HOPE

By matarusa

49.9K 759 104

Semuanya tentang harapan. Harapanku padamu, Sandy... More

chapter 1: Tandanya aku jatuh hati padanya
chapter 2: OH
chapter 3: Pulang bareng
Chapter 4: pengakuan
HOPE (chapter 5)
HOPE (chapter 6)
HOPE (chapter 8)
HOPE (chapter 9)
HOPE (chapter 10)
HOPE : (chapter 11)
HOPE (chapter 12)
HOPE (chapter 13)
HOPE (chapter 14)
HOPE (chapter 15)
HOPE (chapter 16)
HOPE (chapter 17) END

HOPE (chapter 7)

2.6K 40 1
By matarusa

chapter 7 : A gift to you

Aku menorehkan tinta berwarna merah pada kalender yang terpajang di kamarku, kutorehkan berbentuk lingkaran, tanggal 23 Agustus 2011. seminggu lagi ulang tahun kak Sandy.

“Cowok itu paling suka dikasih apa?” Tanyaku pada kakakku

“Kalo gue sih apa aja ya, tapi gue lebih suka dikasih kado yang berguna, ya maksudnya bisa dipakai, nggak cuma dipajang aja. Tapi gue nggak tau kalo sama cowok yang lain ya,” Jawabnya. Baru saja aku membuka mulut, ia langsung menyelaku “Oh iya, lo selidiki dulu deh harusnya dia suka apa”

Yang ada di dalam pikiranku sekarang adalah KEMEJA, ya, kemeja. Aku terpikir untuk menelepon Dyah untuk menemaniku pergi membeli kemeja di mall, sekarang sudah sore.

“Dyah, bisa temenin gue, kan?” Tanyaku

“ng... ngga bisa, Cha. Gue lagi di depok, dirumah sepupu,” Jawab Dyah disebrang telepon.

“Hah? Beneran? Aduuhh gue nggak ada motor nih buat kesana.”

“Minta tolong sama siapa kek gitu, maaf banget ya Cha. Gue lagi di Depok nih...”

Aku menghela napas “Hhh... yaudah nggak apa-apa.”

Aku langsung memutuskan panggilan telepon dan melempar ponselku ke ranjang, berpikir... Dian dan Kiki, dia nggak bisa naik motor. Rahmah, dia rumahnya jauh banget, motornya juga dipakai ayahnya. Dinda? Mana mau anak itu!. Mama papa belum pulang, kak Erlangga lagi dirumah temen.

Akhirnya aku langsung mengganti celanaku dengan celana jeans dan mengambil dompetku, berlari sampai depan sampai akhirnya aku menemukan bajaj, syukurlah.

                                       *           *           *

“Kemeja... kemeja,” Akumencari-cari kemeja yang bagus sampai kakiku pegal dan kelelahan sampai pada akhirnya aku menemukan kemeja kotak-kotak dengan paduan warna cokelat, putih dan hitam.

Aku segera membayar di kasir lalu keluar dari toko baju itu. ah tenggorokanku benar-benar kering. Aku mencari-cari penjual minuman di toko kecil,  sampai akhirnya aku membeli sebotol air mineral yang langsung kuhabiskan.

“Hah?! Tinggal 2 ribu?!” Aku terkejut begitu mendapati selembar uang yang berada di dalam dompetku. “Naik angkot nggak ada jurusan yang ke rumah gue! Naik bajaj nggak cukup! Masa iya gue ngutang sama tetangga? Eh tunggu, kayaknya ada deh naik metromini? Tapi nanti jalan lagi, nggak bener-bener deket sama rumah gue! Haduhhh!!”

Akhirnya aku keluar dari mall dengan segudang kecemasan, aku berjalan ke tempat yang agak sepi, mau tak mau aku kesini, karena tujuan metromini yang akan kunaiki pasti lewat sini. Sekarang sudah malam, sudah lewat jam 8. Tak ada angkutan umum yang lewat di tempat ini. Aku melirik ke segala arah, sepi...

