PARTNER

By dqueen_

8.3K 2.1K 236

"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki More

CAST
PROLOG
1. [Baru]
2. [Sekarang]
3. [Siapa?]
4. [Kelam]
5. [Pengakuan]
6. [Mr.Robot]
7. [Satu Kali]
8. [Pengakuan ke-2]
9. [Hening]
10. [Masalah Baru]
11. [Silang]
12. [Pesan]
13.[Kostum]
14. [Segitiga]
15. [Menyerah? Tidak!]
Iklan Sekejap [penting!]
16. [Detik-detik menuju UAS]
17. [Pertanda]
18. [Menuju Kebenaran]
19.[Gagal]
20. [Bandara]
22. [Jubah hitam]
23. [I'm your Riki]
24. [Siapa Dia?]
25. [Sepupu]
26. [Truth or Dare]
27. [Tahun Ajaran Baru]
28. [Cinta Lama]
29. [Dilla Kembali]
30. [Alasan Kembali]
31. [Drama Kecil ala Tobi]
32. [Tertangkap]
33. [Sulit]

21. [Terluka]

48 4 0
By dqueen_


Matanya jatuh di pandangan Kanya, tak lama dari itu dia memutuskan untuk menggenggam tangan gadis itu. Membawanya keluar dari drama yang dibuat oleh keluarga Reno. Genggamannya sangat erat, menelusuri setiap ubin demi ubin dan menghirup udara segar ketika keluar dari sana.

Kanya hanya mengikuti kemana Rizki akan menggenggamnya, menghela nafas perlahan, tak mengerti apa tujuan Rizki membawanya dengan diam. Kedua bola matanya hanya fokus memandang pangkasan helai demi helai rambut milik laki-laki yang menggenggamnya.

"Gua mau ngambil mobil, lu tunggu sini."

Kanya hanya mengangguk setelah mendapat perintah, perlahan Rizki melepas genggamannya dan berjalan menuju ke dalam parkiran dan beberapa menit kemudian sudah berada cukup dekat dengan Kanya dengan mengemudi mobilnya.

Kanya membuka pintu mobil,

"Eh, jangan masuk dulu!"

Kanya tampak tak mengerti lagi, benar-benar laki-laki yang susah ditebak.

"Tuh," ucapnya seraya mengarahkan jari telunjuknya ke seseorang, "ini karcisnya," sambungnya.

"Hah? Bayar parkir? Lu ga bisa apa ga bik ... "

"Sttt ... Jangan bawel, itu bapaknya udh nungguin," potong Rizki diikuti suara klakson dari mobil di belakangnya.

Dengan raut wajah yang masih kesal Kanya terpaksa mengeluarkan selembar uang dari slingbagnya. Dan dengan cepat masuk ke dalam mobil Rizki.

Mobilnya melaju dengan kecepatan standar, menghantam seluruh udara yang tak terlihat.

"Jadi, sebenernya lu mau ngomong apa?" Kanya memandang Rizki masih dengan raut wajah kesal.

Rizki diam, bola matanya tak mampu melihat Kanya, pikirannya kosong, otaknya tak mampu berputar, inikah saatnya?

"Awass ki!!"

Kanya membanting stir mobil Rizki hingga menabrak pohon besar, keduanya terbentur, Rizki terluka dibagian keningnya, dan seketika pingsan.

"Aww ... Sakit tau ga sih lu itu kalo nyetir ya hati-hati!"

"Eh bangun udah!"

"Lah ini dia pingsan beneran? Rizki ... Ki, wehh bangun! Jangan bercanda ki, gua ga bisa nyetir. Eh ki!" Kanya mencoba menyadarkan Rizki dari pingsannya namun Rizki tidak sadarkan diri juga.

"Astaga darah," pekiknya saat mendangakkan kepala Rizki. "Kanya tenang ... Kay tenang jangan panik, dia cuma pingsan. Aduh bunda Kanya harus apa? Minyak kayu putih iya minyak mana minyak." Kanya semakin meracau seyakin paniknya.

Tangannya meraih kotak P3K dengan gemetaran, semuanya berantakan, terjatuh ke bawah. Berulang kali Kanya mencoba menghela nafas, merilekskan dirinya.

