PERFECT SCANDAL

By -CheeseCake-

268K 27K 944

Hidup dalam keluarga yang jauh dari kata harmonis, membuat Prilly Axelia enggan untuk jatuh cinta pada siapap... More

Hello!
Prolog
[1] First Impression
[2] The First Day
[3] Punishment
[4] Punishment (2)
[5] Hujan
[6] Sorry
[7] Secarik kertas
[8] Hot Chocolate
[9] Tinggal lebih lama
[10] Another side of Prilly
[11] Hujan (2)
[12] Khawatir
[13] Nonton
[14] Berbeda
Hello! (2)
Hello! (3)
[15] Jealous?
[16] Suka?
[18] Siapa Kiara?
[19] Kiara itu..
BEST (BOY) FRIEND
BEST (BOY)FRIEND (2)
BEST (BOY)FRIEND (3)
[20] Prilly itu..
[21] Ketahuan
[22] Rasa
[23] Rencana
[24] Nembak Kiara?
[Out of topic]
[25] Realita
Anyway:)
[26] Hancur
[27] Fatal
[28] Bukan Kiara?
[29] Life must go on.
HALO KALIAN!

[17] Flashback

5.4K 580 9
By -CheeseCake-

Kelas pagi sudah berlangsung hampir setengah jam. Dan selama itu pula, tidak banyak yang Prilly lakukan selain membiarkan buku tulisnya terbuka begitu saja tanpa disentuh.  Penjelasan yang sedari tadi keluar dari bibir Bu Gretha, seolah Ia anggap angin lalu yang Ia biarkan masuk kedalam telinga kanan dan keluar melalui telinga kirinya. Begitu seterusnya. 

Hari ini, Prilly benar-benar enggan untuk menjadi anak yang rajin. Bahkan, belum ada setengah dari catatan dipapan tulis yang Ia selesaikan.  Entahlah, Prilly hanya merasa malas dan lebih memilih untuk menopangkan dagunya pada permukaan meja sambil memutar tanpa arah bolpoin yang saat ini tengah Ia pegang. 

Tanpa sadar, sebuah simpul senyum manis tersungging dari sudut bibir Prilly ketika memori ingatannya menarik dirinya untuk kembali pada kejadian semalam saat Ali membujuknya untuk pulang bersamanya. 

Selepas Prilly terisak dalam pelukan Ali, keadaan kembali hening. Baik Prilly maupun Ali tidak ada yang membuka percakapan, Prilly yang merasa canggung akibat tindakan yang barusaja Ia lakukan dan Ali yang memberikan waktu bagi Prilly untuk menenangkan diri. 

"Nggakpapa, kalo Lo masih mau nangis. Gue nggak akan ngelarang. Sini, nangis lagi di pelukan Gue." Ali membuka suara, akhirnya. Suara yang lembut dan mampu menggetarkan hati Prilly meskipun tak gadis itu ungkapkan. Namun Prilly hanya menggeleng pelan, Ia memperbaiki posisi duduknya untuk bersandar pada kepala ranjang yang membuatnya sedikit menjauh dari Ali.

Posisi Prilly itu membuat Ali bergerak mendekat, dengan senyum menawannya pemuda tampan itu menggerakkan tangan kanannya untuk merapikan rambut bagian depan Prilly yang terlihat berantakan. "Kalo gitu, hapus air mata, Lo. Nangis nggak bikin Lo keliatan cantik, Lo jauh lebih cantik kalo senyum."

Prilly tersenyum tipis mendengar penuturan manis Ali. Namun detik berikutnya, Prilly memilih untuk menyingkirkan paksa tangan Ali yang menyentuh wajahnya. "Basi ah, males gue. Pulang sanah." Bukan maksud Prilly untuk mengusir Ali, hanya saja, Prilly tidak ingin Ali mendengar pacuan jantung miliknya yang berdetak hebat saat Ali tadi menyentuhnya.

Malu kan, ya. 

"Yaudah, yuk. Kita pulang." Ali menyambut antusias ucapan Prilly tadi, dengan raut kebahagiaan. Tanpa sadar, saat ini tangan Ali bahkan sudah menggenggam erat tangan Prilly, bersiap untuk mengajak gadis itu pulang bersamanya.

