Hujan Di Langit November

By sheilabiila

142K 9.8K 1.2K

"Ketika hujan turun di langit November" Tetesan air hujan mampu memberikan euforia yang luar biasa, namun... More

Bab 2
Bab 3
Bab 4
!!!
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
[Teruntuk Pembaca]
read!
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
READ
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
PENTING!!!
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
OPMEM GRUP WATTPAD
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33 (end)
akhirnya selesai!
Answer
Chat Line
🌈🌈🌈
Grup
PELUK KEN SEKARANG JUGA!
Summer Triangle
Sequel Ken & Dean
Grab It Now!

Bab 1

11.1K 511 93
By sheilabiila


"Ada hal yang harus kau tahu dari hujan. Hujan yang bisa membawa pertemuan, maupun Hujan yang mampu membawa perpisahan"

☔☔☔

Matahari mulai menampakkan sosoknya. Pagi yang cerah.

Seorang gadis tengah mengerjapkan matanya, menatap dinding-dinding langit kamarnya. Rambutnya yang biasa terikat rapih, kini tak lagi telihat. Rambutnya amat tak beraturan.

"Dean ayo sarapan!" terdengar suara wanita setengah paruh baya memanggilnya dari lantai bawah. Dan gadis yang dipanggil Dean pun bersusah payah bangun dari ranjangnya.

"Kayaknya kamu masih di alam mimpimu ya?" Tanya wanita yang menyuruhnya sarapan tadi, Wina, Ibu Dean.

"Ya?" Dean bingung.

"Kakakmu baru pulang setelah lama tinggal di Australia. Mana sapaanmu?"

"Kakak?" Dean bingung lagi.

"Gapapa, lagian kita kan emang nggak saling kenal" Ucap pria tampan yang duduk disebelah Ibu Dean.

Namanya Ken. Ken adalah kakak Dean, namun saat Ken lahir ia langsung dibawa oleh Ayahnya untuk tinggal bersama di Australia. Ayah dan Ibu Ken cerai, dan setelah itu ibu Ken menikah lagi, barulah Dean hadir. Namun, ayah Dean meninggal setahun setelah anaknya lahir.

"Dean, namanya Ken. Mama udah sering cerita kan? Selisih usia kalian cuma satu tahun, jadi mulai besok Ken akan sekolah disekolahmu," Jelas Ibu Dean sambil menatap kedua anaknya secara bergantian.

"Ah? oke" Hanya itu. Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Dean, gadis yang terkenal jutek dan tidak banyak omong itu pun kembali kedalam kamarnya setelah menyelesaikan kegiatan makannya.

"Apa ini semua mama yang cuci?" Tanya ken

"Iya. lagian mama kan nggak punya pembantu"

"Gimana sama anak perempuan tadi? Bukannya harusnya dia yang ngerjain?" Ujar ken, lalu tersenyum. Tersenyum sinis.

"Tugas dia cuma belajar" Wina lalu bangkit dari duduknya dan merapikan beberapa piring kotor yang terletak diatas meja.

***

Dean berkutat dengan kertas-kertas penuh soal yang mengerikan bagi sebagian orang. Matematika.

"Ah sial, kenapa pelajaran satu ini nggak musnah aja sih?" Gerutunya kesal. Ia pun keluar dari kamarnya menuju ruangan yang biasanya dijadikan perpustakaan.

Tapi yang benar saja, ruangan itu sudah tersulap indah menjadi kamar bernuansa biru. Kamar Ken.

"Nggak bisa ketuk pintu dulu?" Tanya Ken yang sedang memegang gitar akustiknya.

"Ini kamar?" Tanya Dean bodoh.

"Terus ini keliatan apa buat lo?"

"Dimana semua buku yang disimpen disini?" Tanya Dean

"Dimana permintaan maaf lo?" Tanya Ken. Mereka saling bertanya tapi tak saling menjawab.

"Maaf? Buat?"

"Masuk tanpa ketuk pintu"

"Minta maaf buat hal spele itu?"

"Kayaknya lo nggak diajarin sopan santun ya" Ucap Ken pada akhirnya, lalu menaruh gitarnya. Ia bangkit dari duduknya, melangkah mendekati Deandra diambang pintu kamarnya.

"Apa?" Tanya Deandra bingung melihat Ken mendekat.

"Minggir." Ucap Ken dingin, tanpa menatapnya.

"Hah?" Dean bingung sekali lagi.

"Lo ngalangin jalan gue," Ujar Ken lalu mendorong pelan tubuh Dean kesamping, dan berjalan melewatinya.

"Apa-apaan sih dia?!" Dean kesal.

***

Detik bagaikan sebuah kedipan, rasanya baru kemarin Dean sarapan bersama 'kakak'nya itu. Dan pagi ini pun mereka harus melakukannya lagi.

"Dean, mulai hari ini kamu nggak perlu naik bus lagi" Ucap Wina

"Kenapa?"

"Mulai hari ini kalian berangkat bareng, mama selalu khawatir kalau kamu naik bus sendiri."

"Maaf? Maksudnya aku harus memboncenginya?" Ujar Ken.

