Prolog

16.9K 1.4K 42
                                    

Nuansa indah langit Ibukota pada malam ini, ternyata mampu memikat hati seorang Gadis untuk lebih lama menatapnya.

Dengan ditemani secangkir vanilla latte yang kini masih terasa hangat, Gadis itu termenung di balkon kamarnya dengan sorot pandang yang menerawang jauh.

Sesekali, Ia mengulum ulasan senyum sempurna tatkala mata hazel -nya memandang keelokan kerlap kerlip bintang ciptaan-Nya --Sang Khalik dengan segala kesempurnaannya.

Malam semakin larut, hal ini terbukti dari dinginnya angin malam yang kian menusuk permukaan kulit Gadis itu. Begitupula dengan suasana yang kini menyelimuti balkon kamarnya, benar-benar sunyi dan senyap. Bahkan, suara seduhan vanilla latte milik Gadis itu seakan hanya beradu dengan terpaan angin malam.

PRANG!

Kesunyian yang semula menyelimuti atmosfir balkon kamar Gadis itu sontak pecah oleh suara yang memang tak asing (lagi) baginya.

Gadis itu menghela nafas.

Dengan sigap Ia memilih untuk segera masuk ke kamar. Menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang, sesaat setelah meletakkan secangkir vanilla latte -nya pada nakas disamping ranjangnya.

Kemudian, Gadis itu membalut tubuhnya dengan selimut tebal yang Ia biarkan menutupi seluruh tubuhnya.

Dan yang terakhir, tak lupa baginya untuk langsung meraih iPod dan membiarkan dentuman drum juga petikan gitar listrik berlomba-lomba memenuhi gendang telinga Gadis itu melalui lagu Rock Me milik One Direction yang Ia biarkan terus menghentak keras.

Detik berikutnya, Gadis itu memejam sejenak. Ulasan senyum sempurna yang semula menghiasi paras cantiknya kini tergantikan dengan seringaian getir yang dipadukan dengan suasanya hati yang bergemuruh.

Sebenarnya, Gadis itu tidak cukup bodoh untuk menyadari bahwa ini semua tidak berarti apa-apa

Gadis itu tahu bahwa balutan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya, juga dentuman keras musik yang menghentakkan telinganya tak lebih dari sekedar bentuk usaha Gadis itu untuk meng-kamuflase-kan segalanya.

PRANG!

Indra pendengaran Gadis itu menangkap sesuatu yang memekak.

Bunyi itu lagi.

Bunyi terlaknat yang selalu Ia harap akan hilang terbawa gelapnya malam.

BRAK!

Bantingan pintu penuh amarah yang kemudian samar-samar diikuti oleh suara isakan tangis yang begitu menyayat hati tertangkap sempurna pada indra pendengarannya.

Gadis itu sudah tidak tahan lagi berdiam diri, bersembunyi seolah tidak ada sesuatu apapun yang terjadi.

Ia segera menghempaskan selimutnya kasar juga melepaskan iPod yang semula bertengger di telinganya.

Dengan tenaga yang ada, Gadis itu segera berlari menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai kamarnya dengan lantai dasar. Ia yakin, suara laknat itu berasal tak jauh dari sini. Langkah kakinya, terhuyung untuk menyusuri setiap ruang yang ada.

Ruang tamu

Kamar tidur papa

Kamar tidur mama

Namun..

Kosong!

Indra penglihatannya tidak menangkap ada sesuatu yang salah disana. Semuanya tampak baik-baik saja.

PERFECT SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang