SAVE ME

Da agustC

9.5M 764K 130K

[OPEN PO] Jeon Jungkook diberi pekerjaan untuk menjadi seorang perawat di sebuah rumah sakit jiwa yang mengha... Altro

00. Prologue
01. Intro
02. Oh Man
03. Holy Shit
04. Her
05. Jump
06. Warning
07. Danger
08. Jealousy
09. Obsession
10. Rain
11. Dog
12. Look
13. Here ๐Ÿ”“
14. Embarrassed
15. Back Breaker
16. Not Today
17. Just ๐Ÿ”“
18. One Day๐Ÿ”“
19. Mic ๐Ÿ”“
20. Drop ๐Ÿ”“
21. We Oon
23. Serยทenยทdipยทiยทty
24. Ser-ษ™n-หˆdi-pษ™-tฤ“ ๐Ÿ”“
25. Sick
26. Tomorrow
27. Today
28. No
29. More
30. Dream ๐Ÿ”“
31. Good Day
32. R U Happy?
33. Nevermind
34. Let Me Know ๐Ÿ”’
35. Propose
36. Hug Me
37. Dad
38. War Of Hormone
39. Hold Me Tight
40. Do You
42. Momster
42. Change
43. Begin
44. Lie
45. Stigma
46. First Love
47. Reflection
48. Mama
Boy Meets Evil
49. Lost ๐Ÿ”’
50. Awake ๐Ÿ”’
51. Interlude : Wings ๐Ÿ”’
52. Interlude : Dream ๐Ÿ”’
53. Interlude : Reality ๐Ÿ”’
54. The Last pt.1 ๐Ÿ”’
55. The Last pt.2 ๐Ÿ”’
56. Happen Ending ๐Ÿ”’
57. Outro ๐Ÿ”’
Epilogue๐Ÿ”’
Lost Chapter ๐Ÿ”’
Author Note ๐Ÿ‘
Behind The Fiction ๐Ÿ‘€
Informasi Penerbitan โœจ
Webtoon Challenge ๐ŸŽ‰
Bonus Chapter
โš ๏ธ GIVEAWAY โš ๏ธ
OPEN PO 1 (10-18 Des 2021)
OPEN PO 2 (22 Des - 4 Jan 2022)

22. Serendipity

116K 12K 1K
Da agustC

(pt.1)

Jimin POV


SELURUH pasang mata yang merekam gadis kecil itu pun terkejut, terutama diriku.

“Mwoya?”

Taehyung yang baru saja kupeluk itu segera melayangkan pukulannya padaku. “Apa kau mengenal eonni cans itu?”

"Tentu saja kau boleh meminjamnya, menyewanya, atau bahkan membelinya!" Choco pun mendorong badanku menuju pintu.

“Cepatlah temui dirinya dan jangan membuatnya menunggu!"

Sebelum gadis itu berbalik meninggalkanku, aku pun segera menahan tangannya dan meminta penjelasannya lebih lanjut. "Memangnya dia siapa? Aku tidak mengenal—"

"Kau pikir aku juga mengenalnya dengan ingatan jangka pendekku ini?” Choco melepas tanganku dan beralih menuntun perawatnya yang sedang lemas keluar bersamanya.

“Sudahlah sana pergi. Aku mau mangantar pengantin baruku dulu ke kamar."

“Setelah itu, aku akan menemuimu., janda baik!” ucapnya pada gadis asing itu sebelum ia menghilang dari ruangan ini.

Janda?

“YA! CEPATLAH BAWA GADIS ITU PERGI KELUAR. AKU MULAI MERASA GATAL-GATAL!” Jin selaku pembenci anak kecil yang pertama itu berteriak histeris sambil mengusir-ngusirku untuk pergi.

“Ya..., Temui saja dia siapapun itu, mungkin saja dia sudah mencarimu sejak lama,” celetuk Yoongi tanpa melepas pandangannya ke layar televisi.

“Bersyukurlah senantiasa, kau masih beruntung ada yang mau mengunjungimu.”

Daddy Namjoon ikut mendukungku. “Benar. You harus thankful because ada people yang minus beruntung and tidak pernah meet siapapun here.”

Nayana, nayana.” Yoongi menutup telinganya dengan kesal. (itu aku)

Taehyung menggerutu. “Berisik, jangan nyanyikan lagu pacarku dengan suara cemprengmu itu!”

Sepertinya berbie itu menemukan rival baru.

Dengan panduan dari perawat itu, aku pun berjalan bersama dua gadis asing itu menuju Missing Room.
Tiba-tiba saja gadis yang kecil itu menggandeng tanganku tanpa seijinku. “Andaikan ayah Yoonie setampan ahjussi....”

