My Cold Husband [KTH Ver]

Από alcherrykim

330K 30K 2.9K

[Sudah dibukukan] ❝ But in the end, spring will come someday, the ice will melt and flow away. ❞ Taehyung... Περισσότερα

intro
Bab 01
Bab 02
Bab 03
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
OPEN PRE - ORDER KE 4

Bab 7

20.5K 2.1K 368
Από alcherrykim

*Cerita ini sudah dibukukan/versi cetak mengalami perubahan*



Lalu hari berlalu begitu cepat, dekapan malam kala itu hanya menyisakan senyuman hangat bila dikenang. Menyisakan goresan perih namun bodohnya juga dirasa ingin terulang lagi. Cinta telah membuatnya menjadi manusia bodoh.

Kim Taehyung kembali dengan dunianya; bekerja, dan sesekali membuat Ye Eun terpesona dengan perhatiannya. Ye Eun tahu jika perhatian yang Taehyung tunjukkan hanyalah sebuah simpati berkat ucapannya dahulu, sebabnya meski Ye Eun bahagia dengan erhatian itu, ia tak benar-benar menganggapnya sungguhan. Semata hanya membuat perasaannya baik-baik saja. Lalu menunggu waktu, kapan Tuhan dan semesta akan memisahkan mereka. Memisahkan dengan cara mendapatkan cinta lain, atau dengan nyawa.

"Kenapa hanya diam? Kau sudah tampil yang paling cantik hari ini. Tapi kau malah murung?"

Suara itu membuat Ye Eun menoleh, dia Nancy. Temannya. Ah, ralat. Satu-satunya yang ia anggap teman. Wajah gadis itu campuran Asia dan Eropa. Bisa di bayangkan betapa manisnya seorang Nancy. Akan tetapi, jika diingat perilaku yang dia tampilkan, orang-orang pasti tidak akan menyangka. Gadis cantik, namun memiliki mulut yang selalu berkata apa adanya. Tak pernah memikirkan terlebih dahulu. Mungkin terlalu polos.

"Tidak, aku hanya memikirkan sesuatu. Kau sudah makan?" Ye Eun mencoba membunuh beberapa pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan Nancy. Sementara gadis itu kini melihat keadaan di sekelilingnya.

Beberapa orang sudah mulai memenuhi halaman kantor, mereka mengenakan gaun dan tuxedo mewah, mengenakan make up dan sepatu-sepatu mahal. Tas yang bermerk dngan design yang indah, jam tangan edisi terbatas, pula pada senyuman yang mereka berkan ke sesama tamu lainnya. Semakin larut, justru semakin meriah.

Namun semua itu tak akan membuat hati Ye Eun ikut meriah pula, dari dulu, ia benci pesta. Keramaian, kemeriahan, bau-bau parfume, tawa-tawa, obrolan, bahkan suara dua gelas yang bersulang. Semua itu membuat Ye Eun benci pada dirinya. Dan kini harus tetap hadir pada acara peresmian Direktur baru. Bagaimanapun, Kim Taehyung yang memintanya ikut hadir.

Dua wanita ini memilih tempat mereka, balkon yang lumayan jauh dari pusat keramaian. Dengan tempat itu, Ye Eun memapu melihat semuanya yang ada di sana.

"Aku tidak akan makan jika belum melihat Mingyu." Kembali Nancy membuyarkan lamunan Ye Eun. Gadis itu masih mencari keberadaan lelaki yang dia maksud di antara tamu undangan. Lalu Ye Eun ikut mencari dengan anak matanya. Akan tetapi juga tak melihat tanda-tanda adanya Mingyu. Beberapa hari ini ia juga kehilangan Mingyu.

"Padahal aku menghabiskan banyak waktu di salon untuk terlhat cantik hari ini. Harusnya aku tak berharap banyak. Dia, masih Mingyu yang dulu. Kau beruntung Eun, bisa mengambil hati kakaknya. Kau juga bersahabat dengan Mingyu."

