PARTNER

By dqueen_

8.3K 2.1K 236

"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki More

CAST
PROLOG
1. [Baru]
2. [Sekarang]
3. [Siapa?]
4. [Kelam]
5. [Pengakuan]
6. [Mr.Robot]
7. [Satu Kali]
8. [Pengakuan ke-2]
9. [Hening]
10. [Masalah Baru]
11. [Silang]
12. [Pesan]
13.[Kostum]
14. [Segitiga]
15. [Menyerah? Tidak!]
Iklan Sekejap [penting!]
17. [Pertanda]
18. [Menuju Kebenaran]
19.[Gagal]
20. [Bandara]
21. [Terluka]
22. [Jubah hitam]
23. [I'm your Riki]
24. [Siapa Dia?]
25. [Sepupu]
26. [Truth or Dare]
27. [Tahun Ajaran Baru]
28. [Cinta Lama]
29. [Dilla Kembali]
30. [Alasan Kembali]
31. [Drama Kecil ala Tobi]
32. [Tertangkap]
33. [Sulit]

16. [Detik-detik menuju UAS]

95 13 1
By dqueen_


Sahabat itu orang pertama yang akan maju paling depan saat kamu kesusahan.

"Ya gua sangat setuju! Dengan quotes yang baru aja muncul di timeline ask.fm ini."

Ini sangat tidak adil bukan? Mana mungkin di era globalisasi ini masih ada saja orang yang menggunakan kekuasaan untuk hal yang sepele.

Donatur sekolah? Yang punya sekolah? Kepala sekolah?

Tidak ada yang membedakan mereka di mata yang Maha Kuasa bukan?
Balas dendam terbaik itu menjadi sukses, bukan menjadi berkuasa. Tapi kenapa orang yang berkuasa itu merasakan kalo mereka udah menjadi segalanya?

Dunia ini keras!

Keruman orang mulai menabrak Kanya secara bergantian.

"Ini orang-orang pada heboh ngapain sih? Kaya mau ngantri sembako aja," ucap Kanya seraya memalingkan pandangan dari gadgetnya, tapi karna penasaran Kanya memilih untuk menghampiri kerumunan orang di area mading sekolah.

Kanya berusaha menyelinap agar sampai ke depan namun karna kerumunan orang yang tidak mau mengalah, Kanya terhimpit terus menerus dan membuatnya mengurungkan niat untuk membaca pengumuman.

"Dasar orang Indonesia. Penyakit akutnya ya kalo ga ngaret, ga bisa ngantri," ucap Kanya kesal seraya menatap malas ke arah kerumunan orang.

Sudah hampir sepuluh menit namun kerumunan orang tidak berhenti datang melihat mading, kanya mulai menggerutu kesal sambil sesekali mengerucutkan bibirnya. "Ahaaaaa ... " ucapnya menggantung, "aku ada edi. Eh maksudnya ide," ucap Kanya kembali diselingi ketawa geli.

"Woy!" tukas Kanya dengan nada meninggi yang berhasil menghipnotis semua siswa yang berada di area mading. "Disuruh ngumpul dilapangan dari tadi. Lu mau diomelin masih pada mejeng disini?"

Tatapan tidak percaya semua orang tertuju pada Kanya namun mereka tetap meninggalkan mading dan berlarian menuju lapangan. Kanya berjingkrak-jikrak kegirangan. "Berhasil. Yeay ... " ucapnya dan segera melihat ke mading.

Dibacanya kata-kata yang menurutnya sangat tidak penting dengan asal dan akhirnya dia mendapat inti dari pengumuman itu. "Yaelah cuma promnight aja se heboh itu?" ucap Kanya seraya membalikkan haluan tubuhnya.

Haik?

Kanya menelan ludah ketika melihat semua orang telah mengerumuni tubuhnya. Mereka adalah orang-orang yang menjadi korban kejailan Kanya beberapa menit yang lalu. Betapa malunya Kanya sampai-sampai dia menunduk sebentar dan tubuhnya seketika mendapat serangan magnet yang menghisapnya keluar dari kerumunan orang itu.

