STAYED

By Eunoiakaiya

24K 1K 69

Karna peristiwa itu, yang jauh menjadi dekat. Dan yang dekat justru pergi meninggalkannya. More

1» Awal Mula «
2»Tak Terlihat«
3»Why You?«
4»Senyuman«
5»Need Him«
6»Kebersamaan«
7»Kebersamaan(2)«
8»Ia Pergi«
9»Give Up«
10»Keajaiban«
11»The Sun«
12»Stay with Me«
13»Seandainya«
14»Kritis«
15»Sebuah Pertemuan«
16»Nothing«
Chapter 17
18»Its Over«
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Part 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Time to relax II
Chapter 39
Thank You!

Chapter 28

446 22 3
By Eunoiakaiya

Next part ending
Yes or no?

****

Elang berjalan mengikuti perempuan didepan nya yang sedang sibuk mencari buku yang di butuhkan nya.

"Nyari apa sih?" Tanya Elang dari belakang. Kedua tangan nya dimasukan ke dalam saku celana abu-abu nya. Sambil memperhatikan buku-buku tebal yang tertata rapi di rak berwarna coklat itu.

Cellin menghentikan langkah nya. "Nyari kamus Inggris." Jawab Cellin.

"Bukan nya punya?"

Cellin menggeleng memajukan bibirnya cemberut. "Ilang." Ujarnya.

"Tempat kamus mah disitu sayang," Ujar Elang santai dan berjalan berbalik menuju tempat yang dimaksud nya.

Tak menyadari perkataan nya mampu menghentikan detak jantung Cellin beberapa detik. Perempuan itu menarik nafas dan membuang nya perlahan.

Menatap cowok itu di tempat, sedang mengangkat tangan nya memanggil.

Cellin menutupi rasa malu nya. Dan berjalan mendekat.

"Nih, mau yang mana?"

Cellin tak menjawab, Ia lebih memfokuskan dirinya pada Kamus-kamus yang tertata berurutan di atas meja.

Sedangkan Elang hanya mengambil buku, lalu membaca judul nya dan kembali meletakkan nya. Berulang-ulang sampai akhirnya Cellin selesai dengan urusan Kamus nya.

"Yuk!" Ajak Cellin, berjalan menuju tempat pembayaran.

"Sini, mana?" Tanya Elang.

Cellin menghentikan langkah nya menatap bingung Elang. "Apanya yang mana?"

"Kamus lo,"

"Ini...?" Cellin mengangkat kamus kecil di tangan nya. Menunjukan pada Elang.

"Biar gue yang bayar." Ujar Elang mengambil kamus itu dari tangan Cellin dan berjalan.

"Eh?"

****

Keadaan menjadi hening setelah perdebatan panjang soal pembayaran kamus.

Mereka berjalan beriringan, memperhatikan suasana tempat pembelanjaan yang semakin ramai.

"Elang."

"Ya?"

"Gue mau ngomong..."

"Ya udah ngomong aja."

"Gak sambil jalan gini, Lang." Cellin memperhatikan jalan nya, takut akan menabrak orang didepan karna terlalu sibuk bicara dengan Elang.

Elang menarik pelan tangan Cellin, menaiki lift. "Kita mau kemana?"

"Rooftop."

"Gila lo. Mana bisa!" Seru Cellin.

"Kalo sama Elang. Gak ada yang gak bisa." Ucap Elang menyeringai.

Cellin menghentikan langkah nya tiba-tiba sehingga membuat tubuh Elang tertarik ke belakang.

"Kenapa?"

"Disini aja. Gue gak mau kesana."
Elang sejenak berpikir dan menggangukan kepala nya."Oke,"
Cellin menarik tangan nya dari genggaman Elang. Dan berjalan menuu kursi panjang yang tak jauh terletak di sekitar mereka.

"Gue gak bisa gini terus. Dan lo juga gak bisa giniin gue terus, Lang." Ucap Cellin tegas ketika keduanya terduduk bersampingan.

Elang terdiam. Ia sudah tau maksud dari pembicaraan ini.

"Lo suka sama Acha. Tapi, kenapa harus gue yang jadi permainan lo? Mungkin kemaren gue udah bilang ke lo, gue tau maksud lo deketin gue. Dan gue setuju untuk membantu lo untuk...apalah itu!

Kita gak bisa gini terus, Lang. Cara lo tuh salah! Lo bersikap kayak gitu malah bikin perasaan gue jadi campur aduk! Gue gak bisa berhenti menyukai lo kalau sikap lo menunjukan seakan-akan lo menyukai gue. Padahal mah? Enggak." Ucap Cellin emosi.

"Maafin gue. Gue gak tau harus gimana."

"Lo terlalu polos untuk memperjuangkan seseorang, tapi sangat cerdik untuk mempermainkan seseorang. Lo tuh jago nya." Cellin tertawa kecil karna perkataan yang sangat jujur mengenai cowok disamping nya.

Elang turut tertawa, menertawakan perkataan Cellin yang sangat tepat mendeskripsikan dirinya. Masa bodoh dengan orang yang berlalu lalang di depan mereka.

"Gue gak mau jadi dinding diantara kalian. Lo ngerti 'kan maksud gue?"

Elang mengganguk.

"Perjuangin dia, Lang."

****

"Aku jadi lebih lega untuk ninggalin kamu disini."

"Kenapa?"

"Aku udah punya jawaban yang pasti, dari satu pertanyaan yang selama ini kamu jawab dengan keraguan. Tapi, malam ini kamu udah serius dengan jawaban kamu. Dan aku gak akan lagi mempertanyakan hal itu lagi nanti."

Acha tersenyum lebar dan membawa dirinya kedalam pelukan Dimas. Yang Ia rasakan saat ini adalah perasaan lega. Rasa lega karna satu masalah terselesaikan dengan baik. Tidak ada yang harus tersakiti.

