When? (#2)

By skyegirlx

30.5K 2.1K 38

Key sempat tidak percaya dengan apa yang ia lihat di toko buku. Ia bisa melihat jelas kalo laki laki yang ber... More

Letter For Hariz
Meet Him?
I Miss You
Z ?
[Hariz] Pencil Game
Moodbooster
Message
Is It You?
The Words
Memories
Falling Apart
Wish You Were Here
He is Here
Misunderstand
The Truth
Miss u
You And I
Back To School
He Stuck Inside My Head
Repeat That Moment
Epilog
Numpang Promote
Third and Fourth Story?

Surprise

701 63 0
By skyegirlx

Terbangun di hari Minggu pagi yang cukup cerah. Key mengerjapkan matanya dan menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang sudah mengintip dibalik gorden yang sudah dibuka bang Kev.

Key menggeliat lalu mengusap matanya sebelum ia terduduk dan termenung sesaat untuk mengumpulkan nyawanya.

Setelah dirasa nyawanya telah terkumpul. Ia berjalan menuju kamar mandi lalu membasuh wajahnya dan menggosok giginya.

Seperti biasa, bang Kev meneriakinya untuk sarapan. Ya, bang Kev kini berkepribadian ganda. Orang tua sekaligus abang yang selalu melindunginya.

Key turun lalu mengecup singkat pipi abangnya itu. "Morning bang" lalu duduk di kursinya.

"Udah sembuh? Syukurlah. Udah makan dulu. Diabisin susunya." bang Kev ikut duduk di hadapan Key.

"Oh ya bang. Maafin Key kemarin ya. Gaseharusnya Key mogok ngomong gitu." ucap Key disela kunyahannya.

Bang Kev tersenyum. "Gapapa. Mungkin lain kali kamu mesti cerita biar bang Kev gak bingung." Key mengangguk lalu melanjutkan makannya.

"Bang Kev hari ini mau kemana?" tanya Key sembari mencuci piring.

"Mau ngambil berkas di kantor yang kemarin ketinggalan. Gak lama kok. Kenapa? Mau jalan?" ya, bang Kev memang sudah bekerja dari beberapa bulan lalu. Bekerja kantoran dengan gaji yang cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarga.

Key berpikir sejenak. "Gak deh bang. Kasian bang Kev banyak kerjaan. Key mau baca novel aja."

"Yaudah. Kalo mau kemana mana bilang." ucap bang Kev sambil mengusap sayang kepala adiknya.

Setelah selesai mencuci piring, Key pamit untuk kembali ke kamarnya.

Dikamarnya, Key membanting tubuhnya ke kasur dan memeluk guling kesayangannya sambil merogoh handphonenya yang berada di nakas.

21 miss calls

40 messages

"Buset ni orang berisik banget." celetuk Key saat membuka handphone yang isinya telpon tak terangkat dan pesan. 2 pesan dari Gladys, sisanya Ariz.

Key membuka pesan dari Gladys terlebih dahulu.

"Key lo udah bangun belom?"

"Key gue kerumah ya?"

Key langsung membalas pesan tersebut.

"Udah dari tadi Dis. Lo kesini aja gue lagi gak kemana mana. Mbb abis makanz."

Beberapa menit setelah Key mengirim pesan itu, Handphonenya berdering tanda panggilan masuk.

Tanpa dilihat siapa yang menelpon, Key langsung mendekatkan handphonenya ke telinga.

"Dis lo kesini aja gue lagi gak kemana mana. Bang Kev mau ke kantornya." ucap Key.

Namun disebrang tak ada balasan apapun. Hanya suara deheman yang membuat Key menjauhkan handphonenya dan melihat siapa yang menelpon.

"Allahuakbar.. Maaf Riz, gak liat kalo lo yang nelpon? Wassap?"

"Sejak kapan gue ganti nama jadi Adis? Terjekut gue." jawab Ariz disebrang.

"Halah lebay. Lo ngapain miss call gue ampe 21 kali?" cerca Key tanpa berbasa basi.