Kanya menatap ke arah tangan yang menggenggamnya seperti orang kasmaran.

"Dih!" pekik pria itu dan langsung melepas gengamannya.

"Lah elu?" Kanya mengalihkan pandangannya dari Rizki, "kalo gua tau lu yang nolong. Dari tadi udah gua lepas."

Rizki hanya mengangkat kedua bahunya dan berniat untuk meninggalkan Kanya. Namun Kanya mengikuti langkahnya dari belakang. Rizki yang sadar akan kegiatan Kanya segera mempercepat setiap langkahnya dan secepat kilat menghilang.

Kanya kebingungan kemana Rizki pergi, sementara disana hanya ada kamar mandi dengan papan bertuliskan 'PRIA'. "Kemana sih tuh orang? Gila kali kalau gua harus masuk ke kamar mandi laki-laki?"

Kanya memalingkan tubuhnya dan berjalan menelusuri koridor.
"Ada apa dengan hari ini? Elah film kali ah. Kenapa aku jadi ngomong sendiri gini sih. Duh bunda Kanya butuh liburan." Kanya melemas seketika.

Kanya tetap fokus pada langkahnya dan menggerutu tidak jelas, tanpa di sadari kini Rizki telah mengikutinya dari belakang. Lama kelamaan kanya merasa sudah ada yang tidak beres, lengannya mengusap leher bagian belakannya berkali-kali.

"Apa dia pikir aku ini hantu?" protes Rizki dan langsung mengumpat karna Kanya melihat kearah belakang.

Kanya kembali mengusap lehernya dan mempercepat langkahnya.

Deg!

"Mati gue!" pekik batin Kanya, matanya melotot dan mulutnya setengah menganga. 'Makluk jenis apa yang memempel pada bahu ku ini bunda,' batin Kanya kembali mengeluarkan kalimat.

Tangan seseorang yang bukan lain adalah Rizki telah memegang bahu Kanya dan sekarang dia mulai mengguncang-guncangkan tubuh Kanya. Kedua bola mata Kanya semakin ingin keluar, keringatnya bercucuran dan mulai menggenangi dahinya.

"Ma ... Ma ... Maaf mbah, nek, pak, bu atau siapalah. Kanya anak baik kok, kanya ga ganggu kalian kan. Jangan cekik Kanya yah. A ... Am ... Ampun," ucap Kanya terbata-bata seraya meminta ampun.

'Kanya beneran nganggep gua hantu? Astaga kay, takut kamu itu ga berubah,' protes  batin Rizki yang telah menggelengkan kepalanya. Mana mungkin dia bisa mencintai seorang yang amburadul seperti Kanya. Selain ketakutannya, sikap Kanya pun sangat menjengkelkan namun apa yang dilakukannya jika dia tahu Rizki adalah Riki? Biarlah waktu yang menjawab.

"Ini hantu budek apa bolot sih. Gua koo ga di jawab," protes Kanya yang tidak berani memutar haluannya.

Rizki melepaskan tangannya dari bahu Kanya dan memilih duduk pada bangku yang ada di sapuan koridor. Sedangkan Kanya melepas nafas lega, tangannya mulai mengelus-elus dadanya.

Rizki mengeluarkan gadgetnya dan langsung memasang headset yang tersambung dengan gadgetnya pada kedua telinga. Diangkat kaki kanannya dan tubuhnya bersandar pada bangku.

"Liat ke belakang? Atau engga?" tanya Kanya dalam hati namun akhirnya dia memutuskan untuk memutar haluan tubuhnya.

Sempat terkejut namun Kanya menahannya, mana mungkin dia bisa terlihat menjijikkan didepan sang gebetannya yang berada tidak jauh darinya.

"Ih ... Kenapa gua jadi jaim begini di depan Rizki?" pekik batinnya seraya berjalan menghampiri Rizki dan langsung duduk di sebelahnya, namun Rizki perlahan menjauh dari Kanya.

