JUNI

De vanillahimalayacat

590K 28.6K 1.4K

[WARNING] [Harap bijak membaca cerita ini. Terima kasih.] Juni adalah seorang perempuan biasa yang tidak jauh... Mais

= PROLOG =
= SATU =
= TIGA =
= EMPAT =
= LIMA =
= ENAM =
= TUJUH =
= DELAPAN =
= SEMBILAN =
= SEPULUH =
= SEBELAS =
= DUA BELAS =
= TIGA BELAS =
= EMPAT BELAS =
= LIMA BELAS=
= ENAM BELAS =
= TUJUH BELAS =
= DELAPAN BELAS =
= SEMBILAN BELAS =
= DUA PULUH =
= DUA PULUH SATU =
= DUA PULUH DUA =
= DUA PULUH TIGA =
= DUA PULUH EMPAT =
= DUA PULUH LIMA =
~ ANNOUNCEMENT ~
= DUA PULUH ENAM =
= DUA PULUH TUJUH =
= DUA PULUH DELAPAN =
= DUA PULUH SEMBILAN =
= TIGA PULUH =
= TIGA PULUH SATU =
= TIGA PULUH DUA =
= TIGA PULUH TIGA =
= TIGA PULUH EMPAT =
= TIGA PULUH LIMA =
= TIGA PULUH ENAM =
= TIGA PULUH TUJUH =
= TIGA PULUH DELAPAN =
= TIGA PULUH SEMBILAN =
= EMPAT PULUH =
BUKAN UPDATE SIH, TAPI SEKILAS INFO AJA
= EMPAT PULUH SATU =
= EMPAT PULUH DUA =
= EMPAT PULUH TIGA =
= EMPAT PULUH EMPAT =
= EMPAT PULUH LIMA =
= EMPAT PULUH ENAM =
= EMPAT PULUH TUJUH =
= EMPAT PULUH DELAPAN =
= EMPAT PULUH SEMBILAN =
= LIMA PULUH =
= LIMA PULUH SATU =
= LIMA PULUH DUA =
= LIMA PULUH TIGA =
= LIMA PULUH EMPAT =
= LIMA PULUH LIMA =
= LIMA PULUH ENAM =
= LIMA PULUH TUJUH =
= LIMA PULUH DELAPAN =
LIMA PULUH SEMBILAN
= EPILOG =

= DUA =

17.8K 774 12
De vanillahimalayacat

Sekarang benar-benar menjadi suasana canggung sepenuhnya. Juni makan dengan diam dan sesekali melirik Mira dan Akmal yang sedang saling tatap. Juni pun melirik ke arah Ega. Dan cowok berkacamata itu malah bersikap seolah-olah menjadi orang asing di meja itu. Hoi, kok gitu?

"Mira, aku-"

"Apa? Kita udah nggak ada hubungan lagi, jadi kenapa kemari?" Terdengar nada sinis dalam kalimat Mira.

"Aku tau aku layak untuk kamu benci, tapi please maafin aku. Aku emang salah waktu itu. Tolong, maafin aku." Akmal menunduk, wajahnya terlihat muram.

Mira mengaduk minumannya. Menyesapnya sebentar dan menatap Juni dan Ega. Melihat Juni yang baru saja selesai makan dan sekarang sedang meminum air mineralnya. Mira udah tidak betah.

"Kamu udah selesai makan, kan? Yuk kita pulang!" Mira sudah menyambar tasnya di samping Ega.

Juni langsung kebingungan, tetapi tetap menurut aja dengan ajakan Mira. Ega pun juga begitu. Bahkan dia udah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas sebelum Mira mengajak mereka pulang.

Ketiganya pun berdiri dan mulai berjalan meninggalkan meja. Sedangkan Akmal masih berdiri terpaku di tempatnya. Saat sudah sampai di ujung lorong kantin, Juni sedikit menoleh ke belakang. Dilihatnya posisi Akmal masih sama, hanya berdiri diam. Juni pun kembali menatap Mira yang hanya menatap lurus ke depan.

"Hei, Mir, apa nggak sebaiknya kamu maafin dia?" Tanya Juni.

"Enggak."

"T-Tapi kalian juga udah putus. Setauku sih nggak masalah juga memaafkan dia." Ucap Juni sedikit tidak enak.

Mira menghentikan langkahnya. Sontak Egi dan Juni juga ikut berhenti.

"Kamu lupa ya dengan apa yang dilakukan si brengsek itu sama aku?" Mira menatap Juni

"Eh, i-itu, tentu aku tau. T-tapi kan kejadiannya udah lama. Bukannya apa-apa sih tapi nggak baik juga buat hati kamu kalo memendam rasa marah berkepanjangan.." Juni mencoba untuk menjelaskan.

