kan cuma anak angkat mamih. Lo lupa ya, gue ini keturunan Betawi. Sementara mamih-papih gue ekspatriat yang berasal dari Spanyol. Karena nggak punya keturunan, mamih-papih gue ngadopsi gue dari panti asuhan! Dari lahir kan gue udah yatim-piatu," tutur Atlanta menceritakan kisah hidupnya.

"Nia turut prihatin ya, sama Atlanta!" digenggamnya tangan Atlanta penuh simpati oleh Nia. "Mulai sekarang, Nia mau kok jadi sodaranya Atlanta!" ucap gadis lugu itu tulus.

"Gak apa-apa, kok!" mata Atlanta berbinar. Entah mengapa Atlanta menjadi kikuk setelah melihat kebaikan hati Nia. Ia merasa bersalah sudah menjahilinya tadi pagi.

"O iya, Nia baru inget. Waktu TK kita pernah satu kelas kan? Kalo nggak salah, dulu nama Atlanta sebenarnya adalah JUPRI. Iya kan?" Nia mengacungkan telunjuknya ke depan.

Ekspresi Atlanta langsung berubah seketika. Ia gengsi mengakui hal itu. "Sst, jangan keras-keras! Entar kalo kedengeran sama yang lain gimana? Bisa malu gue!" desis Atlanta membungkam mulut gadis itu.

Nia memberontak berusaha menyingkirkan tangan Atlanta dari mulutnya. "Tapi emang bener kan, kalo nama asli Atlanta itu Jupri?" ucap Nia meluap-luap.

"Ooh, jadi nama elo sebenarnya Jupri ya?" terlambat. Riki dan Rhean sudah kepalang mendengarnya. Mimik Atlanta bercampur aduk antara malu, dongkol, sebal, geregetan, dan kesal.

"Dari Jupri kok jadi Atlanta? Jauh amat ya!" komentar Rhean sok sibuk berpikir.

"Tanah kelahiran mamih sama papih di Atlanta, Spanyol. Mungkin mereka sengaja ngasih nama itu ke gue, biar mereka inget terus sama kampung halaman!" pamer Atlanta bangga, bergaya mengusap rambutnya.

"Jadi makan nggak nih?" Rhean pura-pura tak mempedulikannya. Digiringnya Riki dan Nia menuju kantin. Sejak istirahat pertama mereka belum singgah ke tempat yang paling ramai dikunjungi para penghuni sekolah.

"Jiah, gue ditinggalin lagi!" Atlanta ngedumel seorang diri. Tubuhnya berbalik ke arah yang berlawanan menuju ruang ganti pakaian.

"Kamu tidak apa-apa?" tegur Miss Jeniffer berlari kecil menghampiri Riki. Diperiksanya sekujur tubuh Riki. Kemudian menarik napas lega. "Syukurlah masih utuh. Tidak berkurang gantengnya. Kamu hebat sekali, boleh saya minta tanda tangan?" Miss Jeniffer tidak main-main. Disodorkannya sebuah buku kosong kepada Riki.

"Jangan lupa dikasih judul yang menarik, Miss Jeniffer! Untuk artikel kali ini menurut hemat saya judul yang paling tepat adalah Riki Pahlawan Super Bodyguard Mr. Boby!" guru Fisika satu ini selalu mengomentari tindak-tanduk sang guru Kimia. Jangan harap Miss Jeniffer akan memberi respon positif kepada guru yang selalu dipanggilnya Pak Boneka itu. Lantas setelah Riki menandatangani bukunya yang kosong, Miss Jeniffer langsung mengambil langkah seribu sebelum Pak Boby mengekori langkahnya lebih jauh lagi. Riki, Nia, dan Rhean tertawa cekikikan melihat kekonyolan guru mereka yang nyentrik itu.

==00==◊0◊==00==

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
1.1M 109K 71
NOT BL! (Follow biar tahu cerita author yang lain ok!) Update sesuai mood 🙂 Seorang remaja laki-laki spesial yang berpindah tubuh pada tubuh remaja...
771K 76.4K 28
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...