"Of course Ken, sebenarnya alasan Dean naik bus karena dia nggak bisa naik motor. Tapi sekarang mama rasa nggak perlu khawatir lagi"

"Nggak perlu. Aku lebih suka naik bus"

"Mama nggak ngizinin"

"Kalau gitu, aku nggak perlu izin untuk itu. Tenang ma, aku udah kelas dua SMA, bukan anak TK lagi." jawab Dean lalu memakai tas punggungnya.

"Aku berangkat" Lanjutnya, kemudian pergi.

Ken pun hanya menggeleng pelan melihat tingkah Dean yang semaunya.

"Dia memang keras kepala, dan selalu sesuka hatinya. Mama harap dia akan berubah, jaga dia di sekolah. Dia adikmu." Ucap Ibu Dean

Ken tidak banyak bicara, Ia hanya tersenyum tipis lalu berpamitan pada Ibunya.

Motor ninja bewarna merah melesat di parkiran SMA Angkasa. Semua mata tertuju padanya.

"Siapa dia?"

"Murid baru?"

"bule?"

"Ganteng banget!"

"Dasar sok keren," cibir Dean dalam hati, Ia baru saja tiba dan sekolahnya sudah heboh karena ulah 'kakak'nya itu.

Ken melangkahkan kakinya menuju kelas barunya, yaitu kelas dua belas ipa satu.

"Nama saya Ken. Saya pindahan dari Australia, salam kenal. Semoga kita bisa berteman baik." Ucap Ken tersenyum ramah.

Semua gadis bersorak senang. Sementara para pria hanya mentap Ken dengan tatapan iri. Iri karena parasnya yang begitu sempurna. Mata hitam pekat, alis tebal, hidung mancung, lesun pipit, kulit putih, serta badan yang tegap dan tinggi.

Ken pun memilih kursi paling belakang, tidak ada alasan tertentu. Hanya saja hanya itu bangku yang tersisa.

"Gue Amel, salam kenal Ken," Ucap gadis cantik yang duduk dibangku depannya, gadis itu mengulurkan tangannya pada Ken.

"Juga" Ken hanya tersenyum, dan mengacuhkan uluran tangan itu.

"Alex" Ucap pria yang duduk disebelah Ken.

"Ken" ken lalu mengulurkan tangannya pada Alex.

Bel istirahat berbunyi, Dean berjalan sendirian menuju kantin. Sendirian? Tak masalah baginya, Ia memang selalu sendiri sejak dulu.

Sementara Alex mengajak Ken untuk makan dikantin, dan para gadis diam-diam mengikuti mereka dari belakang. Sambil membahas tentang betapa tampannya Ken. Ken hanya mengabaikan suara-suara itu. Tak peduli.

Ken berpaspasan dengan Dean, tapi tak ada yang terjadi. Dean langsung berjalan lagi.

"Tch" Alex mendesis pelan. Tapi terdengar jelas ditelinga Ken.

ada satu hal yang menganggu pikirannya, kenapa 'adik'nya itu sendirian? Sedangkan kantin ini dipenuhi oleh banyak gadis yang sedang berbincang bersama. Entahlah, ia tak mau ambil pusing tentang itu. Kenapa juga Ia harus peduli?

Ken dan Alex tengah menyantap makanannya dengan lahap. Semua mata memang tertuju pada mereka. Tidak, tidak hanya pada Ken. Alex juga.

Alex adalah kapten basket di SMA Angkasa, sekaligus pria tertampan sebelum akhirnya Ken masuk sekolah ini. Alex dikenal sebagai pribadi yang dingin belakangan ini, tetapi dulu ia sangat disukai karena berkepribadian hangat. Ada satu hal yang mengubahnya, dan semua siswa di SMA Angkasa pun mengetahuinya.

Risih. Ken tidak pernah serisih ini dipandang ketika ia berada di Australia. Ia menatap sekelilingnya yang sedang makan sambil menatap dirinya. Menjijikan. Ken menangkap sosok Dean yang sedang makan sendiri sambil mendengarkan musik menggunakan headsetnya. Satu-satunya yang makan sendiri di kantin ini hanya Dean. Kenapa? Apa ia tak bisa bergaul atau bagaimana? Ah, kenapa juga Ken harus repot-repot memikirkan hal itu.

"Lo lagi ngeliatin adik kelas itu?" Amel tiba-tiba datang dan menaruh makanannya dimeja Alex dan Ken. Ken hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Namanya Deandra, dia emang cantik. Tapi kelakuannya busuk" Ucap Amel, lalu menyantap makanannya.

"Busuk?" Rupanya Ken terganggu dengan kata-kata itu.

Amel tersenyum, "Ya, amat busuk"

"Lo ini berisik ya?" Ucap Alex pada akhirnya

"Apa lo bener-bener ngerasa terganggu? Itu berarti lo belum bisa move on. Gue nggak ngerti lagi sama lo, padahal cewe itu yang udah bikin lo jadi es kayak sekarang"

Alex menaruh garpunya, lalu bangkit dan berjalan keluar dari kantin. Tersisa Ken yang untuk kesekian kalinya merasa bingung, ada hubungan apa antara Alex dengan 'adik'nya itu?
"Kenapa sih?" Tanya ken. Kali ini dia benar-benar bertanya, mungkin sudah terlalu penasaran.

