Growing Pain

By storyline137

30K 2.5K 229

Mereka sudah bersama selama delapan tahun, bahkan telah memiliki seorang putri yang begitu mengemaskan . Namu... More

Bagian 1
Bagian tanpa judul 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 14

Bagian 13

2.3K 203 40
By storyline137

A/n: sebelum anda membaca cerita ini disarankan terlebih dahulu untuk mendoakan saya semoga lekas sidang di bulan Agustus. Berdoa mulai!

Amin

^^

Doa, selesai

^^

Happy reading.

***

GROWING PAIN

Written by

hyejinpark 2015©

Disclaimer : the story and casts are belong to GOD, their families and they themselves. The idea of the story is belong to MINE pure of MIND.

Warning : GS|OOC|KYUMIN|NO bash,No Flame,Plagiat Not Allowed| DRAMA_married life|TYPO|Bad diction|Don't like? Don't read|

Cast : Cho KyuHyun,Lee SungMin,

Rate : T

***

Cho Kyuhyun pria berstelan jas hitam super mahal itu berjalan di antara barisan para bawahannya yang menunduk hormat. Dengan angkuhnya manik obsidian yang selalu menatap tegas itu mengeluarkan pesonanya yang syarat akan kebekuan.

Tak terasa sudah satu tahun sejak perceraiannya dengan Sungmin. Dan Selama setahun itu juga Kyuhyun terus merenung atas kesalahan yang telah ia perbuat selama ini.

Selama setahun ini Kyuhyun belajar untuk lebih menghargai orang lain, namun sayangnya ia belum bisa belajar untuk menghargai dirinya sendiri.

Untuk menutupi lukanya, pria itu lebih memilih sibuk dan tenggelam dalam pekerjaannya, ia bisa menghabiskan empat puluh delapan jam waktunya untuk bekerja, entah itu memeriksa keuangan perusahaan, menghadiri rapat dengan klien, atau pun pergi melakukan perjalanan bisnis.

Ia merusak tubuhnya sendiri dengan hampir tak pernah beristirahat.

Seperti saat ini, ia masuk baru saja mendarat usai menandatangani kontrak di China. Pria itu juga lebih memilih tinggal di kantornya ketimbang pulang ke rumah.

"Aghhh" erang Kyuhyun merasakan nyeri di perut bagian kirinya.

"Anda baik-baik saja?" tanya seorang pria jangkung bertelinga agak lebar, sekertaris Kyuhyun yang baru. Ia menggantikan tugas sekertaris Kim setelah ia mengundurkan diri dari perusahaan.

"Uhuk,uhuk,uhuk..." Kyuhyun terbatuk sesaat ia belum sempat menjawab pertanyaannya, dengan sigap pria tinggi itu pun mengambilkan air putih yang ada di meja, lalu mempersilahkan Kyuhyun untuk meminumnya.

"Sepertinya anda dalam kondisi yang kurang sehat presdir, apa perlu saya panggilkan dokter?"

"Tidak usah, aku baik-baik saja." jawab Kyuhyun , ia menggelengkan kepalanya serta memijat keningnya ketika pusing mendera kepalanya,

"Jam berapa pertemuan dengan presdir grup Shinwa?" tanyanya lagi sembari terus terbatuk-batuk.

"Pukul tujuh malam nanti presdir" ucap sekertaris Park, melirik khawatir terhadap kondisi Kyuhyun,

"jika anda mau saya bisa menunda pertemuannya dan mengantar anda ke rumah sakit, anda tampak tidak sedang baik-baik saja" ujarnya berinisiatif sekaligus makin cemas, apalagi saat melihat tangan kiri Kyuhyun semakin meremat perutnya.

Kyuhyun merasa kepalanya berputar cepat sekali, nyeri di perutnya semakin terasa, dan membuat nafasnya kembang kempis, perlahan kegelapan pun datang dan menutup matanya. Kyuhyun ambruk di sertai pekikan cemas dari sekertaris Park.

.

.

.

"Presdir anda sudah sadar?"

"Syukurlah, apa yang anda rasakan? Saya akan memanggil dokter, presdir"

Keping obsidian Kyuhyun mengerjap, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Indra penciumannya mencium bau yang tak asing, Kyuhyun masih bahkan masih terbatuk-batuk saat menyadari tenggorkannya terasa sangat kering. Pemuda di sampingnya itu pun memberikan air kepadanya.