Prilly menatapnya jengah dan menggeleng kuat, "Nggak ah, nggak. Lo aja pulang sendiri, Gue disini." Tolak Prilly yang seketika mampu mengubah ekspresi wajah Ali menjadi masam. 

"Gue kesini tuh mau ngejemput Lo. Kalo endingnya Gue pulang sendiri kaya gini mah, sama aja boong." Tukas Ali dengan raut wajah kesal yang terlihat jelas dari iris mata Prilly.

Melihat itu, membuat Prilly mendengus kesal, "Ya itu sih urusan Lo, Gue nggak peduli." Kali ini, Prilly menghentak keras tangan kanannya yang digenggam Ali, sehingga pegangan itu terlepas.

Prilly kira, Ali akan marah dan pergi dari hadapan Prilly. Namun spekulasi itu, melesat jauh. Ali justru semakin mendekat kearah Prilly, dan terus memohon agar gadis itu mau ikut dengannya. 

"Ayo ah Pril, pulang sama Gue."

"Enggak."

"Ntar Gue traktir ice cream, deh."

"Lo kira Gue bocah SD."

"Gue beliin balon, oke?"

"Didepan kompleks rumah Aul juga kalo sore banyak abang abang tukang jualan balon."

Ali diam sejenak, memikirkan apa lagi yang harus Ia katakan agar Prilly meluluh.

"Gue cium deh, gimana?"

"OGAAAAAAAAH!" Prilly berteriak kencang dan langsung menyembunyikan seluruh tubuh beserta wajahnya dibalik selimut tebal. "Lo mesum banget, sih!"

Tanpa Prilly ketahui, Ali terkekeh geli melihat respon Prilly yang terlihat kocak dimatanya. Namun buru-buru Ia kembali memutar otak, berfikir tentang apa yang dapat membuat Prilly mau kembali padanya. 

"Pril, Gue janji deh kalo Lo balik ke Gue. Gue bakal mengibarkan bendera perdamaian diantara kita, gimana?"

"Lo kebayang nggak sih, gimana serunya kita kalo seandainya damai? Kita bakal mulai semuanya dari awal, kita jadi temen, temen deket kalo perlu. Dan bakal terus kaya gitu."

"Biar Lo seneng, sekalian balon dan ice cream juga tetep Gue traktir deh. Gimana?"

Ali terus berceloteh hingga pada akhirnya, Prilly mulai membuka wajahnya yang semua Ia tutup rapat dengan selimut, gadis itu menatap Ali dengan tatapan menggemaskan seolah memastikan kebenaran atas apa yang tadi Ali katakan.

"Gue nggak bohong atuh,  janji?" Sekali lagi, Ali bersuara. Pemuda itu mengangkat jari kelingking kanannya tepat didepan Prilly,  mau tak mau sikap manis Ali itu mampu meluluhkan Prilly hingga membuat gadis itu menggerakkan kelingking kanannya dan mengkaitkannya pada kelingking milik Ali. Ia tersenyum dan berseru bahagia, "Janji ya!"

*****

Ali melambatkan laju motornya ketika Ia sudah memasuki kawasan kompleks perumahan elit di ibukota. Dan ketika Ia melihat sebuah taman kecil yang kini berada di sisi kirinya, Ali justru mengerem saat ada sesuatu yang membuatnya tertahan untuk memarkirkan motornya disini.

Ali segera melepas helm yang sedari tadi melindungi kepalanya, kemudian tak lupa baginya untuk merapikan rambutnya agar kadar ketampanannya meningkat. 

Setelah dirasa cukup, Ali lantas turun dari kemudi motor dan mulai melangkahkan kakinya berjalan menghampiri seorang Gadis yang tengah duduk manis disebuah ayunan yang saat ini sedang mengayun santai.  Meskipun gadis itu tidak menghadap kearahnya, namun Ali cukup yakin bahwa gadis itu adalah Kiara.

