Sehun : Sudah sampai di Seoul, kan?
Seulgi : Sejak tadi pagi. Kenapa?
Sehun : 30 menit lagi aku jemput di dorm, ada yang harus di bicarakan.
Jadilah kini Sehun dan Seulgi duduk bersanding di bawah hampar bintang. Kedua kaki Kang Seulgi sesekali menghentak tanah bosan. "Seharusnya kau bilang dulu kalau hanya pergi ke atap apartemen dorm. Jika tahu cuma kesini, aku tidak perlu melakukan persiapan lebih, Hun."
"Ah, jadi kau selalu sibuk berdandan kalau aku yang ajak pergi, ya?" Seulgi menatap Oh Sehun malas. Sedangkan pria itu malah tertawa kecil, melihat wajah Seulgi yang seperti sangat menghibur.
"Tidak bisakah kau turunkan sedikit tingkat ke-pd-anmu itu?! yang kumaksud bersiap itu, memakan kemeja dan celana jeans hitam. Juga mempersiapkan segala penyamaran. Jika saja aku tahu kau hanya membawaku ke atap, tadi aku pasti tidak akan repot mengganti piyama."
"Lalu kalau kau kedinginan?"
"Tentu aku pakai mantel, Hun. Tidak mungkin lah keluar hanya pakai piyama."
"Padahal tadi aku sudah mau bilang kalau aku akan siap meminjamkan mantelku padamu, Seul." Kepal tangan Seulgi membentur lengan Sehun cukup keras hingga membuat pria itu memekik tertahan, meski tak menghentikan kekehannya.
"Bisakah kau diam saja?" Kadang kala berbicara dengan teman sejak sekolah menengah atas-nya yang satu ini sangat menjengkelkan. Entah bagaimana Seulgi bisa tahan berteman dengan Sehun selama tujuh tahun.
"Kalau aku diam bagaimana aku bisa bicara? Ah, jadi kau ingin kita diam – diaman saja sambil menatap bintang bersama? Oh, itu romantis, Seul."
"Oh Sehun!" Tawa Sehun semakin keras ketika Seulgi mencoba melotot padanya meski pun gagal. Pria itu mengangkat dua tangan, bagaimana pun ia tidak mau kena pukulan keras Kang Seulgi lagi. "Lebih baik sekarang katakan apa yang ingin kau bicarakan."
Sehun menghentikan tawa. Mengambil dua kaleng susu coklat hangat dari dalam saku mantel lalu memberikannya pada Seulgi. "Wajahmu merah. Minum ini biar hangat." Seulgi tersenyum geli melihat sikap Sehun yang sok keren. Memberinya minuman sambil berucap singkat tanpa ekspresi. Oh, sungguh, Seulgi geli sekali melihat Oh Sehun berakting layaknya tokoh dalam drama.
"Aigoo, temanku satu ini manis sekali." Seulgi menepuk kepala Sehun dua kali, lalu membuka kaleng susunya tanpa bisa menghilangkan senyum geli. Sedangkan Oh Sehun, telinganya merah. Tiba – tiba pria itu tersedak tanpa alasan yang jelas.
"Jadi sekarang katakan! Aku sudah merasa hangat." Kang Seulgi berucap sambil menatap Oh Sehun lekat. Sehun masih diam, memandangi Seulgi yang secara dramatis tersiram sinar rembulan. Kedip mata gadis itu seperto bergerak slow-mo. Dan Sehun bisa bilang kalau ia jadi gila karena mata itu. "Oh Sehun?"
"U-huk." Lagi, pria itu tersedak udara dalam mulut. Terlihat bodoh memang. Tapi untung Seulgi hanya menatap datar Sehun, terlihat seperti menunggu pria itu bicara. "Jadi begini, aku hanya ingin bicara tentang Chanyeol hyeong dan Son Wendy."
"Ya, kenapa mereka?"
"Apa kau pernah lihat gelagat aneh dari Wendy?"
"Seperti?"
"Ya, kau tahulah. Seperti sering memeriksa ponsel, kelihatan bahagia tanpa alasan, atau bahkan bicara yang tidak – tidak tentang Chanyeol hyeong?"
Bola mata Seulgi berputar, mencari ciri – ciri sikap yang di sebut Sehun pada Wendy selama berada di Hongkong. "Dia sering memeriksa ponsel, seperti biasa. Kalau bahagia tanpa alasan sih, tidak sering. Dan gadis itu juga pernah bilang kalau ia menderita punya pacar yang belum dewasa."
"Ini semakin mencurigakan." Sehun mengernyitkan dahi, kedua tangannya bersendekap sambil menatap lurus ke depan. "Apa mungkin, Son Wendy mulai bosan pada Chanyeol hyeong lalu berselingkuh?"
"Huh?" Seulgi menaikkan alis. "Apa maksudmu menyebut temanku berselingkuh?!"