"Apa yang terjadi padaku?" tanya Kyuhyun sembari memijit keningnya yang masih terasa pusing.

"Dokter bilang asam lambung anda naik, dan juga ada gejala anemia. Kondisi imun anda juga sedang tidak baik. Dokter menyarankan agar anda di rawat paling tidak seminggu sampai anda benar-benar pulih, jika tidak"

"Jam berapa sekarang?" tanya Kyuhyun menyela,

"Nde. Jam sebelas malam presdir"

"Hei! Park Chanyeol! Kau mengapa tidak membangunkan ku huh?"

"Kita sudah terlambat dengan meeting penting. Kau tahu berapa kerugian ku hari ini Huh!" bentak Kyuhyun seraya mengerinyit merasakan kepalanya yang pusing.

"Presdir anda tidak apa-apa.Kata dokter anda juga harus mengontrol emosi. Jangan berpikir terlalu berat. Masalah itu sudah saya atasi jadi anda bisa istirahat dengan tenang" ujarnya.

Setahun lebih mengenal perangai sang atasan, membuat Chanyeol hapal betul akan sifat bosnya. Ia wajar dan maklum, manakala melihat latar belakang masalah keluarga yang menimpa bos nya itu.

Namun ia tak mau ikut campur.

Biarlah itu menjadi privasi Kyuhyun saja.

Yang ia lakukan sekarang adalah menjaga dan melayani Kyuhyun dengan baik, seperti apa yang di minta oleh sekertaris Kim dahulu.

"Presdir, saya akan panggil dokter" ucapnya, lalu pergi meninggalkan Kyuhyun sendirian. Menatap kosong jendela yang menampilkan pemandangan malam kota Seoul.

.

.

.

'PRANG'

Gelas yang akan di ambil Sungmin tiba-tiba terjatuh tanpa sebab. Entah kenapa bayangan Kyuhyun kembali menghantui pikirannya.

"Sungmin-ah" pekik Kibum panik terbangun dari tidurnya dan udah disajikan dengan pandangan kepingan gelas pecah di lantai.

Sementara wanita itu tampak pasi dan tangannya gemetar. Kibum bangun dengan pelan dari ranjang dan ia lalu mendekat ke arahnya lalu memeluk wanita itu, "Gwancanha" ujarnya kemudian.

Air mata Sungmin tumpah di bahu Kibum, ia kembali menangis karena beban di pundaknya terasa amat berat.

"Aku sudah melepaskannya eonni, aku sudah melepaskannya, hiks..." Ujar Sungmin di sela-sela perkataannya.

"Aku sudah mengingkari janji ku pada tuan besar eonnie. Aku sudah salah, aku juga bukan ibu yang baik untuk puteri ku eonnie" isaknya lagi,

"Ssst... jangan ucapkan itu. Kau ibu yang paling baik untuk Sandeul kau juga sudah berusaha keras selama ini. Kau melakukannya dengan baik Sungmin-ah"

"Mianhae, minhae" isak Sungmin, ia menangis sesunggukan di bahu Kibum.

Beban di pundaknya terasa amat berat, dadanya juga terasa amat sesak. Sudah lebih dari setahun, dan ia masih belum bisa melupakan Kyuhyun.

Luka di hatinya sampai saat ini belum juga sembuh namun terus tumbuh, seiring dengan rasa cintanya pada Kyuhyun.

"Mianhae" isaknya lagi.

"Kau kuat Min-ah, kau ibu yang hebat untuk Sadeullie" ucap Kibum menguatkan.

.

.

.

"Pastikan kau atur ulang jadwal ku dengan presdir Grup Shinwa besok" ucap Kyuhyun telak.

"Tapi Presdir kondisi anda, dokter bilang"

"Jangan menyela ku, aku yang paling kondisi tubuh ku. Kalau aku sampai rugi kau mau bertanggung jawab?" salaknya kemudian.

"Bbaik Presdir"

"Dan juga" Kyuhyun menjeda kalimatnya, keping hitamnya tiba-tiba bersiborok dengan kalender yang tergantung di dinding. Bulan ini, hari ulang tahun putrinya...

"Presdir?"

"Ah, nde..."

"Anda baik-baik saja?" tanya Chanyeol cemas.