Ye Eun tak lagi terkejut dengan Nancy. Gadis itu adalah teman sekolahnya dulu. Hubungan mereka tak terlalu dekat, tapi bisa dibilang Nancy satu-satunya teman sekolah Ye Eun yang masih diajaknya bicara hingga sampai saat ini. Jika mengingat beberapa temannya sudah tak lagi mampu dihubungi dengan segala kesibukan mereka. Namun bukankah meski bisa dihubungi Ye Eun akan memilih sendiri?

Mungkin, jika Nancy bukan putri rekan bisnis ayahnya, hubungan mereka akan berakhir sama. Saling berpura-pura tak tahu. Dunia yang kejam, mengenalkan mereka persaingan yang seperti itu.

"Dia mungkin ke suatu tempat. Kau bisa menghubunginya."

Nancy melirik Ye Eun yang masih duduk di kursi roda. Melihat wanita itu kembali menundukkan pandangan.

"Tapi akhir-akhir ini kau jarang menemuiku. Kau harus berkunjung ke rumah sakit besok atau lusa. Aku tidak mau mendengar penolakan."

Dan dunia memang selalu memiliki cara-cara sendiri untuk membuat suatu hubungan saling erat atau renggang. Nancy, adalah dokter psikolog Ye Eun. Itulah kenapa mereka masih memiliki alasan lain untuk saling bertemu.

"Apa aku masih butuh pengobatan itu?"

Nancy meletakkan gelas yang sedari tadi menemaninya, kemudian benar-benar fokus pada Ye Eun.

"Kau ingin lepas darinya bukan? Aku bisa saja melepasnya. Tapi hatimu tak mau. Begitupula dengan penyakitmu, kau bisa sembuh. Tapi kau tetap mempertahankannya karena kau pikir dengan begitu Taehyung akan selalu bersamamu."

Ye Eun tetap menunduk, memainkan bagian dari dressnya, menahan air yang mungkin sudah mendesak ingin keluar. Seberapapun Ye Eun mencoba menutupi, Nancy selalu berhasil menebaknya. Dan itu selalu benar.

"Kau pikir aku tak muak melihatmu bersama Mingyu? Mingyu yang selalu memperhatikanmu, Mingyu yang selalu ada untukmu. Tapi aku tahu jika itu tak cukup mampu membuatku berpikir untuk menakhiri dunia ini. Aku tak sebodoh itu Eun. Kau harus lepas dari jeratan yang kau buat. Hidup tak seputar dia saja. Ada kau, orangtuamu, keluargamu, temanmu, banyak. Kau juga sudah menikah dengannya, lalu apa lagi?"

"Aku memang menikah dengannya, tapi tidak dengan hatinya."

Lalu keramaian yang begitu meriah, berubah menjadi dengungan bagi dua wanita ini. Ye Eun mendongak, dengan sedikit air di matanya. Nancy lagi-lagi terdiam seperti beberapa waktu dulu.

"Aku tidak bisa memiliki hatinya, Cy. Dan itu menjadi beban terberat dalam hidupku tak peduli berapa banyak aku mencoba melupakan. Itu masalahnya. Kita mungkin sama, tapi rasanya berbeda. Aku terjatuh begitu dalam sampai sulit bangkit. Aku menikah dengannya, tapi aku tak bisa menghentikan keserakahan hatiku. Dan seberapa pintarnya dirimu, seberapa tepatnya kau menebak dan memahaminya, aku yang paling tahu rasanya bagaimana."

Tak membiarkan sepotong kata yang terucap dari Nancy, Ye Eun pergi dengan memutar roda kursinya. Nancy melihat tangis itu. Melihat ayuhan yang semakin memuatnya tersisa sendiri.

"Aku memang tidak tahu seperti apa rasa sakitmu, tapi kau juga tidak tahu bagaimana aku menahan rasa sakitku agar tidak sesakit dirimu. Jauh lebih mengenaskan."

...

Ketika waktu menunjukkan tengah dini hari. Taehyung baru menemukan isrinya yang duduk sendiri melihat sisi gelap pesta yang sudah berakhir.

"Kau di mana saja tadi?"