Kanya mulai resah dengan sikap Rizki, kali ini posisinya sama seperti ayam yang berada dalam kandang buaya. Hanya tinggal menunggu waktu kapan Rizki akan menerkamnya. 'Oh tidakkk.' Kanya menggelengkan kepalanya berkali-kali dengan lengan yang menutup kedua telinganya. Sedangkan Rizki hanya menatap heran ke arah gadis setengah waras yang berada tepat disisi kanannya.

Jleb!

Rasa malu memenuhi wajah Kanya yang mulai memerah, mulutnya menganga tertutup kedua tangan.

'Mampus gue.' pekik batinnya yang mulai merasa malu karna tingkah konyol yang di lakukannya beberapa menit yang lalu.

'Gua harus tau yang sebenernya. Gua yakin Rizki itu Riki.' ucap batinnya perlahan yang membuat keberaniannya mengumpul seketika. "Riz ... " ucapnya menggantung yang di sambut dengan nada dering yang berasal dari gadget Rizki.

Rizki meraih gadgetnya dari saku bajunya, tidak butuh waktu lama dirinya telah meninggalkan Kanya.

"Gua dari tadi mau ngomong gajadi-jadi! Dan sekalinya mau ngomong dianya pergi? Terserahlah," gerutunya kesal di selingi suara hentakan kaki yang di buat Kanya berkali-kali.

Siunnnggggggg ... Pesawat terbang yang di buat dari kertas origami tepat berhenti di depan Kanya setelah menabrak dahinya. Lagi-lagi bibirnya yang tipis itu menyeloteh karna kesal, "kaya anak kecil aja mainnya pesawat!" di ambilnya pesawat dan langsung berniat membuangnya.

Satu ... Dua ... Ti ... Gagal, Kanya melihat ada tuliasan di kertas itu dan seketika kertas itu telah terpampang oleh tulisan tangan seseorang,

Hae curut? Lu mau ngomong apa sama gua? Btw maaf tadi gua langsung pergi. Kalo ada yang penting, temuin gua aja di perpus.

Rizki.

Jleb!

Tangannya gemetar seketika, Tubuhnya seperti terhempas ke sebuah taman yang dipenuhi aneka bunga warna-warni tidak sakit namun menimbulkan efek yang membuat peluhnya mulai bercucuran, mulut menganga lebar, dan kini kertas itu telah jatuh dan melayang entah kemana.

Kanya masih dengan posisinya, tidak berubah sama sekali mungkin karna atmosfer di sekitarnya kini telah menusuk tubuhnya melalui celah-celah seragam putih abu-abu yang tengah di kenakannya.

Tak di sangka kini kertas itu telah melayang mengikuti arah angin yang membawanya ke tempat-tempat yang tidak diingkan melewati rerumputan, lapangan, dan kadang terbang menjulang diudara. Terbukti kini kertas itu telah menabrak tapak depan wajah Ali, percis sekali menutupi wajahnya. Raut wajahnya mulai kesal diselingi tawa dari Reno dan Galuh, tidak ada yang seorangpum di sana kecuali mereka bertiga.

Sukurlah Ali hanya mengepal kertas itu karna kesal lalu membuangnya,

Hep!
Dapat,

Reno menangkap dengan cepat kepalan kertas yang melayang diudara, "eh gilak, jangan asal buang aja. Lu gatau apa? petunjuk cinta itu datangnya dari mana aja bro. Kali aja kali in ... " ucapnya menggantung ketika seluruh kertas telah terpampang jelas di hadapan wajahnya. Galuh langsung melesat mendekati Reno dan memasang wajah datar. Ali yang berada di haluan yang berbeda dengan kedua temannya hanya memasang tampang malas seraya mulai melangkah perlahan.

"Rizki?" teriak Reno serta Galuh secara bersamaan dan berhasil membuat Ali memalingkan pandangannya. Dia menaikkan sebelah alisnya ketika menatap mereka, di hampirinya perlahan namun Reno dan Galuh kabur seketika. Ali terus mengejar mereka yang kini mulai meledek Ali dan berlari mundur.

"Awas!"

Gubrakk

"Tuh kan gua bilang awas." Ali menghampiri ketiga orang yang sudah seperti hiu terdampar.