"Sekertaris Park, belikan aku sebuah boneka beruang yang besar. Sebuah kado yang sangat besar"

"Nde?"

"Chanie-aa, putri appa"

***

Growing Pain

***

"Wah, tangan adik bayi mungil sekali ya omma" pekik Sandeul takjub saat memegang tangan mungil yang dibungkus sarung tangan pink bermotif bunga-bunga kecil di sekeliling nya.

Bocah perempuan yang baru cabut gigi itu tanpa henti tersenyum lebar memperhatikan wajah bayi Kibum yang belum genap tiga puluh enam jam tersebut.

"Dulu Sandeulli juga semungil ini" Kibum, ibu sang bayi yang masih bersandar di ranjang, memegang tangan Sandeul dan membuat gerakan menggelitik kecil di sana.

"Imo, geli" kekehnya, memamerkan giginya yang bolong di tengah, "Aigoo, Sandeulli sekarang ompong ya..." dan menuai kekehan tawa antara Sungmin dan Kibum tatkala melihat semburat merah muda di pipinya,

"Omma, aku malu..." polosnya.

"Siwon oppa masih di kantor?" tanya Sungmin pada Kibum, "Nde, ada hal yang harus ia urus dulu, aigoo, neomu kyeopta, lihatlah dia menguap" ucap Kibum menutup mulut mungil itu hanya dengan satu jari saja.

"Dia persis denganmu" ujar Sungmin, "benarkah, ku pikir dia lebih mirip Siwon" ujar Kibum menimbang-nimbang,

"Bukan, adik bayi pelsis Sandeullie" Sungmin dan Kibum pun menatap senyum terkembang bocah enam tahun tersebut.

"Kan tadi imo bilang, jika dulu Sandeulli semungil ini. Jadi adik bayi persis Sandeulli" jelasnya.

"Aigoo, benarkah imo bilang begitu tadi?"

"Imo"rengeknya manja,

"Tadi imo bilang begitu kan omma" Sandeul menatap ibunya dan mulai beraegyo.

"Imo hanya bercanda sayang, iya adik bayi mirip dengan Sandeulli" ucap Kibum mengalah.

Sungmin lalu menaruh bayi perempuan mungil nan cantik itu ke box bayi dan menyuruh Sandeul untuk menungguinya, sambil bermain dengan boneka kelinci yang ia pegang sejak tadi.

"Ku dengar dari Siwon kau akan pergi ke Amerika" tanya Kibum saat wanita yang ditanya itu kembali duduk di samping ranjangnya dan mengupas buah apel.

Sungmin mengangguk lalu memberikan potongan apel kecil itu kepada Kibum.

"Sudah kau pikirkan masak-masak Min-ah?"

"Aku sudah mengurusnya semuanya. Mengenai tempat tinggal dan sekolah untuk Chanie sudah aku urus"

"Apakah benar kau sudah yakin?" tanya Kibum lagi, "aku tidak pernah seyakin ini eonnie, setidaknya aku bisa memulai kehidupan baru ku di sana. Aku juga akan melanjutkan pendidikan di sana"

"Apakah tidak lebih baik di sini saja" ucap Kibum menyela, Sungmin menggeleng lalu menatap puterinya yang masih saja menyentuh tangan mungil bayi itu.

"Maksud ku adalah, mengapa harus jauh-jauh ke Amerika, dan bukan di sini saja. Di sini juga banyak universitas dan sekolah yang bagus untuk Sandeul dan tempat tinggal, kau bisa tinggal bersama kami"

"Ini sudah lebih dari setahun, tapi aku masih belum bisa melepaskannya. Aku bahkan masih tetap mengiriminya makan siang dan mengurus keperluanya secara diam-diam. Aku, aku hanya ingin memulai hidup ku yang baru di sana"

"Hidup mu di sini Sungmin dan bukan di sana!"

Kedua wanita itu saling tatap, ada rasa tidak rela jika temannya pergi dan yang satunya lagi merasa harus pergi karena ini adalah jalan terbaiknya untuk bisa melupakan semua kenangan yang buruk.

"Siwon ahjussi!" pekik Sandeul girang, dan hampir saja membuat bayi yang masih terlihat merah itu terbangun,

"Ssttt..."Sandeul pun menaruh telunjuknya di depan bibirnya sendiri.