Ye Eun menoleh ke belakang, mendapati tampannya sang suami dengan setelan itu. Kemudian menghapus sedikit jejak di kulit pipinya. Lalu seperti biasanya, tersenyum hangat.

"Aku hanya ingin melihat dari sini, pestanya sangan meriah dan lancar. Kau pasti senang."

Taehyung mendekat dan melihat arah yang sama dengan Ye Eun. Kedua tangannya tetap tersimpan di kedua sisi saku celana.

Udara yang berembus dingin membuar rambut-rambut Ye Eun sempat goyah. Udara yang hening membuat mereka terdiam. Udara yang membawa aroma jejak-jejak penghujung pesta membuat sisi-sisi kehidupan mereka tak mampu dijelaskan. Hingga pada akhirnya dalam dia lelaki itu bergerak menarik kedua tangannnya, Taehyung mengambil sisi dari kursi roda itu. Menariknya dan membawa pergi dari sana.

"Kita pulang."

Ada senyum yang sempat tersisa di bibir Ye Eun sebelum terhapus semua dengan perasaannya yang tak pernah membaik.

....

Lelaki itu tak mengerti sekarang dengan jalan pikirannya. Kenapa dia memilih untuk tidak bersama supirnya dan memilih mengemudi sediri padahal sekarang sudah lewat dini hari.

Dan yang tak bisa masuk di akal Ye Eun adalah ketika mobil yang membawa diri mereka berhenti tepat di sebuah jalan yang tak terlalu besar, di sepanjang bahu jalan dipenuhi dengan bagunan yang padat. Sekitar tiga sampai empat lantai. Di dominasi dengan papan-papan iklan atau promosi untuk jasa bangunan apa itu.

"Taehyung. Kenapa kita berhenti di sini."

"Kau tahu Hanbin kan? Dia bekerja di sana. Aku merindukan minumannya, jadi..."

Mata Ye Eun mengikuti arah pandangan Ye Eun. Tapi lekas memandang wajah Taehyung kembali. Mungkin jika Ye Eun tidak menjelaskan, Taehyung tahu sendiri jika Ye Eun membenci tempat-tempat seperti ini karena berhubungan dengan pesta. Itu membuatnya tak nyaman. Sudah cukup Ye Eun menahan sepanjang pesta di kantor tadi, tapi sepertinya Taehyung kurang puas.

"Kau bisa berjalan kan?"

Ye Eun masih tak habis pikir, tawanya yang kesal bahkan diabaikan Taehyung. Lelaki itu turun dan membuka pintu di sisi Ye Eun. Tak segan bahkan membantu turun wanita itu.

"Taehyung, sebenarnya apa yang kau inginkan? Kau masih kurang berpesta? Kalau begitu lanjutkan, tanpaku!" bentakan dan amarah itu membuat Taehyung menghela napas, tetap meraih tangan Ye Eun dan membawa wanita itu masuk ke dalam salah satu gedung malam. Lampunya tampak berbeda dengan yang lain, tampak paling mewah dan elegan. Sebuah hiburan malam, untuk mereka yang merasakan kesepian kala siang.

Ketika Ye Eun terus memaksa ingin pulang dan memberontak, Taehyung berhasil mendorong pintu gelap itu. Hingga sebuah teriakan suasana membuat Ye Eun terdiam. Bukan sesuatu yang membahayakan, tapi sesuatu yang berhasil membuat jantungnya berhenti berdetak.

Mingyu dan Ye Eun berdiri di sana, saling berhadapan. Ada Hanbin serta kekasihnya. Hanya itu, karena ruangan di sana sangat sepi meski lampu-lampu berusaha membuatnya tampak ramai.

"Mingyu?"

Ada kekecewaan di sana. Di hati terdalam Taehyung. Sungguh, ini bukan keinginannya untuk bertemu adiknya di sini. Atau jika boleh jujur Taehyung membenci hal yang seperti ini.

"Ayo pulang."

"Tunggu!"

Kedua tangan tanmpak saling mengenggam lengan Ye Eun. Taehyung mencoba mengajak pergi, tapi Mingyu berusaha mempertahankan. Keduanya tampak saling menatap. Menghela napas yang sama dalam satu udara.