“Lepaskan, tumila!” Aku segera menepis tangannya dengan cukup kasar. “HANYA LELAKI TAMPAN SAJA YANG BOLEH MENYENTUHKU!”

Induk dari bocah kecil itu segera menarik anaknya dariku. “Jiyoon-ah!”

Tanpa mempedulikan kedua gadis itu, aku pun menghentakan kakiku dan berjalan cepat mendahului mereka.

Kenapa aku harus menemui dua kaum hawa yang menjijikan ini?
KEMBALIKAN JUNGKOOK SI SEKSI BER-SIXPACK KERAS ITU PADAKU!

ⓢⓐⓥⓔⓜⓔ

Cukup lama kami tenggelam dalam sunyi. Tak ada yang berbicara di antara kami, bahkan bocah kecil yang cerewet itu terpaksa harus membungkam mulutnya atas perintah dari ibunya.

Tiga hal yang paling kubenci di dunia ini, Seorang gadis.

"Annyeong,” Gadis yang besar itu memulai pembicaraan. “Sudah lama kita tidak bertemu, bukan?”

"Aku tidak mengenalmu." ucapku dengan singkat tanpa ingin menatapnya. “Kita baru saja betemu hari ini.”

Anak kecil.

Ahjussi...,” Kemudian gadis yang kecil itu berlari kecil menghampiriku lalu memegang tanganku tanpa meminta persetujuan denganku. "Kita main boneka Barbie-ku yang baru kuy!"

“Menyingkirlah dariku!” Aku menatapnya dingin dan menyentaknya, "Lebih baik kau bermain saja dengan Taetae.”

"Eomma!" Gadis kecil itu pun berlari kembali dalam pelukan si gadis yang besar itu dan bersembunyi di baliknya. “Ahjussi itu jahat! Dia tidak mau bermain dengan Jiyeon.”

Air mata.

“Tidak, sayang. Dia baik kok,” Gadis yang a sebut eomma itu meneteskan air matanya di depanku. "A-aku Yoonji, Lee Yo-Yoonji. Kau ingat? Aku—"

“HEY BETINA, KALIAN PUNYA TELINGA TIDAK SIH?” Aku bangkit dari kursiku dan mengebrak mejanya. “Sudah kubilang aku baru saja melihat kalian, bodoh.”

Ini konyol. Aku merelakan acara tv kesukaanku untuk tiga hal yang kubenci. Mengapa Choco membawa dua mahluk menjijikan ini padaku, eoh?

Tak cukup dengan air mata, gadis itu kini berlutut di hadapanku, menghalangi langkahku untuk pergi.

Mianhae...,” Gadis itu mengosok-gosokan tangannya dengan cepat. "Semua ini salahku. Aku telah membuatmu menderita. A-aku—"

"Menghilanglah dari hadapanku." Aku berjalan melewatinya, namun lagi-lagi ia menahan kakiku untuk pergi.

"Ti-tidak bisakah kau menatap wajahku sekali saja, eoh?" ucapnya sambil terisak. “Mu-mungkin dengan seperti itu, ka-kau akan mengingatku, Park Jimin.”

Aku segera menyingkirkan tangannya dariku. "Berani-beraninya kau menyentuhku, jalang!"

Baru saja aku akan berjalan satu langkah, tak ada jeranya ia menahanku. "Jimin-ah, to-tolong jangan seperti ini. Kumohon....”

Tanpa toleransi, aku menendang wajahnya dengan kakiku. "Berhenti menyentuhku, gadis sinting! Aku tidak ada urusan denganmu!"

Bukannya mempedulikan wajahnya yang telah ternodai oleh kakiku, gadis itu kini memeluk kedua kakiku tanpa memikirkan harga dirinya. "Memang, a-aku pantas mendapatkan ini. Ta-tapi tak bisakah…. Kau.... Ka-kau…,”

"Tak bisakah kau mengingat namaku?" ucapnya lagi dengan lirih.

“Aish, sebenarnya siapa yang gila di sini,” Aku berusaha mencapai tombol merah, namun tombol itu terlalu jauh. "PERAWAT! PERAWAT! BAWA DIA KELUAR DARI SINI! DIA GILA! AKU TAKUT!"

Yoonji perlahan melepas tangannya dari kakiku. "Apa kau takut padaku?"

Seketika dia menghapus air matanya dan bersikap tenang. "Kau tahu betapa susahnya aku mengandung anak ini, merawatnya sendirian, memberinya susu, merelakan masa mudaku untuknya, hingga melihat dirinya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah?"

“Argh...,” Tiba-tiba saja kepalaku terasa berat. Aku memegangi kepalaku dan mulai kehilangan keseimbanganku. “Kau.... Ka-kau....”

Gadis itu kini memeluk anaknya yang sedari tadi hanya menjadi saksi bisu di antara kami. "Dia ini anakmu, bodoh."