"Apa Sandeul eonnie menjaga adik bayi dengan baik hem?" tanya Siwon mendekat lalu mengelus pucuk kepala bocah perempuan itu ,

"Temani adik bayi nde"

Lalu pria itu pun beranjak untuk bergabung dengan dua orang wanita yang sedang saling tegang di sana.

"Bagaimana keadaan mu yeobo, sudah lebih merasa segar sekarang?" tanya Siwon, Kibum mengangguk manik matanya menuntun Siwon untuk melihat ke arah Sungmin yang melamun.

Sungmin terlihat menghela nafasnya lelah. Ia sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi. Setahun yang lalu setelah menyerahkan surat cerai kepada Kyuhyun, ia meminta bantuan Siwon untuk memindahkan ke rumah sakit lain,dan menjalani terapi penyembuhan di Jeju.

Udara segar di sana, terbukti ampuh memulihkan kondisi fisiknya pasca operasi selama hampir tujuh bulan di sana. Selama itu pula, Sungmin menutup akses Kyuhyun untuk mencarinya, meski pun begitu, wanita Januari tersebut masih memperhatikan kesehatan dan pola hidup suaminya lewat orang yang di pekerjakannya.

Sungmin juga rajin, mengirimkan menu makan siang lewat jasa catering dan mengontak bibi Byun untuk mengurus keperluan Kyuhyun.

Namun yang tidak Sungmin tahu adalah jika Kyuhyun tidak pernah menyentuh makan siangnya sama sekali, mungkin ia makan, tapi hanya sedikit lalu pria itu kembali sibuk bekerja.

Dan baru dua bulan ini lah, ia kembali ke Seoul dan tinggal bersama Kibum karena wanita tersebut melahirkan.

"Tapi aku benar-benar ingin melepaskannya eonnie. Tinggal di sini malah semakin membuat ku tersiksa."

Sungmin menatap sendu gadis mungilnya yang tampak sedang berceloteh riang dengan si adik bayi. Ia ikut tersenyum saat Sandeul melayangkan senyum manis untuknya.

Pasangan suami istri pun hanya bisa saling tatap dalam padangan sedih, melihat wanita yang mereka sayangi menjadi seperti itu.

.

.

.

"Kenapa belum di makan?"

Sosok bermanik karamel itu menggeleng lemah, menatap kosong ke arah pria yang sudah membantunya lebih dari setahun belakangan.

Pria bermata segaris itu mendekat, dan mengambil satu suapan makanan yang tersaji di meja.

"Cha, makan lah. Setidaknya dengan makan kau akan punya sedikit tenaga untuk melawan ku nanti"

"Yesung-ssi, sudah ku bilang aku tidak mau makan" ucapnya tegas.

Pria itu pun menyerah dan menghela napasnya panjang. "Jika kau tidak makan bagaimana kau minum obat mu huh?"

"Aku tidak mau melihat mu mengamuk lagi seperti kemarin pagi, kau tahu? Kau membuat seluruh penghuni panti ketakutan" ucapnya

Gadis itu pun tersenyum meremehkan, "Biar saja bukankah aku ini memang gila?"

"Aigoo... tidak ada orang gila mengaku gila Kim Ryeowook"

"Aku tidak mau tahu, makanlah makanan mu. Saat aku kembali ke sini piring ini harus sudah dalam keadaan kosong" ucapnya tegas.

Ryeowook diam tak bergeming, ia lebih memilih duduk di pinggir ranjang sambil menatap kosong ke luar jendela yang menyajikan pemandangan kebun bunga berwarna-warni di taman belakang.

"Aigoo, kenapa kalian membuat ini semakin rumit huh? Jika begini terus aku yang akan gila!" gerutu Yesung mengacak rambutnya sendiri.

.

.

.

"Kita terbang!"

Cho Sandeul girang bukan kepalang manakala Siwon memanggulnya dan membawanya berputar ke sana ke mari di taman rumah sakit. Senyum yang menghiasi wajah bocah perempuan itu tak berhenti memudar.

Sesekali ia terkikik geli, ketika Siwon menggelitiki dan menciumi gadis kecil itu.

"Apa Sandeullie senang?" tanya Siwon.

"Nde, Siyon oppa" jawabnya riang, "nanti aku akan memakan ini dengan adek bayi" ucapnya menunjuk coklat yang tadi di belinya bersama Siwon.