"Kiara?"

ucapan Ali ternyata mampu membuat Gadis itu membalikan tubuhnya saat Ia merasa ada seseorang yang memanggil namanya. Benar saja, Gadis itu Kiara. Cepat-cepat Gadis itu memberhentikan ayunan tubuhnya agar ayunan itu juga ikut terhenti, kemudian Ia tersenyum tipis kearah Ali. "Ngagetin banget sih, nyebelin."

Ali tertawa puas melihat respon Kiara sesuai dengan ekspektasinya. Gadis itu terkejut dalam hitungan detik, dan itu lucu. Setidaknya, begitu dimata Ali.

"Iya-iya maaf. Gue ayunin nih, sebagai tanda maaf gitu." balas Ali yang kemudian mendorong ayunan yang kini disinggahi Kiara, perlahan tapi pasti, tubuh Kiara menyertai gerakan ayunan itu. 

Kiara menikmati setiap ayunan yang disambut dengan hembusan angin pagi yang menyegarkan, benar benar terasa menyenangkan bagi pagi Kiara. "Inget nggak, sih. Dulu waktu kita kecil, hampir setiap sore kita main disini. Dan Lo nggak pernah absen buat ngeayunin Gue di ayunan ini, persis kaya gini. Nggak kerasa ya, sekarang kita udah gede. Nggak lagi bocah kaya dulu."

Ali terkekeh ketika dirinya juga ikut mengenang masa kecilnya seperti apa yang tadi Kiara katakan. "Habisnya Lo payah parah, sih. Naik ayunan sendiri, nggak berani."

Kiara mengerucutkan bibirnya kesal, namun tangannya tetap tak terlepas dari pegangan erat pada tali tambang yang dibiarkan diikat pada dahan pohon. "Ah, biarin. Bodo. Gue kan takut jatuh, nanti kalo jatuh pasti bak berdarah. Gamau, serem.."

Dan respon Kiara kali ini, benar benar membuat Ali tak dapat menahan diri untuk tidak tertawa. Pemuda itu memberhentikan ayunannya dan langsung berpindah posisi menjadi berjongkok dihadapan Kiara, hingga membuat gadis itu menatap bingung kearah Ali. Sementara yang ditatap, justru terlihat tenang dan mulai mengelus lembut pipi milik Kiara. "Selama Gue ada, Gue bakal terus jagain Lo, Ra. Gur nggak akan biarin Lo terluka sedikitpun, oleh apapun dan siapapun. Gue bisa pastiin itu."

Kiara tak membalas ucapan Ali barusan, Gadis itu lebih memilih untuk melingkarkan kedua tangannya pada leher jenjang Ali dan menikmati aroma maskulin milik pemuda itu.

Cukup lama mereka terhanyut dalam pelukan itu. Baik Ali maupun Kiara, keduanya sama sama merasa begitu nyaman. Hingga pada akhirnya, Ali mengalah ketika sifat jailnya mulai datang. "Udahan ah, pelukannya.  Malu tuh diliatin anak kecil itu, dikiranya mereka Lo lagi nangis kalo posisi kita kaya gini."

Dan perkataan Ali tersebut, sukses membuat Kiara merasa kesal setengah mati. Sebelum Gadis itu benar benar melepaskan pelukannya, Kiara sempatkan untuk mencubit keras lengan milik Ali hingga membuat sang pemiliknya mengaduh kesakitan. "Rasain, tuh. Lo mah jadi kakak nyebelin, banget!"

Masih sambil mengelus lengannya yang tadi Kiara cubit, Ali menaikkan sebelah alisnya dan menatap tajam kearah Kiara. "Oh jadi Gue cuma dianggep kakak doang?"

Otomatis,  Kiara mengerutkan dahinya dengan refleks. "Emang maunya dianggep apa, sih?"

Lebih.

Continue Reading

You'll Also Like

AZURA By Semesta

Fanfiction

215K 10.4K 23
Menceritakan sebuah dua keluarga besar yang berkuasa dan bersatu yang dimana leluhur keluarga tersebut selalu mendapatkan anak laki-laki tanpa mendap...
83.8K 8K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
405K 29.6K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
74.5K 8.1K 85
Sang rival yang selama ini ia kejar, untuk ia bawa pulang ke desa, kini benar-benar kembali.. Tapi dengan keadaan yang menyedihkan. Terkena kegagalan...