“Neng, sendirian aja?” Tanya seorang lelaki berumur sekitar 30 tahun dengan kulit hitam terbakar matahari dan wajah yang... menyeramkan.

Aku tak meladeninya.

“rumahnya dimana, neng?”

Idihh?!

“yeeehh si eneng ditanya kok nggak dijawab?”

Aku tetap cuek.

“Neng!”

Cueekk... takuuutt...

“Woiii...!” Tiba-tiba lelaki tadi berteriak sambil melambaikan tangan kanannya ke arah lain, dan kulihat ada sekitar 3 orang lelaki yang mirip-mirip dengannya menghampiri kami. Wajah lelaki itu terlihat menyeringai, menyeramkan, maka aku segera pergi dari sini dan terus melangkah entah kemana yang penting aku pergi dari sini!

“Neng,kok pergi?” Lelaki itu mengikutiku

Kenapa bapak-bapak-tengik ini? Mau dilempar sepatu?!

Ya Allah, tolonglah akuuu... metromini... cepatlah datang...!

Aku berpikir, ini bukanlah dongeng, nggak akan mungkin yang kamu ingingkan langsung terjadi begitu saja. Seperti sekarang, dimana metromininyaaa?!!

Aku terus berlari sampai pada akhirnya melihat sebuah metromini yang lewat, tanpa pikir panjang aku langsung naik. Disini sepi... dari dalam metromoni kulihat lelaki-tengik tadi memanggil-manggilku ‘neng!kok kabur?!’ menyeramkan...

Aku duduk disebelah ibu-ibu berkejema putih sambil memeluk tas kulitnya, kurasakan degupan jantungku beredetak cepat, bukan deg-degan karena cinta atau apalah namanya, tetapi karena takut!!

“Yak, terminal Pulo Gaduuung... Pulo Gaduuung...” Teriak seorang lelaki dengan suara nyaring sambil berjalan dari arah pintu depan metromini menyuruh semua penumpang keluar—tak lama setelah aku duduk.

HAH? Terminal Pulo Gadung? Rumahku kan jauh dari sini?? Tunggu...

“Bang, ini 07, kan?”

“ini 87, neng”

“HAH?!” Aku terkejut, yaampun, gara-gara gelap aku salah mengira seharusnya 07 jadi 87!!. Mana disini sepi banget. Nggak tau jalan pulang, mamaaaaa...!!

“bang... bang... tau nggak ke jalan Sumba?” Tanyaku dengan wajah memelas

“Hah? Nggak tau tuh neng. Wah neng salah naik metromini yaaa?”

Aku mengangguk “Itu, baang... yang deket kampus sama rumah sakit!”

“Wah neng, ati-ati atuh kalo udah malam gini, mendingan naik taksi aja, neng. Bahaya kalo peremuan naik angkutan umum sendirian. Masih muda pula.”

Aku ketakutan, nggak tau arah, nggak... bukan itu juga... nggak ada duit!!

“Ohhh... i... iya deh saya cari taksi dulu,” Ucapku dengan nada berat, lemas, takut!

Drrrt... drrrt...

Ponselku bergetar, kulihat nama ‘mama’ yang tertera di layar ponselku. Mama menelepon. Akupun segera mengangkatnya.

“Kamu dimana!! Udah malam gini bukannya pulang!! Perempuan itu nggak baik keluar malam-malam!! Sebelum maghrib harusnya sudah sampai dirumah!!” baru saja aku menerima panggilannya, tiba-tiba saja nada tinggi mama terdengar sakit ditelingaku.

“Aku nyasar mamaaaaa... “ Aku ketakutan

“Hah?! NYASAR?! Kamu dimana?!”

“Terminal Pulo Gaduuung... aku salah naik metrominiiiii...”

“Tunggu, tunggu... mama suruh Erlangga jemput kamu sekarang!”