"Lepaskan tanganmu."

"Taehyung, kita...."

Tapi Taehyung terlanjur melepasnya, sesuatu membuatnya melepas tangan itu. Membuat hati Ye Eun kecewa berulang kali dengan rasa yang sama. Bahkan tanpa sepatah katapun, Taehyung berhasil melangkah tanpa halangan. Pergi begitu saja tanpa membawa Ye Eun di sampingnya.

Wanita itu melihat Taehyung yang ternyata memilih keluar dari bar tadi. Ketika lelaki itu benar-benar menghilang. Ye Eun menatap Mingyu.

"Kalian ada masalah?"

Mingyu jelas tak suka dengan pertanyaan seperti itu, lalu Hanbin dan Ha Yi memilih kembali masuk ke dalam bar. Mungkin ke ruangan yang bisa setidaknya tak memganggu masalah itu.

"Tidak."

"Bohong."

"Jika pun ada. Kau harus tetap bersamanya kan?"

Ye Eun tak menjawab, menatap Mingyu yang sedang menatapnya. Bahkan di saat yang seperti ini, Ye Eun tetap ingin bersama Taehyung ketimbang sahabatnya.

"Min, apa maksudmu."

"Pulanglah, aku senang kau sudah baikan, maaf menahanmu."

Mingyu juga pergi dari hadapan Ye Eun tanpa kesan baik. Wanita itu mengigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit di sekujur tubuh sebelum akhirnya menyimpan rasa kesal pada Mingyu seorang diri di dalam hatinya.

Ketika baru saja membuka pintu. Ye Eun masih dapat menatap betapa indahnya Tuhan menciptakan punggung kokoh itu. Seakan tak memiliki beban. Dan entah kenapa bisa Ye Eun berjalan lebih dekat sembari menelusupkan tangannya ke pinggang suaminya. Memeluk erat dari arah belakang.

"Taehyung," ucapnya parau. Taehyung tak bergeming, dia membiarkan tangan itu menelusup lebih dalam, memeluk lebih hangat. Dan sialnya, Taehyung tak mampu melepas tangan itu untuk pergi menjauh.

Taehyung Pov

Ini bukan aku, ini bukan Taehyung yang selama ini menemaniku. Aku berbalik ketika merasakan hatiku penuh sesak. Sungguh, kua takut pada perasaanku.

Aku memandangnya. Dan kali ini memang berbeda.

Senyumnya... matanya... lalu poni tipis yang tertiup angin. Hingga dahi itu tampak jelas terlihat.

"Kenapa keluar, sahabatmu mungkin merindukanmu," kataku mencoba merusak akalku. Dia tetap menampakkan wajah hangatnya. Kemudian dia berkata jika ini sudah sangat larut, lebih baik kita pulang.

"Sudah kubilang, aku ingin pulang. Firasatku terkadang benar."

Baru hendak kujawab, aku melihat seseorang berdiri di sebalik pintu meski aku tak sepenuhnya melihat ke arah itu. Aku tahu dari bayangan di sudut mataku siapa dia.

Beberapa jam lalu, sebelum pesta di kantor. Mingyu sungguh menghancurkan acaraku. Awalnya aku hanya bersemangat dengan peresmian posisiku. Tapi ketika acara belum sepenuhnya dimulai, Mingyu menemuiku dengan wajah yang tak seperti biasanya dia berikan.

"Aku melihat seseorang yang mirip dengan Yoon Hee di rumah sakit tempat Ye Eun berobat."

Kata itu, membuat akalku terasa terenggut begitu saja. Nama itu entah kenapa menjadi menyakitkan sekarang. Sangat menyakitkan padahal aku sudah memastikan jika pemiliknya sudah tak sangat lama tak menetap di hidupku.

"Ayo pulang."

"Ye Eun. Biarkan aku melakukan ini. Dan menunjukkan semua ini padanya, jika aku bersungguh-sungguh atas ucapanku."