"Eh kalian itu jalan pake mata apa dengkul sih," omel Kanya yang kemudian di sahut oleh Galuh.

"Ada juga lu yang harusnya jangan di sini, kaya ga ada tempat lain aja." Galuh beranjak dan merbersihkan seragamnya, lalu menolong reno yang masih terjatuh.

"Dasar biang rusuh! Gaada kalian tenang hidup gua, bhay!" ucapnya lantang kepada tiga sekawan yang berdiri sejajar bagaikan pasukan perang, rambut Kanya tergurai mengikuti putaran tubuhnya tepat di hadapan mereka.

"Alasan, biang rusuh blablabla ... Bilang aja kalo mau cepat-cepat ketemu sama Rizki di perpus." Galuh menatap pantulan bayangan Kanya dengan sinis, sementara Ali sontak terkejut. Bilah hatinya terasa di cakar-cakar singa yang sangat kelaparan, hujan panah telah menantinya.

Reno mengetuk kepala Galuh yang menyiratkan betapa bodoh kawannya yang satu itu. Galuh hanya memasang muka pasrah setelah mengerti apa maksud dari perlakuan reno. Ali terdiam memaku sebelum dia tiba-tiba melangkah meninggalkan Reno serta Galuh.

Tumpukan buku yang tersusun rapih pada setiap raknya semakin memperindah tatanan perpustakaan. Diraihnya satu buku yang akan dijadikannya sebagai alasan bahwa kedatangannya ke perpustakaan bukan hanya untuk menemui gadis yang dicintainya. Suara derap sepatunya menuntun kakinya menuju ke arah meja yang telah disiapkan khusus untuk membaca, sengaja dia mengambil alih suasana yang sepi. Mungkin pikirnya biar mereka bisa lebih hanyut dalam pembicaraan yang serius.

Klekk

Kanya membuka pintu secara perlahan, dan hanya memandang ke setiap inchi ruangan dari luar.

'Mana? Katanya diperpus?' pekik batinnya yang seketika membuat raut wajahnya memelas.

"Kamu, kalau mau masuk langsung di tutup pintunya, ini ruangan ber-AC. Ko plinplan!" suara yang menghentakkan Kanya seketika, ibu perpus yang hobinya marah dengan pengunjung perpus, sebenarnya tidak semua. Dia hanya memarahi pengunjung yang tidak beres seperti Kanya tadi.

Kanya segera melepas kedua sepatunya dan menyimpan di rak yang telah disiapkan. Kanya termasuk anak yang mematuhi peraturan, dari sekian banyak pengunjung perpus mungkin bisa di lihat hanya 1/9 yang mematuhi peraturan bahwa harus membuka sepatu, salah satunya Kanya. Di telusurinya setiap gang per gang pada perpus, bisa di bilang jantungnya semakin berdegup kencang ketika memikirkan bahwa dia akan menemui Rizki pada suatu gang. Pupus sudah, Rizki tidak ada dimana pun, pikirannya mulai tidak terkontrol.

"Katanya mau ketemu di perpus? Mana sih? Omdo ah!." pekiknya kesal seraya mengambil satu buah buku yang kebetulan novel bergenre romans, entah kebetulan atau memang takdirnya hanya untuk novel. Dari sekian banyak buku disana kenapa dia bisa mengambil sebuah novel tanpa sengaja?

Di bukanya setiap lembar, bukan membaca lebih tepat pikirannya mengatakan biarlah dia menghitung halaman pada novel itu seraya menunggu kedatangan Rizki.

Telingan Kanya mulai sedikit mendengar gosip-gosip murahan oleh para siswi yang ada tepat dibelakang rak buku dimana Kanya tengah berdiri. Di dekatkannya telinga yang siap menguping itu ke arah mereka dan ...

Kanya segera menghampiri siswi-siswi itu dengan raut wajah yang sudah memerah bagaikan kebakaran jenggot. Kini bentuk novel telah menjadi gulungnya yang siap di luncurkannya sebagai alat bantu mengomel pada mereka.