"Kanya," ucap Rizki pelan seraya memijit perlahan kepalanya.

"Ih! Lu itu ya, gua panik tau ga! Gua gatau harus ngapain, gua ga bisa nyetir, gua takut lu kenapa-kenapa, gua takut ditempat sepi kaya gini, gua ... "

Rizki langsung memeluk kanya yang telah menangis ketakutan, diusapnya lembut helai demi helai rambut kanya.

"Kalo bercanda jangan keterlaluan, jahat, lu jahattt," pekik Kanya kembali dalam dekapan Rizki.

"Gua ga bercanda Kanya, gua juga gatau tadi gua pingsan. Udah ya, gua ada disini, jangan takut."

Perlahan Rizki melepas dekapannya, Kanya mulai tenang, air matanya yang mengalir sudah diusapnya, hanya tersisa mata yang sedikit memerah karna dia sempat menangis.

"Yaudah kita jalan pulang ya."

"Tapi itu kening lu harus di obatin dulu."

Rizki meraba luka pada keningnya, dan melirik acuh ke Kanya yang mengangguk perlahan.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai dirumah Kanya. Sore ini tampak terlihat mendung, akhirnya Rizki memutuskan untuk berdiam sementara di rumah Kanya. Kedua orang tua kanya menyambut mereka dengan hangat, namun kembali terfokus dengan memar di kening Rizki.

"Itu terbentur yah,"

Ayah segera mempersilahkan Rizki untuk masuk, sementara bunda menuju dapur untuk membuat sedikit minuman hangat dan kanya mengambil alkohol serta kapas untuk membersihkan luka pada kening Rizki.

Hujan mulai turun perlahan hingga terdengar semakin deras, minuman hangat yang kini dihidangkan bunda membuat atmosfer di sana semakin hangat, ditambah kanya yang sibuk memainkan jarinya dengan luka Rizki.

"Diminum ki teh nya."

Rizki mengangguk, namun sedikit mengernyitkan keningnya, mungkin terasa perih saat Kanya membersihkan dengan alkohol.

"Rizki tadi ngambil raport sama siapa?" tanya bunda yang sibuk mencari majalah.

"Sama tante bun, tapi udah pulang duluan."

"Dapat juara kamu?"

"Masih bertahan terus bun, juara 1."

Kanya mengernyitkan keningnya, "ngapain manggil bunda gua bun? Ikut-ikut aja lu!"

Bunda mencubit Kanya sedikit pada bagian lengannya,

Ayah dan Rizki hanya mampu menahan tawa atas prilaku Kanya, memanggil bundanya dengan sebutan bunda saja pantang bagi orang lain, duh kanya bundamu tetap akan menjadi bundamu bukan orang lain.

"By the way, liburan ada rencana kemana om?" Rizki kembali membuka obrolan.

"Entahlah, sepertinya tidak ada liburan tahun ini."

Kanya mengerucutkan bibirnya, wajahnya persis menyiratkan 'yah ayah'.

"Kalau aku ajak Kanya ke jogja gimana om? Ga Kanya aja si, tapi Rani dan juga teman-teman yang lain."

Kanya tampak gembira, jogja? Itu tempat dia di lahirkan. Bagaimana dia tidak mau ikut, disana sangat banyak kenangannya, apalagi dengan Riki.

"Nah, iya yah. Dari pada aku ga liburan. Boleh ya yah, please."

Ayah melirik ke arah bunda, mungkin meminta pendapat atas permintaan putri semata wayangnya itu. Bunda yang mengangguk segera meyakinkan ayah untuk memutuskan jawabannya.

"Boleh, tapi ingat! Jaga diri kamu baik-baik, jangan jauh dari Rizki. Kamu juga Rizki, mengemudi mobil tidak perlu dengan keadaan mengantuk, istirahat lah waktunya istirahat, kalau diperjalanan ada apa-apa segera hubungi om atau bunda."

Rizki mengangguk mengerti sedangkan Kanya mengoceh pelan,

"Kenapa ga boleh jauh dari dia, kan masih ada Rani dan yang lain."

"Karna yang mengajak kamu Rizki, jadi ayah mau Rizki menjaga kamu."

"Iya Kanya, bunda juga setuju sama ayah." Kanya semakin kesal. "Kira-kira kapan rencananya ki?"