Tadinya Ye Eun ingin mempertanyakan akan ucapan Taehyung itu. Tapi tidak perlu Ye Eun tanyakan, ketika tangan besar itu menarik tengkuknya, semua itu terasa menjadi jawaban terbesar atas kalimat Taehyung.

Bibir dingin itu menyentuh bibirnya, tepat di bagian bibir bawahnya. Taehyung mengapit bagian itu dengan kedua bibirnya.

Flashback

Taehyung mendengarnya, dan tak buta untuk tidak melihat kecemasan yang membalut wajah Mingyu. Namun masalahnya, bukan hanya di Taehyung, tapi juga Mingyu. Dunia bahkan mengetahui apa yang mereka rasakan dahulu. Dan seakan dunia juga berkonspirasi untuk mengulang luka yang sama ketika luka sekarang belum usai sepenuhnya.

"Kau bercanda."

"Aku bahkan mencari tahu tentangnya karena tidak yakin saat ingin menemui dokter yang menangani Ye Eun. Dan kau tahu apa yang kutemukan?"

Taehyung merasakan ujung hidungnya perih. Dadanya sesak. Beberapa memori tentang pemilik nama itu berputar kusam di ingatannya. Sama halnya dengan Mingyu yang matanya sudah memerah. Keringat yang mengalir di dahi Mingyu tak lagi dihiraukan.

"Dia... Yoon Hee."

"Dia sudah mati," sela Taehyung cepat.

"Apa kau melihatnya di pemakaman? Apa kau ikut dipemakaman? Hanya suara yang bilang jika Yoon Hee sudah mati. Tapi nyatanya ayahnya yang gila itu yang menyembunyikan semua ini. Yoon Hee tidak ingin keadaannya kita ketahui. Itu sebabnya dia berpura-pura mati selama ini."

Taehyung geram, melempar botol air mineral dari genggamannya. Lalu mencengkeram kerah baju Mingyu.

"Lalu aku harus apa? Apa aku harus membunuhmu karena semua perbuatanmu? Kau yang membunuhnya bukan?"

Mingyu sudah sangat merah, tetap membiarkan Taehyung mencekik kerahnya. Dia sendiri tak tahu harus bagaimana. Tapi dia bukan pembunuh.

"Aku tidak peduli apa dia masih hidup atau mati. Aku hanya perlu memastikan kau merasakan rasa sakit yang kualami dulu. Kau merebutnya dariku, kau juga membunuhnya. Dan dalam ingatanku, kalian semua sudah mati."

Mingyu meneteskan air di sudut matanya, ini semakin menyakitkan. Dia tidak membunuh Yoon Hee. Itu hanya sebuah kecelakaan. Takdir yang membuatnya duduk di kursi kemudi.

"Aku tidak akan membiarkan Ye Eun terjatuh begitu dalam di hidupmu, Hyung. Aku akan membawanya kembali."

Taehyung tersnyum, "kenapa kau sama sekali tak berubah, Min? Ada apa dengan hidupmu? Dengan obsesimu?"

"Akan kubawa Ye Eun kembali padaku."

"Lalu Yoon Hee? Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu!" Taehyung tidak melepaskan cengkraman itu. Justru semakin erat bersama rasa kesalnya yang tak pernah sirna dari dulu.

"Aku mencintai Ye Eun. Dan aku tidak ingin kehilangannya lagi."

"Sayangnya, kau tak akan berhasil."

Flashback end.

— T B C —







Regards

Alcherrykim
[24-03-2017]

Remake
[30-12-2018]

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

353K 33.5K 54
Hubungan yang di awali karena cinta sepihak, lantas sejauh manakah hubungan tersebut akan bertahan? Jungkook dan Eunha merupakan sepasang kekasih. Ta...
45.2K 5.8K 48
|PROSES REVISI/MASIH ADA TYPO| "kau tau?" "tinggal dengan mu, membuat ku gila" tinggal satu atap dengan lelaki yang dikenal sebagai ketua basket terp...
222K 25.9K 39
Min Ji won harus mengahadapi nasibnya malam itu, dikejar oleh seorang pembunuh dan mempertemukan dirinya dengan seorang sosiopat. Hingga takdir memak...
64.7K 3.3K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++