Don't Call Me 'Akage'!

By feliciaputri31

242 34 12

Berawal dari rambut merahnya, Lainne harus menumpuk amarah pada orang yang sama setiap harinya. Ia yang awaln... More

Prolog
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Epilog

Nine

14 2 1
By feliciaputri31

"Tidak apa-apa?"

"Kalau apa-apa, takkan kuulurkan tangan ini." Balas Tetsuya. "Ayo cepat."

Lainne menarik tangan itu dan ia berdiri. Ia menyadari sesuatu saat berjalan naik. Ah, ternyata benar. Aku merasa aneh saat dipanggil 'Lainne' tadi olehnya. "Hayashi."

"Hmm?"

"Panggil aku seperti biasa saja."

"Ah? Bukannya kau tidak suka?" Tanya Tetsuya heran.

Lainne terdiam. "Sudah terbiasa."

Tetsuya tidak percaya itu alasannya, tapi ia mengangguk. "Baiklah kalau itu maumu."

Lainne tersenyum. "Thank you."

Mereka mendaki sisa anak tangga itu dalam diam, karena bicara hanya akan menghabiskan napas mereka. Sesampainya di puncak, Lainne segera jatuh terduduk di bangku batu terdekat. "Aah, enaknya duduk!"

Tetsuya sudah sibuk sendiri melihat pemandangan sekelilingnya dan mengambil foto. Pepohonan rimbun dan dekorasi batu kuil mengelilingi mereka.

Lainne memperhatikan gerak-gerik Tetsuya, ayunan rambutnya yang tertiup angin dan ekspresi wajahnya. Ia tersenyum dan tanpa sadar berkata, "Kau tahu, Hayashi, kalau sikapmu sedikit lebih baik saja selama 10 tahun ini, kurasa hubungan kita juga bisa lebih baik."

Tetsuya menoleh, "Maksudmu hubungan yang lebih baik?"

"Seperti hari ini?" Sahut Lainne.

Tetsuya mengedikkan bahunya. "Oh, ngomong-ngomong, kalau kau memintaku memanggilmu Akage, kau juga harus memanggilku Tetsuya."

"Akage kan bukan namaku. Kenapa aku harus memanggil namamu?" Sahut Lainne heran.

"Kan terserah permintaanku." Balas Tetsuya seenaknya sendiri.

Lainne mengernyit kesal. "Kalau begitu Tetsu-chan saja."

"Kok -chan?"

"Lalu mau apa?"

"Tetsuya."

"Oke, fix, Tetsu-kun." Sahut Lainne nyengir.

Tetsuya menghela napas. "Lebih baik." Lalu ia duduk di sebelah Lainne. "Aku sudah foto banyak. Cukup kan?"

Lainne melihat koleksi foto di kamera Tetsuya. "Cukup kok."

Setelah mengantongi kamera itu, Tetsuya mengeluarkan ponselnya. "Kurang."

"Hah?" Lainne menoleh, tepat saat Tetsuya mengangkat ponselnya ke depan mereka berdua.

"Say cheese!"

Cekrek!

Satu foto terambil tepat saat Lainne menoleh kembali ke arah ponsel. Ia mengerjap terkejut. "Eh? Tunggu tunggu! Ulang!"

Ganti Tetsuya yang terkejut. "Ulang?" Dia mau foto denganku?

"Iya! Ayo!" Sahut Lainne.

Foto kedua terambil. "Lebih baik." Ujar Lainne mengangguk puas. "Kirimkan padaku."

Tetsuya tersenyum gembira. "Oke."

* * *

"Rei-chan!" Lainne berjalan sambil melambaikan tangan pada Rei di kejauhan.

"Lainne, kau tidak naik sampai ke puncak?" Tanya Rei heran.

"Naik. Memang kenapa?"

"Cepat sekali kau kembali. Biasanya memakan satu dua jam kan?" Ujar Takumi.

Lainne dan Tetsuya mengernyit. "Bukannya kalian yang meminta untuk cepat kembali?"

Setelah menyelesaikan keinginan mereka membeli suvenir dan jajanan, mereka kembali ke penginapan. Berhubung masih ada waktu, mereka dapat membersihkan diri dan membenahi barang mereka.

Lainne termasuk orang yang cepat berbenah, sehingga saat Rei masih mandi, ia sudah selesai. Ia berjalan menyusuri lorong dan melihat ke luar jendela. Jalan di luar cukup ramai, mengingat penginapan mereka di jalan yang cukup sibuk.

"Out of all places, kenapa sekolah memilih penginapan yang sekitarnya seperti era samurai-samurai ya?"

"Lebih asyik kan?" Sahut Tetsuya yang tiba-tiba muncul sambil mengangkat hoodie yang dipakai Lainne.