"..."

"Juni ada benarnya kali, Mir. Ngapain juga sih kamu masih marah sama Akmal. Kalian kan udah selesai juga. Toh Akmal juga udah minta maaf berkali-kali." Ucap Ega.

"Kamu belain cowok itu, Ga?!" Selidik Mira.

"Oke, aku akan jujur. Iya, aku belain dia. Walaupun nggak ngerasa langsung jadi kayak dia, setidaknya dia udah berjuang buat minta maaf sama kamu. Tolong hargai perasaannya juga. Siapa tau dia itu benar-benar tulus ingin meminta maaf sama kamu." Ega melipat tangannya di depan dada.

"..."

Terjadi keheningan. Mira menoleh ke arah lain. Tanda dia malas untuk mendebatkan suatu hal. Juni pun masih menatap cemas pada Mira. Hanya Ega aja yang wajahnya masih kalem-kalem aja menunggu respon sahabat keras kepalanya.

"Tolong buat masalahku, biarin aku berpikir jernih dulu." Ucap Mira lirih.

Juni menghela napas. Dia pun melangkah maju dan memeluk Mira. Menyalurkan rasa sayangnya untuk gadis itu agar rasa marah gadis itu lenyap pasca dia bertemu dengan Akmal. Ega pun menurunkan tangannya. Salah satu telapak tangannya ia taruh di bahu Mira dan mengelusnya pelan.

"Jangan terlalu lama membenci dan memendam amarah." Pesan Ega.

Dan anggukan kecil dari Mira menjadi kesepakatan akhir di sepanjang perjalanan pulang ketiganya.

***

Malam ini cuaca sedang tidak bersahabat. Sehabis pulang dari kampus hingga tiba di rumah, Juni sukses kehujanan. Apesnya lagi, ketika sampai rumah, sedang terjadi pemadaman listrik bergilir. Juni semakin mengerutkan dahinya. Pengennya sih dia mencak-mencak dan membanting apa aja dalam rumah karena kesal. Ya gimana nggak kesal kalo ternyata nanti malam ada kuis online yang harus diikutinya.

"Ma, masih lama ya pemadaman listriknya?" Dalam cahaya remang-remang, Juni bertanya pada mamanya yang duduk di ruang tengah.

"Tadi Mama telepon pihak PLN sih katanya jam delapan udah dinyalain kembali kok, sayang."

"Gitu ya. Haduuh..." Gerutu Juni.

"Kenapa emangnya?" Tanya Mama balik.

"Aku nanti ada kuis, Ma. Kuis matkul ekologi kota. Kalo nggak ikutan kuis, nanti nilai UAS bakalan jelek." Juni mulai melangkahkan kakinya dari kamar untuk menuju ke tempat mamanya.

"Kuis online? Kan kamu bisa keluar ke cafe atau warnet buat cari koneksi internet."

"Juni males keluar kalo hujan kayak gini. Pengennya Juni pake wifi rumah aja."

"Oh gitu. Lha terus kamu gimana dong? Katanya kalo nggak ikut kuis nggak bisa dapet nilai?" Tanya Mama.

"Tadi sebenernya mau pake hospot portable, tapi hp Juni baterainya tinggal 10%. Nanti bakalan mati kalo semisal tetep aku paksa buat pake hotspotnya." Juni merekatkan kakinya dan menekuknya ke atas. Dia merasa kedinginan.

"Duh kamu ini ya gitu. Udah tau kalo bakalan ada kuis, lain kali kalo bisa baterai hp jangan sampai habis. Jadi kesusahan sendiri kan kamu." Tutur mamanya pelan.

"Em, iya Ma, lain kali aku bakalan charge hpku kalo tinggal sedikit."

Mama Juni hanya mengangguk sekilas. Selepas itu, hanya suara hujan bercampur kilatan petir saja yang terdengar. Juni melirik ke arah Mamanya yang hanya duduk bersandar di sofa. Juni pun mengikuti hal yang sama.

"Juni, gimana kuliahmu? Gimana proposal skripsimu?" Tanya Mama tiba-tiba.

"Oh, baik-baik aja kok, Ma. Ini proposal kata dosen pembimbingku udah baik, mungkin minggu depan aku bakalan sidang proposal skripsi." Jelas Juni.

"Oh, syukur deh kalo gitu. Terus," Mama memberi jeda, "kamu udah punya pacar belum Jun?"