"Hei! Jangan bilang omma dan bibi Kibum jika oppa membeli kan mu coklat ara. Nanti oppa bisa-bisa di dipelototi oleh ibu mu"

Siwon geli sendiri menyebut dirinya oppa di hadapan Sandeul. Bahkan sampai sekarang bocah perempuan itu tetap kukuh memanggil pria itu dengan sebutan 'oppa'. Ah, jiwanya memang senantias muda, begitu pikirnya.

Lain lagi dengan pikiran Kibum dan Sungmin yang menggeleng-gelengkan kepalanya jika mendengar Siwon di panggil 'oppa'.

'drt,drt,drt'

Ponsel di saku celana Siwon bergetar, " Sandeullie, oppa mau menjawab telepon dulu. Kau duduk manis di sini sampai oppa selesai menjawab teleponnya arachi"

"Nde" ucapnya dengan gigi penuh coklat.

"Yeboseyo..."

.

.

.

Chanyeol tak habis pikir apa yang ada di pikiran bosnya saat ini. Menyuruhnya ke mall dan memborong semua mainan yang ada di sana.

Lalu pergi ke rumah sakit dengan membopong boneka beruang yang tingginya hampir sama dengan nya.

"Hosh, hosh, hosh"

Pria itu kelelahan...

Di pandangi oleh orang-orang yang berlalu lalang di pelataran rumah sakit membuatnya tidak nyaman.

Ia lalu memutuskan duduk sebentar, beristirahat.

"Wah, teddy!" pekik seorang bocah perempuan dengan gigi bolong di tengah...

"Becal sekali teddynya..." pekiknya lagi.

Chanyeol pun menengok ke arah suara, dan mendapati gadis kecil bergaun pink berambut sebahu tersenyum girang melihat boneka besar itu. Plus dengan mulut blepotan noda coklat.

"Besar sekali kan?" ucap Chanyeol.

Sandeul, gadis dengan gigi bolong di tengah itu mengangguk. Pandangannya tak lepas dari benda berbulu coklat yang duduk bersandar di depannya saat ini.

"Oppa, Sandeullie juga mau di belikan yang seperti sama Siyon oppa" monolognya kemudian.

Tak tahan melihat wajah dan tingkahnya yang menggemaskan, tak pelak membuat tangann Chanyeol jahil dan menjawil pipi putih pucat gadis kecil itu.

Tidak tahu saja, jika Sandeul tengah bersiap untuk menangis...

"Omona, kau lucu sekali sih, siapa nama mu gadis manis?" tanya Chanyeol setelah menjawil pipi gadis itu,

Jeda sejenak...

Manik rubah Sandeul sudah mulai berkaca-kaca dan sudah siap untuk...

"OMMA"

.

.

.

Siwon yang kehilangan Sandeul setelah menerima telepon, di kejutkan dengan suara jeritan si gadis kecil.

Dengan panik, ia berlari mencari sumber suara. Manik obsidiannya terbelalak, ketika mendapati sesosok pria yang amat di kenalnya tengah memeluk Sandeul dengan erat.

Mengecupi wajah dan kepala gadis kecil itu dengan sayang dan berlinangan air mata.

Bersama seorang pria tinggi yang terus membungkukkan badanya kepada pria itu. Samar-samar Siwon dapat mendengar jelas tentang apa yang di katakan pria jangkung itu,

"Maaafkan saya presdir, saya tidak tahu jika nona kecil ini putri anda. Maafkan saya"

Sementara Sandeul hanya diam tidak mengerti tentang apa yang terjadi sebenarnya.

"Hiks, appa" panggilnya lirih.

"Iya sayang, ini appa"

"Ini appa"

.

tbc

Continue Reading

You'll Also Like

243K 15.7K 41
-Side B- 🚨🚨🔞🔞🔞🚨🚨 🍃🍃🍃 Tentang Arin dan Johnny dan tentang semua mimpi mereka Impian yang terpendam, impian yang terlupakan serta impian yang...
17.5K 2.1K 17
Mereka adalah dua orang asing yang bertemu tanpa disengaja. Entah takdir apa yang terjalin, di suatu waktu yang tak terduga kedua orang itu kembali d...
190K 16.2K 86
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1.4M 119K 63
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...