"Kayaknya hari senin bun, sehari setelah hari ini berarti. Kan lumayan jauh juga, kita berangkat sore aja," jelas Rizki

Bunda mengangguk paham, tidak lama kemudian terdengar rintik hujan sudah mulai berhenti dan Rizki segera berpamitan pada ayah serta bunda, tak lupa dia mengingatkan kanya untuk mengabari  teman-teman yang lain untuk ikut liburan bersama mereka.

"Selamat sore bun, om. Rizki pamit yak," pekiknya dari dalam mobil dengan kaca yang terbuka.

🐤

Kanya sangat sibuk mengemas pakaiannya sampai dia tidak mendengar bel rumah berbunyi hingga beberapa kali, ya malam ini Rani akan menginap di rumah Kanya. Bunda akhirnya turun tangan untuk urusan ini, membukakan pintu untuk tamu anaknya, ya begitulah Kanya.

Rani segera mengetuk kamar Kanya dan membukanya, kebetulan kamarnya tidak terkunci.

"Astaga Kanya!"

Rani terkejut melihat seluruh inchi tempat tidur Kanya dipenuhi oleh pakaian, ditariknya koper yang dibawanya dan segera mengunci kamar Kanya. Kanya hanya bergidik ngeri, tak mengerti apa yang membuat Rani terkejut.

"Kanya, lu itu mau liburan apa pindahan? Ini juga pakaian dalem ngapain lu gantung di pinggiran tempat tidur gitu."

Kanya hanya tertawa kecil, "hehe, oh itu. Anu lho, gua bingung mau bawa yang mana jadi gua taro semuanya disini nanti tinggal milih." tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Pantes aja gua bunyiin bel berulang kali lu ga denger, sini-sini gua bantuin. Mana koper lu?"

Kanya menunjuk ke arah sudut kamarnya, koper biru yang berukuran sedang kini diraih oleh Rani. Rani membantu Kanya memilih pakaian yang akan dibawanya dengan keringat perjuangan. Bagaimana tidak? liat saja,

"Yang itu coklat."

"Gamau Rani aku maunya dua-duanya."

"Mau liburan ihh bukan pindahan, satu aja."

"Tapi dia itu gabisa di pisahin, aku tuh belinya 2 pasang," rayu Kanya.

"Kanyaaaa ... "

"Iyadeh ini."

Akhirnya kanya menyerah.

Selesai sudah, kini mereka merebahkan diri disana, di tempat tidur Kanya yang terbalut selimut lembut. Rani tertidur pulas, dan Kanya kembali tertawa kecil melihat Rani. Betapa sangat menyusahkannya dia bagi sahabatnya itu.

"Kalau di pikir-pikir, Rizki kenapa semakin lama semakin akrab sama aku? Ayah dan bunda juga, kan ga segampang itu mereka percaya sama orang baru, apalagi laki-laki. Apa mereka udah kenal lama? Tapi Rizki siapa? Saudara jauh? Ada yang ga beres ini kayanya."

Kanya perlahan duduk, sorot matanya terjatuh di liontin kalung yang menggantung di cermin riasnya. Kakinya melangkah kesana, menggapai liontin itu dan membukanya. Matanya tak mampu menampung kerinduan lagi, hatinya rapuh serapuh topangan kakinya. Dia terduduk di kursi riasnya, melihat dirinya dicermin, melihat air mata yang mengalir deras disana, dan melihat foto anak kecil laki-laki itu pada liontinnya.

"Tidak bisakah kamu menengokku sebentar saja? Aku rindu. Bahkan sangat"

🐤

Maafin pendek, sengaja akutuh.
Jangan lupa votement.

[Chapter 22] 👉

Continue Reading

You'll Also Like

448K 16.4K 30
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
Miss Rempong By UNI

General Fiction

3.8M 517K 57
Kinanti Wijaya atau orang-orang sering memanggilnya Kiwi merupakan mantan 3rd runner-up Miss Universe perwakilan dari Indonesia, semenjak menorehkan...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
133K 6.3K 37
Menguatkan Cinta dengan Bersama Melupakan Cinta karna Takdir sang pencipta. (Muhammad Faizan Zayyan Al-Gifari)