"Kau tahu, selama ini Chanyeol hyeong jarang mengiriminya pesan. Wendy juga jarang mengangkat teleponnya. Pria itu kini seperti orang paling bodoh di dorm. Kerjaannya cuma kelimpungan dengan perasaannya sendiri."
"Benarkah? Tapi Wendy sering pergi ke balkon hotel untuk mengangkat telepon."
"Tidak salah lagi!" Sehun menghela napas panjang. "Kasihan Chanyeol hyeong . dia sudah hampir kelewat batas, bahkan kemarin Jongdae hyeong sempat bertanya apa pria itu menyukai Wendy."
"Lalu kau jawab?"
"Tentu tidak lah!" Sehun menatap Seulgi frustasi. "Bagaimana ini? Kau bisa bicara pada Wendy? Maksudku, apa kau rela melihat Chanyeol hyeong yang biasa ceria jadi muram setiap hari karena diputuskan Wendy?"
"Oh Sehun, kita masih belum tahu kebenarannya. Lebih baik kau tidak usah menyimpulkan segala hal semaumu sendiri, dan juga jangan katakan apapun pada Chanyeol oppa. Aku nanti akan coba bicara pada Wendy."
"Menurutmu, apa Wendy tipikal gadis yang suka mengkhianati pria?"
"Kurasa tidak. Wajahnya Wendy bundar, jadi dia bukan gadis yang suka mengkhianati sebuah ikatan."
Kedua alis Sehun naik, namun hanya sebentar sebelum tertawa keras. Sungguh, jawaban Seulgi benar – benar merusak suasana. "Kenapa tertawa? Aku serius." Seulgi menatap serius pada Sehun yang masih tidak mau menghentikan tawa.
"Jadi, aku bukan orang yang setia? Wajahku kan tidak bundar, apalagi rahangku setajam pisau." Sehun memamerkan rahang tajamnya dengan cara mengangkat sedikit kepala. Seulgi memerhatikan rahang Sehun lamat – lamat.
"Woah, aku tidak tahu kau punya rahang setajam itu."
Seketika Sehun menutupi rahangnya dengan dua tangan. "Jangan terlalu lama melihatnya, nanti kau bisa jatuh karena ketampananku."
Tanpa sadar kepal tangan Seulgi mengenai kepala Sehun. Sebenarnya sudah sejak tadi tangannya gatal memukul kepala pria narsis itu. "Diam kau. Dan ya, kalau di lihat dari wajahmu kau tipikal pria tidak setia. Pria dengan rahang tajam seperti itu biasanya suka bergonta – ganti menyukai orang."
"Kau yakin?"
Seulgi mengangguk mantap. "Sejauh ini prediksiku selalu benar. Aku pernah baca di internet, asal kau tahu." Ia berucap penuh percaya diri. Tapi memang, selama ini ia selalu menebak dengan benar.
Oh Sehun hanya diam, menatap Seulgi sambil tersenyum tipis. "Percayalah, aku hanya bisa menyukai seorang wanita."
"Oh? Jadi kau sedang menyukai seseorang ya sekarang?" Jari telunjuk Seulgi mengacung pada Sehun, gadis itu tersenyum jahil. Menusuk – nusuk pinggang Sehun dengan jari nya. Menggoda pria itu gemas.
Sehun menangkap tangan Seulgi, ia bukan orang yang pintar menahan rasa geli. "Hm, ya, mungkin. Kurasa aku menyukai seseorang."
"Siapa?"
"Rahasia."
"Aish, kau tidak asik, Hun."
"Memang."
Seulgi membuang tatap ke depan. Pasalnya, baru kali ini Sehun mengaku kalau sedang menyukai seseorang. Selama tujuh tahun ini, pria itu tak pernah terlihat tertarik pada orang lain. Kedua mata Seulgi tiba – tiba melebar, "Hun, aku ingat sesuatu."
Alis Sehun terangkat sebelah. "Apa itu?"
"Waktu kami, red velvet ikut acara di Hongkong bersama Lay dan Zhoumi sunbaenim. Aku yakin melihat Lay sunbae dan Wendy bertukar tatap, Wendy tak bisa menahan senyum dan Lay sunbae pun terlihat menahan tawa."
"Lay hyeong?"
Tak peduli dengan pertanyaan Sehun, kini Seulgi sibuk menyalahkan diri sendiri. "Bodoh, padahal aku sudah berniat bertanya pada Wendy selesai acara! Ck, nanti harus kutanyakan."
"Seul, ini semakin jelas." Sehun menggenggam lengan Seulgi. Menatap gadis itu seperti mendapat ilham baru.
"Apanya yang semakin jelas?"
"Lay hyeong! Aku yakin kalau dia yang jadi alasan Wendy sering memeriksa ponsel dan memakai sweater merah muda milik exo."
TBC
Disini memang sengaja nggak ada wenyeolnya yaa
Tapi aku mau ceritain seulhun yang dari awal cuma aku munculin dikit – dikit.
Actually, aku lebih suka seulhun dari pada seulkai hehe
Leave your comments below, guys ^^ and dont forget to vote ^^