“Iyaaa... hiks”

Feelingku mengatakan, malam ini adalah malam yang panjang. Mama pasti marah-marah.

                                       *           *           *                                  

Siang itu aku berjalan dengan langkah gontai menelusuri koridor sekolah yang sepi, beberapa murid sudah pulang sekolah, aku menunggu kakakku menjemput, namun ia telat datang dikarenakan ia sedang mengambil bahan untuk tugas dari dosennya. Lama sekali...

Duduk sendirian di dekat gerbang sekolah, membosankan...

“Nungguin siapa, Cha?” Tanya seorang lelaki yang suaranya terdengar dari belakangku tiba-tiba.

Aku menoleh kebelakang, terkejut, kemudian menundukkan kepala dengan wajah malu-malu “Nungguin kakak”

“Kakak?” Ia menyentuh dadanya dengan tangan kanannya

Aku kembali menatap wajah lelaki itu “Bukan kak Sandy, kakakku”

Ia mengangguk “Ooh...” Responnya singkat.

“Udah dari tadi nunggunya?”

Aku mengangguk lagi.

“Sendirian?” Tanyanya lagi

Untuk kesekian kalinya aku mengangguk, kini ia-pun duduk disebelahku sambil menyilangkan kakinya, menatap gumpalan awan abu-abu nyaris hitam.

“Kak Sandy...” Akhirnya aku membuka mulut “...masih disini? Ngapain?”

“Ini udah jadi kegiatan rutin kakak buat disini selama pulang sekolah. Di masjid sampai sore, baru deh pulang ke rumah. Bagi kakak, sekolah ini tuh udah jadi rumah kedua kakak sama teman-teman kakak.”

Aku mengangguk saja.

Sapuan angin besar itu membuat rambut panjangku berantakan, kini rambut itu menutupi hampir semua wajahku. Kulirik wajah kak Sandy, ia memejamkan matanya dengan wajah mengarah langit, samar-samar kulihat senyum tipis menghiasi wajahnya.

“Kuharap waktu berhenti sesaat,” Bisikku pelan nyaris tak bersuara

“Ng...? kenapa Cha?” Rupanya ia menangkap suaraku dari telinganya.

Aku menggeleng “Semoga jemputan Ocha cepat datang, ya. Hehe...”

Ia tersenyum sesaat, kemudian kembali memejamkan mata dan mengarahkan wajahnya ke langit, merasakan sapuan angin besar yang menyentuh tubuh dan kepalanya.

“Kok nggak kabur pas ada kakak?” Tanyanya dengan nada meledek

Aku mengerutkan kening, dia pasti menyindirku!

“Sebentar lagi hujan...” Gumamku mengalihkan perhatian

“Hng... kakak kurang suka sama hujan.”

“Kita nyaris berbeda, ya,” Aku terdiam sejenak dan ikut menatap langit gelap itu “Ocha suka, tapi lebih suka gerimis... Tiap orang yang menyukai hujan merasakan sensasinya sendiri.  Ocha ngerasa nyaman aja dengan hadirnya gerimis... tenang...”

“Kayaknya Ocha bakalan suka hari ini...” Katanya sambil memperlihatkan telapak tangannya “Gerimis nih... Kita masuk aja, Cha.”

Aku mengangguk, kemudian bangit, namun aku mendengar suara motor yang semakin mendekat, suara motor yang terdengar familiar. Aku mengedarkan pandangan, mencari-cari motor yang kukenal pasti.

“Kaesha!” Panggil kakakku dari luar gerbang sambil membetulkan tas ranselnya.

“Kak, itu kakakku udah dateng. Ocha pulang duluan, ya,” Ucapku pada kak Sandy

“Iya,” Jawabnya singkat

Aku langsung berlari keluar, sekilas kulihat dirinya yang membalikkan tubuhnya, berjalan masuk untuk berteduh. Kurasa aku terlalu berharap kalau dia akan mengatakan ‘hati-hati’ padaku.