"Ah lo gabaca pesan yang gue kirim ya? Yasudahlah. Bye Sya.." Ariz memutuskan sambungan sepihak.

Key menggerutu. "Emang kebiasaan nih orang." akhirnya Key membuka pesan dari Ariz yang isinya kebanykan chatan tidak penting karena mungkin pesannya tidak dibalas balas.

Key membaca beberapa pesan yang penting.

"Sya tar sore ke taman ya."

"Sendirian"

"Gak pake lama."

"Plis."

Key membulatkan matanya. "Ke taman? Lah tu bocah udah balik? Oh em jih."

Key langsung menghubungi Ariz, namun yang menjawab hanyalah sang embak embak operator.

"Hey you udah di sini??"

Key mengirim pesan itu setelah mencoba menelpon Ariz yang tak berhasil.

Namun handphonenya tak lagi bergetar, sunyi sekali tak ada sama sekali pemberitahuan.

Key akhirnya memutuskan untuk membaca novel yang ia beli kemarin. Dan perlahan ingatannya kembali tertuju pada orang yang mirip Hariz itu. Ia langsung bisa menyimpulkan kalo cowok itu pasti Ariz. Tapi aneh, kenapa Ariz tidak senyolot seperti awal mereka bertemu?

Key menggeleng gelengkan kepalanya untuk menghilangkan ingatan itu. Key menyandarkan punggungnya pada kepala kasur, lalu membaca bukunya hingga matanya sedikit terpejam dan ia tertidur.

×××

Bunyi dering handphone Key membangunkan tidur cantik Key. Lehernya terasa pegal karena ia tidur dalam keadaan duduk dengan kepala miring ke kanan.

Key yang masih mengantuk itu mengambil handphonenya dan melihat beberapa pesan yang belum dibaca dan miss call dari Gladys. Namun tak sebanyak Ariz tadi.

Key menelpon balik Gladys. "Halo Dis. Kenapa?" ucapnya sambil mengusap matanya.

"Itu mau ngasih tau, tadi gajadi kerumah lo. Eh gak dibales bales, gue takut lo nungguin doang. Hehe." jawab Gladys dari sebrang.

"Iya tadi ketiduran."

"Jangan lupa janji Key." Gladys memutus panggilang sepihak. Ucapan Gladys tadi mengingatkannya pada pesan Ariz tadi pagi.

Key melihat jam weker di nakas, jam menunjukkan pukul 15.00. Sontak Key melompat dan langsung bergegas ke kamar mandi.

Lama sekali ia tertidur sampai bangun sore hari. Kenapa bang Kev tidak membangunkannya? Oh ya, ia lupa kalo bang Kev pergi ke kantornya, pulang pulang pasti langsung berkutat pada macbook nya.

Key langsung berjalan menuju kamar mandi. Ia mandi kilat -walaupun tak secepat cowok yang mandi kilat- dan segera berpakaian.

Key keluar kamar dan bergegas turun. Di ruang keluarga sudah ada bang Kev yang sedang berkutat pada macbook nya.

Bang Kev yang melihat adiknya mengambil jaket di gantungan pojok ruangan bertanya. "Mau kemana?"

"Key ada janji sama temen di taman. Gak lama kok." jawab Key sambil memakaikan jaketnya karena diluar udara dingin.

"Mau ujan loh. Bawa payung gih."

Key menggeleng. "Key mau mandi ujan aja. Yaudah Key pamit ya bang.."

"Langsung pulang loh! Ya, hati hati." teriak bang Kev.

Key pun melangkahkan kakinya menuju taman. Sepanjang perjalanan, Key mengeratkan jaketnya karena angin berhembus sangat kencang. Membuat rambutnya berterbangan menutupi wajahnya.

Key menyampirkan rambutnya di belakang telinga, lalu mempercepat langkahnya.

Taman sudah terlihat di pelupuk mata. Namun Key tak melihat siapapun disana, bangku yang sering Key duduki bersama Ariz juga kosong.