Amel menyerahkan sebuah kertas, disana terdapat sebuah alamat.

"Dateng  kerumah gue. Butuh waktu lama buat ceritainnya. Gue jadi penasaran, apa lp tertarik sama Deandra? Maksud gue, kenapa lo perlu tau tentang kisah cinta mereka?" Amel tersenyum lagi, merasa menang.

"Tapi kalau lo emang perlu tau, lo bisa dateng kapanpun kerumah gue" Amel bangkit dari duduknya, lalu meninggalkan Ken. Ken yang sedang ditatap oleh Dean. Tapi pria itu tidak menyadarinya karena sibuk berkutat dengan pikirannya.

Jam telah menunjukan pukul lima sore. kegiatan belajar mengajar telah usai, para siswa mulai berhamburan keluar kelas, sebagian siswa masih ada yang memasukan buku kedalam tasnya. Dean salah satunya.

"Cepetan, gue pengen cepat-cepat ke parkiran sekolah ngeliat murid baru tadi" Ucap salah seorang siswi

"Dia emang ganteng banget ya" Ucap siswi lainnya, lalu mereka pun keluar dari kelas, menyisakan Dean yang memandang mereka dengan tatapan jijik sekaligus heran.

Ken menyalakan mesin motornya, semua mata tetap tertuju padanya.

"Gue rasa ga susah buat dapetin dia" Ucap seorang gadis dari kejauhan, Amel.

"Lo yakin banget Mel" Ucap teman Amel, Sisi namanya.

"Kita liat aja," Amel pun berjalan mendekati motor Ken.

"Ken!" Panggil gadis berambut pirang itu.

"apa?" Tanya Ken dari balik helmnya

"Lo bisa nganterin gue pulang nggak?" Tanya Amel dengan penuh kepercayaan diri. Ia lalu menatap jam yang melingkar dilengannya.

"Udah lewat dari jam empat, nggak ada angkot lagi" lanjutnya, menatap Ken penuh harap.

"Naik" jawab Ken. Ya, apa salahnya mengantar gadis itu? toh dia juga tidak benci padanya.

"Ketua Cheerleader emang selalu beruntung, tahun lalu Alex, dan sekarang Ken" Ucap salah seorang siswi, siswi itu berdiri tepat disebelah Dean yang juga melihat kejadian itu.

Setelah berdiam diri lama, Dean akhirnya berjalan menuju halte bus.

Dean tetap setia menunggu busnya datang, dia memang paling ahli dalam hal tunggu-menunggu. Ponselnya berdering, ada pesan yang masuk.

Dean menyentuh layar ponselnya, rupanya line dari Amel.

Amel: gue harap lo nggak ganggu yang ini. Ngerti kan?

Lalu ada foto punggung orang, Dean yakin sekali itu punggung Ken, karena Amel sedang berada di motor milik Ken saat ini.

Dean hanya tersenyum getir, ingatannya kembali pada satu tahun lalu.

Hari itu, jam sudah menunjukan pukul lima sore. Kegiatan belajar mengajar telah usai.

"Dean!" Panggil Amel, kala itu rambut Amel masih lurus, belum dimodif apapun seperti sekarang.

Dean tersenyum membalas sapaan kakak kelasnya itu.

"Lo keliatan seneng banget" Ucap Dean

"Iya dong, belakangan ini gue udah mulai deket sama orang yang gue suka"

"Kapan mau kasih tau siapa orang yang lo suka itu?" Ujar Dean, Ia kesal karena Amel tidak pernah memberitahu orang yang disukainya.

"Sebenernya gebetan gue udah suka sama orang lain, dia setiap hari cerita sama gue tentang gebetannya itu, tapi gue nggak tau siapa gebetannya. Dia nggak pernah sebut nama sih"

"Terus, gebetannya dia suka sama dia juga nggak?" Tanya Dean, penasaran.

"Kayaknya sih gitu," jawab Amel, pasrah.

"Tapi walau kayak gitu, gue nggak bakal nyerah" Amel tersenyum

Dean menepuk pelan bahu Amel,
"Gue dukung lo."

Hujan turun, Bus rupanya telah melewati Dean beberapa kali. Namun Dean tidak sadar, Karena sibuk mengenang masa-masanya dulu, bersama sahabatnya, dulu.

Continue Reading

You'll Also Like

14.6K 572 99
#3 in Komen 04-09-2021 #9 in Duniaoren 03-12-2021 Heyyo!🌈 Work ini dibuat khusus untuk kalian yang suka baca wattpad hehe Aku akan share cerita-cer...
282K 18.9K 19
Siapa si yang gak kenal sama VANILA di SMA Global World ? Pasti kenal! Vanila si troublemaker Vanila si tukang melanggar aturan Dan vanila si ceriah ...
213K 1K 105
Kumpulan-kumpulan cerita yang menurut saya menarik yang bergenre ROMANCE
1.7K 674 16
[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Silvia Priscilla tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya dia akan terikat oleh hubungan asmara dengan Dion d...