Juni yang mendapat pertanyaan tersebut, langsung menoleh dan mendapati mamanya sedang menatapnya dengan pandangan tanya. Terlihat dengan jelas raut wajah penuh rasa penasaran. Juni mendadak berdeham kecil.

"Ehem, yaa, gitu, Ma. Masih belumlah. Juni mau fokus kuliah sampe selesai dulu, baru kalo udah lulus sekalian cari pacar sambil kerja." Untung listrik padam, coba aja jika tidak. Mamanya pasti akan mendapati wajah anak gadis satu-satunya itu berwarna merah.

"Kok gitu sayang? Yakin nih kamu nggak mau cari pacar? Nanti pas wisuda kamu baper lagi liat temen-temenmu udah punya pasangan semua. Hihihi." Mama terkikik geli.

"Enggak, nggak bakalan, Ma."

PIP

Lampu menyala. Juni langsung bangkit dari duduknya dan berlari menuju kamar. Ini adalah kesempatan baginya sebelum kuis berlangsung. Mamanya pun hanya menggeleng kecil.

***

Kuis telah selesai. Juni langsung bersandar di kursinya. Masih memikirkan soal yang tadi diberikan dosennya. Untung aja dia udah belajar sebentar sebelum kuis mulai. Ketika dia bangkit dari duduknya, suara ponselnya bunyi. Ada pesan masuk.

Niar Miranda: Soalnya sulit bgt 😭 Semoga uas aman 🙏

Juni tersenyum sekilas.

A. Juniara: semoga 😇

Niar Miranda: kamu kan udah pinter. pasti ipk semester ini naik deh. Ikut mawapres gih 😋

Juni belum membalas pesan Mira. Terngiang dalam benaknya jika berkaitan dengan mawapres. Haruskah dia ikut?

Memang sih Juni udah layak menjadi kandidat yang memiliki syarat untuk maju sebagai perwakilan mahasiswa prestasi. IPK yang dari semester satu hingga lima selalu naik secara bertahap, terkadang juga aktif mengkuti kegiatan lomba lainnya seperti PKM, dan dia juga termasuk sebagai anggota dari organisasi mahasiswa tingkat jurusan di kampusnya, kepala bidang keilmuan. Jadi kenapa dia tidak mencobanya?

A. Juniara: Harus kah? Aku nggak pede ikutan kyk mawapres gitu.

Niar Miranda: why? kamu sosok sempurna buat jadi mawapres idaman. cantik, pintar, baik hati, ramah, aktif organisasi pula.

A. Juniara: km gombalin aku ya barusan? 😆

Niar Miranda: 😑
Niar Miranda: pdhl aku muji kamu lho

A. Juniara: iih.. 😘 makasih kesayangan

Juni pun akan menaruh ponselnya ketika tiba-tiba pesan singkat Mira membuatnya termenung sejenak.

Niar Miranda: Jun, aku mau curhat ttg Akmal

Ekspresi wajah Juni menjadi berubah.

Niar Miranda: Akmal telpon dan chat aku terus. ini tadi dia jg terlihat berdiri di depan pagar rumahku.
Niar Miranda: Aku nggak ingin berurusan sama dia lagi.
Niar Miranda: sebenernya aku pun masih sayang dia. Cuma kesalahannya dulu itu masih membekas. Aku harus gimana?

Juni yang membaca isi pesan Mira mendongakkan wajah, menatap langit lewat jendela kaca kamarnya. Malam terlihat gelap tanpa bintang. Bahkan bau hujan masih tercium tajam. Juni memejamkan matanya sejenak. Hingga tangannya pun tergerak untuk membalas pesan Mira.

A. Juniara: Kenapa kamu harus menghindari Akmal kalo sebenernya kamu masih sayang dia?

Entah kenapa, setelah pesan itu terkirim, ada sesuatu dalam hati Juni yang berbisik lirih mengadu padanya tentang rasa sesak.

***

Continue lendo

Você também vai gostar

30.5K 2.2K 36
[Book 1 of XOXO Series] "Mungkin, menikah denganmu itu merupakan keputusan paling benar yang pernah kuambil seumur hidupku. Jadi, kalaupun bisa mengu...
1M 64K 27
"cuma kamu yang bisa bantu papa" "aku?" "menikah lah dengan nya" kembali ke negara asalnya setelah melewati berbagai kesulitan adalah hal terburuk...
523K 28.2K 43
Bagi Sam, Hanah adalah alat yang ia perlukan untuk membuat kakek memilihnya menjadi penerus bisnis keluarga. "Buktikan pada kakek bahwa kamu bisa mem...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...