"Eh. Kalo ga tau ceritanya ga usah sok tau. Pake ngegosip kalau gua sama Reno udah pernah pacaran terus pas putus Rani di jadiin pelampiasan, sekolah aja belum ada se-tahun. Emang kalian kira gua cewe apaan?" omelnya seraya memajukan gulungan novel ke arah mereka yang sekarang sudah seperti kodok kekurangan air.

"Maaf Kanya, kita gatau. Kan kita cuma denger gosip dari kelas lain. Terutama sih dari ka Sofie," ucap salah satu dari mereka gugup dan seketika mereka meninggalkan Kanya.

Kanya masih dalam posisinya, Sofie lagi pikirnya. Belum sempat dia mengetahui apa Rizki itu memang Riki sudah timbul masalah baru yang menimbulkan kesan murahan pada dirinya. Kepalanya seperti terisi bom yang akan menghancurkan semua isi kepalanya dalam sekejap.

Duarrr ...

"Kanya." panggil seseorang dari balik tubuhnya.

Tidak ada jawaban selain degupan kencang dari bilah jantungnya, Kanya berusaha mengubah haluan badannya yang terasa sangat berat itu. Dan berhasil,

"Ali?" seketika raut wajahnya berubah memelas, tidak ada degup jantung dan berlebisan, atmosfer seakan tidak ada dalam areanya sekarang. "Ada apa?"

Ali menghampiri Kanya dan meraih tangannya, Kanya hanya diam tanpa perlawanan apapun namun tak ada degupan jantung yang berlebihan, tidak ada hawa yang menyejukkan sama sekali. Semua hening sebelum Ali memberikannya sebuah benda yang menjijikan di bahu Kanya.

"Kecoa!" teriak Kanya memenuhi ruangan, di kibasnya tangan yang memegang mainan karet itu dan berjingkrak semaunya di dalam perpustakaan.

Kegaduhan tersebut berhasil membuat penjaga perpustakaan marah sampai keubun-ubun. Derap langkahnya sangat cepat diikuti tangan yang tengah berada menggaruk asal kepalanya. Rambut yang menjulang searah bahunya itu membuat wajahnya yang marah sangat terlihat.

"Kamu lagi?" ucapnya keras.

'Mampus gue.' batin Kanya meringis.

Kanya turun dari bangku yang dinaikinya, sedangkan Ali yang berada dihadapannya hanya menahan tawa dengan berpura-pura menggosok hidungnya yang hampir mirip dengan orang Jerman.

"Kamu kira ini pasar? Kalo mau teriak-teriak di pasar sana."

"Kalo di pasar mah ya belanja atuh," gerutu Kanya pelan.

"Pake ngejawab lagi, kamu saya hukum. Sekarang antar bola globe itu ke setiap kelas." menunjuk kearah tumpukan globe yang baru saja diantar.

"Sendiri bu? Kan itu banyak. Ada 30 kelas bu."

"30 atau tambah?" ucapnya acuh.

Kanya tidak menjawab apapun,

'Awas lu.' pekik batin Kanya seraya menatap tajam kearah Ali dengan tangan kanan yang telah mengepal di sisi samping roknya.

Ali meledeknya dengan sangat menyebalkan yang menyiratkan dia sedang mengatakan, "uh takut." Ali semakin mengulum senyum puas.

"Cepat! Kenapa masih diam disini?" omelnya kembali.

Kanya melangkahkan kakinya menuju tumpukkan benda yang lumayan besar itu, satu persatu akan diantarnya ke setiap kelas, tanpa teman satu pun.

"Bu." Ali menghampiri penjaga perpus dengan memasang tampang bersalah.

Wanita itu hanya memicingkan mata dengan perlakuan Ali.

"Sebenarnya ini semua salah saya bu. Saya yang bikin Kanya teriak seheboh tadi. Jadi saya lantasnya dihukum juga bu."

"Kamu ini aneh, malah maunya dihukum. Yasudah sana bantu Kanya." penjaga perpus itu menggerutu tidak jelas secara perlahan. "Apa isi sekolah ini murid seperti mereka semua?"