“Jimin-ah?”

“Park Jimin!”

“PERAWAT! TOLONG DIA PINGSAN!”

ⓢⓐⓥⓔⓜⓔ

"HEY, BOROKOKOK!”

Kepalaku terasa sangat sakit.
Apa aku di bius lagi?

"AIGOO.... KAU PURA-PURA TIDAK MENDENGAR, YA?"

Aku berusaha mengingat-ingat hal yang terjadi sebelumnya.

"YI SAEKKI-YA! AKU TAHU KAU SUDAH BANGUN!"

Aish, dasar gadis ini.
Tak bisakah kau memberiku waktu sejenak untuk mengingat?

"Berhentilah memukulinya, Jeon Choco. Dia masih belum sadar."

Kerja bagus perawatku!
Kau tahu apa yang kumau walaupun aku belum membuka mataku.

"Kau mungkin bisa menipu perawatmu, TAPI TIDAK ADA BISA MENIPUKU!”

Dengan teramat terpaksa, aku membuka mataku dan melemparkan tatapan tajam pada si pengusik gila yang sedari tadi memukuliku itu.

"YA! BERANI SEKALI KAU MENATAPKU SEPERTI ITU PADA RATUMU, EOH!" teriaknya sambil masih memukulku.

"YA! BERHENTI MEMUKULKU!" Aku berusaha untuk duduk sambil memegangi kepalaku yang masih berdenyut entah kenapa. “Kau membuatku semakin pusing.”

Bukannya berbelas kasih, gadis itu semakin keras memukulku tiada ampun, "Ya! Apa kau sedang datang bulan, eoh? Kenapa kau memarahi dia bahkan menendang wajah cantiknya itu? AKU TIDAK BISA MENGAMPUNI—"

"AKU TIDAK MENGENALNYA!" cetusku yang berhasil membuatnya terdiam.

Namun kurasa itu merupakan hal yang salah, karena selanjutnya gadis itu menjambak rambutku tanpa mempedulikan kondisiku yang baru siuman ini. "YA! KAU JUGA TIDAK MENGENALKU KENAPA KAU TIDAK MENENDANGKU JUGA! NAPPEUN SAEKKI!"

“Ya! Ya! Ya! Jangan terlalu keras padanya.” Perawatku segera membantuku untuk melepas tangannya dari rambutku. “Ingatlah. Walaupun dia pantas mendapatkannya, dia masih dalam kondisi sakit.”

Choco segera melepas tangannya dari rambutku lalu melemparkan sebuah gaun tepat pada wajahku. "Aku tidak mau tahu, kembalikan gaun ini pada gadis itu dan minta maaflah padanya.”

”Jika kau menolak, jangan harap kau bisa pipis hari ini.” Kemudian ia berdiri dan berjalan keluar dari kamarku dengan langkah gorilanya.
Aku menatap gaun yang dia berikan kepadaku.

Ini…,

"Aigoo yeppeuda."

I-ini…,

"Ini design gaun pertamaku. Bagaimana?"

Kurasakan sakit yang luar biasa menghantam kepalaku, seakan-akan memaksaku untuk mengingat apa yang telah kulupakan sejak lama.

"Kau pasti akan menjadi seorang designer terkenal!"

Wajah yang sebelumnya ku tendang terpampang jelas di kepalaku.

"Tentu saja! Aku ini Lee Yoonji!"

Pikiranku memutar kembali ke suatu hari yang selama ini terhapus dalam ingatanku.

.

.

HARI itu adalah hari jadi kami yang kelima tahun.

Tentu saja aku telah merencanakan segalanya dan tak ingin membuat kesalahan sedikitpun.

Kutatap kembali kertas yang sedari tadi kulipat dan kubuka itu,
Rencanaku untuk hari ini :

1. Menonton di bioskop.

Aku tahu dia sangat suka menonton bersama popcorn, softdrink, lampu yang gelap, dan tentu saja bersamaku seorang.

2. Karaoke

Dia sangat suka bernyanyi walaupun sebenarnya dia tuli nada. Tak peduli seberapa jelek suaranya, aku akan tetap mendengarkan suaranya sampai akhir hidupnya.

3. Restoran romantis.

Restoran yang kupesan sangat dekat dengan karaoke. Aku sudah menyewanya seminggu yang lalu. Dia sangat menyukai angin malam, jadi aku memesan tempat yang terbuka di luar.

4. Cincin.

Ini bagian terpenting dalam hari ini, AKU AKAN MELAMARNYA.

"Mwohae?" ucap seseorang yang sudah menunggu di belakang punggungku.

Lee Yoonji, Gadis yang akan kupakaikan sebuah cincin di jari manisnya.

“Aniya,” Aku memasukan kertas ini ke dalam saku ku. "Bukan apa-apa."