“Cha...!” Panggil kakakku sambil memberikanku helm dengan motif garis bergelombang berwarna hijau muda.

“Hati-hati, Cha...!” Teriak kak Sandy dari dalam. Aku menolehnya dari luar gerbang tak percaya, tak sampai sedetik setelah itu aku langsung tersenyum lebar padanya. Ada rasa bahagia yang menyelimutiku saat ini.

♫♪ ALL I really want is to hold you tight

Be with you day and night

Sometimes I run, sometimes I hide

Sometimes I'm scared of you

But all I really want is to hold you tight

Treat you right, be with you day and night ♪♫

                                       *           *           *

Kak Sandy : mau kasih kado apa nih? Bentar lagi kk ultah niii

Sent : Idih?! Berharap bgt ocha kasih kado? Hihi...

Kak Sandy : ketawanya kaya kuntilanak.. Eh iya dong, berharap bgt nih. Kecewa nanti kalo ga dapet dari ocha L

Sent : bodo, dasar memble :p

Kak Sandy : dih, maksudnya apaan tuh? Ga bagus banget namanya memble. Yg keren dikit napa?

Sent : bagusan itu, tau J

Kak Sandy : dasar belo!

Sent : dih, balas dendam. Eh, kk lagi apa?

Kak Sandy : mikirin Ocha :P

Dheg...

Nggak, dia cuma bercanda kok. Jangan dianggap serius...! Tapi... Ah, dibawahnya ada pesan lagi...

Kak Sandy : abis ngasih makan hamster, Ocha mau?

Ha?

                                       *          *          *

Aku mengedarkan pandangan, mencoba tuk bersabar menunggunya. Aku datang terlalu cepat.

Ya, saat ini aku menunggu kak Sandy karena sekarang adalah hari ulang tahunnya. Semalam aku berusaha untuk tetap terjaga agar bisa mengucapkannya pagi-pagi. Aku mengucapkannya lewat facebook dan sms. Banyak orang yang menyukai ucapanku di facebook. Sekarang, aku ada janji dengan kak Sandy. Aku hendak memberinya kue ulang tahun untuknya, namun aku tak berniat memberinya kado untuk sekarang. Aku takut ia tak menyukai kadoku.

Ka Sandy : kalo udah sampe disana sms kk aja, ntar kk gerbang blkg

Sent : yahhh... ocha udah nyampe duluan, nih. Hehe...

Ka Sandy :hah?! Kecepetan setengah jam.Baru jam setengah 1. Emang kesana naik apa?

Sent : ojek, kakakku lagi di kampus

Ka Sandy : oh, ywdh pulang bareng aja

Apa? Bareng?!

Sent : gausah, ngerepotin aja

Ka Sandy :Ya, pulangnya sama kk, lagian kk ga lama ini, gapapa lah

Aku menatap layar ponselku tak percaya, diam-diam senyuman di wajahku terhias begitu saja.

“Kiri, bang...” Aku menghentikan tukang ojek langganan mamaku, iapun berhenti. Aku duduk di bangku kayu panjang dekat gerbang belakang sekolah yang sudah tak dibuka lagi. Dulu disini adalah gerbang depan, namun telah dibuat gerbang baru. Disini sangat sepi, di depan gerbang yang tak dibuka lagi ini adalah taman kecil yang sepi. cuaca saat ini tak cerah. Berawan.

Dulu aku pernah menunggu kak Sandy mengantarkanku pulang di bangku dekat sini, tak jauh dari gerbang ini.

Menunggu.. menunggu... aku akhirnya mengirimkan pesan pada Dian

Sent : diaaan... deg degan nihhh!

Tak lama setelah pesanku terkirim, kedua yang kutunggu datang. Kak Sandy, dan sms dari Dian.