Ali memasang kembali wajah puasnya seraya berjingkrak-jingkrak asal ke arah manapun. Kakinya telah membawa tubuhnya semakin dekat dengan magnet yang secara perlahan menarik tubuhnya.

"Bengong kan lu sekarang? Ngelamun? Tuh liat Ali udah mulai licik! Lu mau Kanya jatuh ke orang yang licik begitu," ucap Tobi seraya mengubah haluannya dari kejadian yang tidak di inginkan.

Rizki mengikuti Tobi dan hanya diam, penghalang lagi mungkin pikirnya. Bagaimana dia bisa membiarkan pria lain mendekati calon kekasihnya itu.

"Kalo lu cuma ngendep, diam, mending ngeremin telur ayam sana. Cowo tuh yang di liat perlakuannya bro! Ga usahlah di sembunyiin terus rahasia yang harusnya Kanya tau. Kalau lu nyimpen rahasia ini terus akan ada rahasia-rahasia yang lainnya nanti. Terbukalah, dan dia akan nerima lu. Gua yakin!"

"Tapi tob, berat banget kalau mau bilang gua ini Riki. Gua gatau lagi tob." Rizki runtuh seketika.

Sementara Ali tengah merasakan harum semerbak saat telah berada di sisi Kanya.

"Ngapain lu?" tanya Kanya yang terkejut menemukan Ali tengah berada di sampingnya.

"Gara-gara lu nih, gua jadi kena hukuman juga." senyumnya malas. 'Kalau bukan buat deketin lu mana mau gua ngangkatin ini sama bohong. Duh secara cowo cool kaya gua gitu.' suara batinnya.

Kanya hanya tertawa, bahkan terbahak-bahak, "mampus! Lagian siapa suruh iseng, tanpa gua aduin udah kena kan lu!" lanjutnya dengan tawa kembali.

"Yaudah cepet bawa."

"Eh berdua yak, lu bawa satu gua bawa satu."

"Ya kali bolak-balik bawa satu-satu, di depan ada dua kereta dorong buat barang bawa sekali lima juga bisa."

"Wah koo lu tau, sering bantuin babeh yang jagain sekolah yak?" ledek Kanya yang menghasilkan senyuman manis pada wajahnya.

"Lu anak sini tapi peralatan sekolah aja gatau, makanya jangan ngejar cowo mulu," ucapnya mengakhiri pembicaraan dan melangkah mengambil kereta dorong.

"Ngejar cowo? Apaan sih sotau banget. Eh tunggu!" teriak Kanya namun kali ini dia langsung sadar dan menutup mulutnya, "bisa ditambah hukuman gua kalo berisik," ucapnya pelan.

🐤

Reno dan Galuh dengan santai duduk di pinggiran lapangan basket dan sudah mengenakan kostum yang biasa mereka pakai. Mereka tampak sedikit gelisah, mungkin karna Ali yang tiba-tiba menghilang.

"Rani." Reno menghampiri Rani yang tengah berjalan tidak jauh dari arah mereka.

Rani menoleh ke lawan haluannya dan menemukan Reno, "ada apa?" tanyanya saat Reno dengan nafas yang tak beraturan tengah merunduk dihadapannya.

Reno mengangkat wajahnya untuk melihat Rani, tak disangka wajah polos Rani mampu membuat reno melamun seketika, bayangannya telah berlari kemana-mana. Rani yang bingung dengan sikap Reno langsung menepuk pipinya.

"Aw ... " lamunannya berakhir saat tangan rani mendarat tepat di pipinya.

"Lagian kenapa sih bengong terus? Ada apa kak?"

"Ikut gua yok, liatin gua latihan basket." mohonnya sangat sungguh di hadapan Rani.

Rani mengangguk dan Reno langsung menggapai tangannya. Hembusan udara membuat setiap inchi rambut Rani melayang mengikuti arah kemana reno membawanya.

Galuh telah memasang wajah malas, pria yang sangat tidak percaya dengan wanita itu sangat kesal jika temen-temannya menggandeng seorang wanita. Mungkin karna dirinya belum mengenal pacaran sama sekali.