Key menghembuskan nafasnya kasar. Apa Ariz lupa?

Key merogoh kantongnya untuk mengambil handphonenya. Namun kantongnya tak berisi apapun kecuali selembar uang berwarna hijau. Ia baru ingat handphonenya berada diatas nakas saat ia sedang terburu buru bersiap.

Key tetap melangkahkan kakinya menuju kursi yang biasa mereka -dia dan Ariz- duduki. Ia kecewa, karena ia pikir ia akan berbahagia saat ini. Namun nyatanya ia sendiri.

Key mengadahkan kepalanya mengarah ke langit mendung. Sebentar lagi rintik rintik air akan turun. Key bisa merasakan kulitnya tersentuh beberapa rintik air yang jatuh.

Hujan turun dengan deras bersamaan dengan air mata Key yang terjun bebas di pipinya.

Key terisak, ia merasa dipermainkan. Seharusnya ia tahu kalau Ariz hanya main main. Ia merasa bodoh.

Key menunduk sambil terus terisak. Hingga kepalanya mengadah karena ia bisa melihat sepasang sepatu. Ada orang yang duduk disampingnya. Tapi siapa?

Key sedikit menyipitkan matanya karena derasnya hujan membuat ia tak bisa melihat dengan jelas, siapa orang di sampingnya.

Key melihat sekilas seorang laki laki. Tapi ia susah sekali mengenali wajahnya sampai laki laki itu berbisik. "Maaf udah buat lo nunggu." seketika Key mengenalinya.

Key langsung menghambur kepelukan Ariz. Ya, dia adalah Ariz. Ariz yang selama ini Key tunggu. Ariz membalas pelukannya dan mengusap perlahan punggung Key.

"Aku pikir kamu gak dateng." lirih Key.

"Aku gak akan mungkin biarin perempuan yang aku sayang nungguin aku sendirian disini."

Key mengeratkan pelukannya. Beberapa menit mereka melepas rindu. Ariz melepas dekapannya, lalu berdiri dan mengulurkan tangannya.

Key menatap Ariz bingung, namun ia menerima uluran Ariz dan ikut berdiri.

Ariz membawa Key ketengah taman yang sepi. Ia berani mengajak Key karena memang sedang tidak ada petir. Kini mereka saling berhadapan ditengah tengah hujan deras. Ariz tersenyum ketika melihat Key yang langsung berdansa ditengah hujan.

Sangat jelas terlihat wajah Key yang sangat bahagia. Hal yang membuat hati Ariz damai melihatnya.

Key berputar dengan tangan Ariz yang masih menggenggamnya di satu tangan. Key meletakkan tangannya dibahu Ariz, mendekatkan jarak mereka.

Hingga beberapa menit kemudian, bibir mereka saling menyatu. Menghangatkan keduanya yang sama sama bahagia. Seakan hujanlah yang menjadi saksi cinta mereka.

- THE END-

Alhamdulillah akhirnya selesi juga!!

Thanks buat semua pembaca ceritaku. Makasih juga udah setia nunggu ceritaku dan mengapresiasikannya dengan vote.

Masih ada Epilog ya, buat penjelasan lebih detail siapa cowok di toko buku dan kenapa Ariz bisa terlambat dan lain lain.

Semoga tidak mengecewakan❤

Love ya^^




Continue Reading

You'll Also Like

162 65 15
"Luka yang perlahan akan menghancurkan kita." ★BIANCALA★ "Bian itu ibarat semesta. Dia memberiku banyak luka namun tetap memel...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
10.8K 700 6
DILARANG PLAGIAT!!! Nicholas Heo yang sedang duduk memandang bintang di tepi sungai Han tiba-tiba dikejutkan oleh sosok yang jatuh dari langit! Denga...
3.3K 2.1K 10
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Athela Fransia Bratajaya, gadis gila, jahil serta receh ini berumur 16 tahun kelas XI IPA 2 di SMA Tunas Bangsa. Gadis yan...