Dianti : tenang dong, cha :) . Iiiih iri deh sama ocha. Pingin deh gw sm ka Praza ky gt

Sekedar informasi, kak Praza adalah orang yang disukai Dian, kak Praza adalah teman kak Sandy, satu kelas juga. Dan ia sudah menyukai kak Praza sejak kelas 1 dulu.

“Udah lama nunggu?” Suara tanya dari kak Sandy memecahkan kesunyian. Aku menatapnya dan menggeleng. Ia duduk disampingku. “Maaf telat...”

Aku melirik arlojiku, pukul 12:40 “kakak kecepatan 20 menit”

“Apalagi Ocha,” Ia tertawa kecil

Aku mengamati dirinya yang sedang duduk disebelahku. Matanya yang tajam, rambutnya yang berantakan karena memakai helmpun masih terlihat bagus dimataku, ia mengenakan kemeja berlengan pendek dengan motif kotak-kotak lagi, dan jelana jeans.

“Rapih banget, kak. Mau kemana?”

Ia menunduk memperhatikan kemeja yang ia pakai “Emangnya begini rapih, ya? Hehe...  mau ke rumah nenek, nanti jam 2”

“Ooh...” Responku. “Oh iya... ini,” Aku menaruh kotak berukuran sedang diantara kami berdua, aku meminta kak Sandy untuk membukanya, iapun membuka kotak itu dan terkejut begitu melihat isinya.

“Happy birthday,” Ucapku

Ia tersenyum tipis, matanya tak berkedip menatap cake yang tersedia di depannya, tak lama setelah itu senyum tipispun semakin terlihat, mempertegas ekspresi wajahnya yang terlihat senang.

“Makasih ya, Cha,” Ia menatapku sambil tersenyum lebar

Seketika aku mematung, aku menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan pipiku yang merah merona, tentu saja bukan karena blush on, yaitu karena dirinya sendiri.

Berjam-jam kami lalui bersama—berdua, di bangku kayu ini, di luar dekat gerbang belakang sekolah yang sudah tak dibuka lagi. Kami bercanda, berbincang-bincang, sangat menyenangkan. Rupanya kak Sandy tidak seperti orang yang kukira, orang yang dingin, acuh, dan sinis. Rupanya ia menyenangkan...

“Nih,” Aku memberinya sekantung plastik, kak Sandy menerimanya dan membuka isi kantung itu.

“Ini apa, Cha?” Ia bingung begitu mendapati sebuah benda bulat

“Buat hamster,” Jelasku “Kakak punya hamster, kan? Dulu Ocha punya hamster, tapi udah mati. Tadinya sih Ocha mau kasih rumah hamsternya sama pasir-pasirnya juga, tapi nggak tau kemana, mungkin udah dibuang papa”

“Emangnya nggak mau pelihara lagi.”

Aku menggeleng, Kak Sandy menatap benda tadi “Cara pakenya gimana ini? Gimana masukinnya?”

Kak Sandy mempersilakan diriku untuk membuka benda itu, tentu dengan senang hati aku memberitahunya. Aku menerima benda bulat transparan itu, ada sebuah lubang kecil untuk diputar, lalu akan terbuka untuk hamster masuk. “Tutup lagi, dan biarkan hamster itu berlari-lari di dalam sesukanya.” Jelasku

Kak Sandy mengangguk mengerti “Coba sini kakak”

“Nih” Aku memberinya

Tak sengaja tangan kananku menyentuh tangan kirinya ketika memberikan benda tadi, dengan gerakan reflek, aku langsung melepaskannya sehingga nyaris benda itu terjatuh—yang untungnya benda itu sudah dipegang oleh kak Sandy.

“Kadonya ini, ya?”

“baru ini... “

“Berarti ada lagi.”

Aku menggeleng “Ngga tau” Iya, nggak tau, apakah aku akan memberinya kemeja itu atau nggak.

Menyenangkan bisa bersamamu, kak. Andai saja selalu seperti ini...

                                       *           *           *

Continue Reading

You'll Also Like

30.4M 1.7M 65
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...