"Eh lu bengong aja ayo latihan," ucapnya dan dibalas anggukan oleh Galuh, baru saja mereka mau melangkah pergi, seketika Rani berbisik pelan yang berhasil membuat Reno membalikan haluan.

Kanya dan Ali tengah tertawa bersama dengan mendorong kereta barang mereka masing-masing.

"Kanya sama Ali?" ucap Rani kembali.

"Wah jadi si Ali berhasil buat kencannya Janya sama Rizki gagal?" ucap Galuh pelan namun Rani sangat jelas mendengar.

"Hah? Jadi kak Ali beneran suka sama Kanya?"

"Iya, lu baru tau?"

"Galuh!" Reno menatap Galuh tajam.

🐤

Sementara dua sahabat sejoli, Rizki dan Tobi kini tengah sibuk di panggil ke sumber suara oleh wali kelas mereka, waktunya untuk sibuk bertugas pikir mereka.

"Ketua kelas mana?"

"Saya bu." tobi melangkah mendekati wali kelasnya.

"Ini kartu Ujian Akhir Semester kalian. Bagikan kepada seluruh siswa 12 IPA 1 dan jangan sampai ada yang hilang. Kalau hilang ibu tidak bertanggung jawab. Dan sekretaris, Rizki kamu catat jadwal yang sudah di rekatkan pada mading."

"Baik bu," ucap keduanya secara bersama.

Mereka berjalan menghampiri mading sekolah dan tidak sengaja berpapasan dengan Kanya serta Ali.

Jleb!

Bagai ditusuk seribu duri mawar, tidak sakit namun perih.

Kanya menatap Rizki dengan malu-malu, jantungnya berdegup kencang, namun buyar seketika ketika Rizki membalikkan tubuhnya. Rizki dan Tobi meneruskan langkah mereka ke tempat tujuan begitupun Kanya dan Ali.

Kanya berjalan tanpa ekspresi sama sekali, wajahnya datar se datar-datarnya. 'Apa yang salah? Aku salah apa bunda? Kenapa Rizki kaya marah?' batinnya kembali meringis.

'Bahkan saat tubuh lu berada tepat di sisi gua, pikiran lu masih melayang-layang buat dia.' suara batin Ali .

Sementara Tobi kembali menenangkan Rizki yang semakin terpuruk itu. "Sob, kalau lu galau terus begini gimana mau fokus UAS? Yah walaupun gua tau IQ lu tinggi yang namanya hoki mah ayo aja. Emang lu mau yang jadi peringkat satu semester ini gua?" ucapan Tobi bukan serius, dia hanya berusaha membuat sahabatnya itu tidak mempunyai banyak pikiran, teman yang baik.

"Yaelah tob gaya lu mau peringkat satu, PR aja nyalin. Belajar ya belajar, pribadi ya pribadi. Gaakan masalah ngeganggu belajar kalau kita profesional ngehadapinya." jawaban yang sangat di inginkan Tobi keluar, semangat belajar yang dimiliki Rizki memang mengalahkan segalanya.

"Udah cepet tulis jadwalnya, lima menit lagi bel pulang nih."

Rizki segera membuka notebooknya dan menulis jadwal. Biarkan disimpannya dulu semua masalah itu dan membereskannya kembali saat selesai UAS pikirnya.

🐤

Tbc,

Jangan lupa vote abis baca eaak. No tiru, no plagiat, no copas. Semua quotes queen bikin sendiri.

Makasih❤

[Part 18]👉

Continue Reading

You'll Also Like

13.3M 1.1M 81
β™  𝘼 π™ˆπ˜Όπ™π™„π˜Ό π™π™Šπ™ˆπ˜Όπ™‰π˜Ύπ™€ β™  "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
134K 6.3K 37
Menguatkan Cinta dengan Bersama Melupakan Cinta karna Takdir sang pencipta. (Muhammad Faizan Zayyan Al-Gifari)
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
625K 7.3K 28
Warning konten 21+ yang masih dibawah umur menjauh. Sebuah short story yang menceritakan gairah panas antara seorang magang dan seorang wakil rakyat...