"Kamu jaga diri disana. Jangan lupa kasih kabar ke aku tentang keadaan Tante ya! Semoga tante Dira cepat sembuh." Ujar Acha dalam pelukan.

Dimas menggangguk dan mengacak pelan puncak kepala Acha. "Kamu juga baik-baik disini. Jangan cengeng!"

Acha melepas pelukan nya, dan mundur beberapa langkah. "Aku gak cengeng!" Elak nya.

"Hahaha, masa?" Goda Dimas mengacak rambut Acha. Hingga membuat perempuan itu bersungut kesal.

Belum sempat Acha mengeluarkan ocehan nya. Tiba-tiba terdengar suara deheman dari belakang Dimas.

Dimas memutar tubuhnya. Dan Acha dapat lihat siapa yang baru saja datang ke rumah nya.

Keadaan menjadi canggung. Sampai akhirnya Dimas memulai pembicaraan. "Oi! Lang, apa kabar?" Sapanya mengulurkan tangan nya.

Elang menerima uluran tangan Dimas dan menjabat nya. "Baik." Jawab cowok itu singkat, lalu kedua nya melepas jabatan tangan masing-masing.

Mereka sedang berada di teras rumah Acha. Jadi keadaan memang sepi.

Elang menatap Acha yang berdiri disisi kiri Dimas. Namun, perempuan itu justru mengalihkan pandangan nya ke Dimas.

"Gue besok berangkat ke Jerman."

Perkataan Dimas membuat Elang menatap cowok itu. "Ngapain?" Tanya nya.

"Mau jalanin pengobatan mama gue." Jelas Dimas.

"Terus... Acha?"

Dimas tersenyum kecil, kembali mengusap puncak kepala Acha pelan. "Gue titip dia sama lo. Tolong jagain dia." Ujarnya menatap dalam Acha.

Acha mengernyitkan alisnya. "Apaan sih Dim! Aku bisa jaga diri sendiri kok." Ujar Acha menahan malu dan risih karna kedua cowok itu menatap nya penuh arti.

"Tanpa lo suruh, gue bakal ngelakuin itu kok."

"Thank." Dimas menggangukan kepala nya. "Ya udah gue balik duluan. Cha, aku balik ya." Tambah Dimas.

Acha mendongakan kepalanya menatap Dimas. "Kamu balik sekarang? Besok berangkat jam berapa?"

Dimas tersenyum lembut pada Acha. Ternyata berat juga untuk meninggalkan perempuan di hadapan nya. "Jam satu aku check-in,"

"Besok aku anter ya?" Ujar Acha penuh harap.

"Gak usah. Nanti kamu malah nangis lagi disana hahaha." Ujar Dimas masih sempat-sempat nya menggoda Acha yang matanya mulai memanas.

"Ahhh... pokoknya besok aku datang ke bandara, kamu harus temui aku dulu." Ujar Acha.

"Loh? Ada Elang?"

Baik Elang, Dimas dan Acha ketiga nya sama-sama melihat ke sumber suara.

Anisa berdiri di bingkai pintu.

Elang mendekat dan menyalami mama Acha. "Kemana aja, Lang? Gak pernah keliatan lagi."

"Hhh iya maaf tante baru kesini lagi."

"Hahha iya iya... Cha, ajak Dimas sama Elang masuk dong!" Pintah Anisa.

"Gak usah tante, Dimas juga mau pamit pulang. Sekalian pamit besok berangkat,"

"Besok? Salam ya buat mama kamu, Dim."

Dimas menggangguk dan tersenyum sopan. "Iya tante... Ya udah Dimas balik dulu tan." Cowok mencium telapak tangan Anisa dan menghampiri Acha.

"Aku balik ya. Kamu besok ke Bandara aja, tapi maaf aku gak bisa jemput."

"Okee!" Seru Acha riang.

Setelah berbicara singkat dengan Elang, Dimas pun berjalan menuju motornya, diikuti oleh Acha di belakang. Memakai helm nya, menyalakan mesin.

"Hati-hati ya!"

Dimas mengganguk dan mulai melajukan motornya pelan meninggalkan kawasan rumah Acha.

Setelah kepergian Dimas, Acha kembali masuk ke halaman rumah nya.

Tatapan nya sempat bertemu dengan mata Elang yang juga sedang memperhatikan diri nya.

"Ada perlu apa?" Tanya perempuan itu dingin. Anisa sendiri sudah kembali masuk ke dalam rumah.

"Gue mau balikin ini," Elang memberikan kotak makan yang diberikan Acha kemarin di sekolah.

Acha menerima nya. "Udah kan?" Tanya Acha yang dijawab anggukan dari Elang.

"Sorry, gue capek, Lang. Mau tidur." Ujar Acha ingin menghindar dari Elang. Ia belum siap untuk berlama-lama berada didekat cowok itu.

Elang yang mengerti maksud Acha pun menggangguk pelan. "Ya udah itu aja kok. Ya udah gue balik ya."

Acha tak menjawab dan membiarkan cowok didepan nya berjalan melewatinya. Acha menunduk menatap kotak makan yang sedang dipegang nya erat.

"Gue balik ya, Cha."

Acha tak merespon, dan tak membalikkan tubuhnya. Sampai akhirnya suara mesin menyala, dan terdengar lajuan dari halaman rumah perempuan itu.

Semakin lama suara itu menghilang. Acha memejamkan matanya yang mulai memanas menahan air mata agar tidak keluar.

Terlalu takut untuk mengakui pada diri sendiri, kalau Ia sangat merindukan cowok tenggil itu. ****

Continue Reading

You'll Also Like

724K 67.6K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
918K 67.6K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...