Lainne hanya mengangguk asal sambil menurunkan hoodie-nya karena perhatiannya terpaku pada anak kecil di seberang jalan yang berlari masuk ke gang kecil. Lainne merasa ada yang janggal. Perasaan apa ini? Aku seperti diamati dari jauh.

"Tetsuya, ada cewek bule seksi di sana!" Seru Takumi sambil berlari-lari mendekat.

Lainne hanya menghela napas kesal menatap kedua cowok yang berlari keluar dengan harapan melihat cewek bule itu. Ia sendiri yang penasaran dengan yang dimaksud dan mencari lewat jendela di sebelahnya, berhubung ia malas keluar penginapan.

Namun rasa ingin tahunya hangus begitu ia melihat siapa yang dimaksud. Memang benar cewek itu seksi, tinggi dan cantik, tapi semua itu tidak dipedulikannya saat ia tahu cewek itu sumber perasaan tidak enaknya itu.

Bulu kuduknya merinding, keringat dingin membasahi punggungnya, tangannya mengepal hingga buku jarinya memerah. Otaknya tidak bisa berkata apapun, tapi insting binatangnya masih bekerja.

Lari.

Lainne berjalan cepat keluar. Diabaikannya sapaan teman-teman dan guru. Ia tak bisa berpikir apapun selain keluar dari tempat itu sekarang juga. Orang-orang di sini tak boleh terlibat apalagi tahu, terutama Tetsuya.

Kenapa aku begitu keras menyembunyikan ini darinya? Memangnya kenapa kalau ia tahu? Begitu ia tiba di pintu keluar, ia melihat cewek itu menatap tepat ke arahnya.

Refleks ia segera memakai hoodie-nya hingga sebatas mata dan berjalan ke arah kerumunan orang di jalan, secepat yang ia bisa. Dari sudut matanya ia tahu cewek itu tidak mengikutinya, tapi itu tidak cukup untuk membuatnya berhenti berjalan.

Dan benarlah, begitu ia berbelok, cewek itu sudah dengan santainya duduk di atas gentong sambil merokok, seperti sudah menunggu kedatangannya sejak lama.

"Hi, I've been waiting for you, Lainne." Sapanya dengan suara manisnya.

Lainne tak membalas dan hanya menatap nanar ke arahnya. Banyak pertanyaan berkecamuk dalam otaknya, namun bahkan suaranya tak keluar.

"I know you understand why I'm here today, don't you?" Ujarnya lagi.

"To bring me back to Paris." Balas Lainne setelah menenangkan diri. "But I believe you know my answer, Henrietta."

"Well, of course. But do you really expect me to say 'Go ahead'? You remember how I do things right?" Sahut Henrietta tersenyum tajam.

Lainne terdiam. Tentu saja ia ingat. Bagaimana ia bisa lupa?

* * *

Pertemuan pertamanya dengan Henrietta adalah 10 tahun lalu, saat keluarganya masih utuh.

Saat itu pulang sekolah, ia melihat sebuah mobil tidak dikenal terparkir di depan rumahnya. Begitu ia akan membuka pagar, pintu terbuka dan dilihatnya ibunya keluar dengan anak seumurannya dan seorang pria.

"Ah, Lainne! Come see your cousin, Henrietta!" Ibunya memanggil dengan senyum gembira.

Lainne mendekat ketika anak itu melompat ke arahnya. "Hi! I'm Henrietta, nice to meet you."

Begitulah pertemuan pertama mereka. Saat itu libur musim panas di Prancis, jadi adik ibunya, Gilbert dan anaknya, Henrietta, mengunjungi mereka di Jepang selama beberapa minggu.

Awalnya Lainne merasa cocok dengan Henrietta yang ternyata lebih tua darinya lima tahun. Sampai suatu malam, saat ia dalam perjalanan kembali ke dunia mimpi, ia mendengar suara ibunya dan Gilbert berbicara.

"Why can't you go back, Rose? We need you." Ujar Gilbert.

Lainne yang tidak bisa menahan rasa ingin tahunya berjingkat ke pintu dan menempelkan telinganya sekeras mungkin ke lubang kunci untuk mendengar lebih jelas.

"I've told you a thousand times that I hate it there. It's so suffocating being a princess." Jawab ibunya. "Beside, as long as old man alive, I don't think he'll accept me back. Not that I'll accept him either though."

"That's not the problem. You can't mix your feelings to the company." Balas Gilbert.

Ibunya mendesah keras. "Gilbert, if you're worried about the next director, you be it."

"I'm not worried about that." Gilbert berucap. "It's about Henrietta. She had a bad health. We need Lainne to be the next director."

Baik ibunya maupun Lainne sendiri terbelalak kaget. "Apa?!"

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 75.3K 34
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
585K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1M 16K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+