“Mwoya? Apa kau sedang sakit?” Aku memegangi kedua pipinya dengan tatapan khawatir. “Mengapa wajahmu pucat seperti ini? Apa kita batalkan saja perginya hari ini?”

“Gwenchana,” Gadis itu menggelengkan kepalanya dan melepas tanganku dari pipinya. “Aku hanya kurang tidur.”

“Baiklah, kalau begitu,” Aku merangkulnya dan mengajaknya pergi. “Karena kita tidak bisa menghancurkan hari indah ini.”

Singkat cerita, kami pergi ke bioskop menonton film kesukaannya sesuai rencanaku.

Aku telah menyewa satu studio ini hanya untuk kami berdua. Karena aku tahu saat dia menonton film, dia tak habis-habis nya berkomentar di setiap scene dan membuat orang lain risih.

Drtt.. Drtt..

Mataku beralih kepadanya. "Sepertinya teloponmu berbunyi."
Dia membuka tas kecilnya dan merogoh ponsel-nya. Namun tanpa melihat nama sang penelopon, dia memasukan kembali ponsel-nya dengan cepat. "Bukan siapa-siapa."

Drtt.. Drtt..

Ponsel-nya berbunyi lagi.
"Angkat saja, jangan sungkan." ucapku sambil memerhatikan tingkahnya.

Dia mematikan ponsel-nya dengan cepat lalu tersenyum padaku. "Lupakan. Itu hanya salah sambung."

Sikapnya aneh. Dia tampak gugup dan gelisah. Bahkan dia berkeringat walaupun AC di sini menyala.

Aku memegang tangannya dengan lembut. "Jika ada sesuatu yang mengganggumu, katakan saja pada—"

"SUDAH KUBILANG LUPAKAN!" cetusnya sambil menepis tanganku darinya.

Tangannya sangat dingin dan wajahnya semakin pucat.
"Apa kau sakit?" 

Aku menaruh tanganku di keningnya. “Kita pulang sa—"

"TONTON SAJA FILM NYA SENDIRIAN!" Tanpa memberi keterangan padaku, gadis itu pergi meninggalkanku.

Ada apa dengannya? Ini adalah film yang sangat dia tunggu-tunggu.
Mengapa dia meninggalkannya begitu saja?

Walaupun dengan suasanya yang sedikit canggung, rencanaku tetap berjalan menuju tujuan kedua;

Karaoke.

Saat kami memasuki ruang karaoke, bukannya menyanyi seperti orang gila yang kukenal, gadis itu hanya diam di kursi sambil membolak-balikan buku daftar lagu itu tanpa bersemangat.

"Kau tidak mau menyanyi?" ucapku sambil menyodorkan mic kepadanya.

Gadis itu mengambil dan mendekatkan mic ke bibirnya.

Aku mengambil mic lainnya. "Baiklah…, Lagu yang akan kita nyanyikan hari ini adalah—"

.

.

.

"Mari kita akhiri hubungan ini."

Brak!

Aku menjatuhkan mic milikku. "Ju-judul lagu siapa i-itu?"

"Ini pertemuan kita yang terakhir." Gadis itu menggantungkan tas kecilnya di pundaknya. “Semuanya sudah berakhir, Park Jimin-ssi.”

Aku menahan tangannya. "Be-beri aku alasan yang masuk akal."

"AKU SUDAH BERSUAMI DAN AKU SEDANG MENGANDUNG ANAKNYA!” cetusnya yang menohok pada hatiku.

“Carilah  wanita, ataupun lelaki, atau transgender sekalipun, selain AKU!"

Kemudian dia pergi meninggalkanku yang membeku akan perkataannya.
Semua tak berjalan sesuai rencanaku. Semuanya sia-sia.

Usahaku menyewa bioskop, memesan restoran ternama, hingga cincin yang telah kudesign tiga bulan sebelumnya hanya untuknya itu.

Dari situlah aku membenci seorang gadis.

Continua a leggere

Ti piacerร  anche

209K 17.4K 89
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
JeaLouis Da ping

Teen Fiction

550K 35.6K 24
CERITA PINDAH KE PLATFORM NOVELTOON Spin Off Bad Girl In The School Bagaimanakah jadinya jika Jea yang terkenal playgirl dan tomboy dijodohkan denga...
11.7M 1.7M 68
[TERSEDIA DI GRAMEDIA; PART LENGKAP] Ada 4 orang gila di SMA Bina Indonesia: 1. Re Dirgantara, peringkat paralel pertama. Bukan kutu buku seperti bay...
4.8M 488K 43
[Sudah tersedia di toko buku. Beberapa part sudah dihapus] Sahabat rasa pacar, siapa yang nggak mau? Tapi Barga jelas menolak tawaran itu. Sebab bagi...