PARTNER

By dqueen_

8.3K 2.1K 236

"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki More

CAST
PROLOG
1. [Baru]
2. [Sekarang]
3. [Siapa?]
4. [Kelam]
5. [Pengakuan]
7. [Satu Kali]
8. [Pengakuan ke-2]
9. [Hening]
10. [Masalah Baru]
11. [Silang]
12. [Pesan]
13.[Kostum]
14. [Segitiga]
15. [Menyerah? Tidak!]
Iklan Sekejap [penting!]
16. [Detik-detik menuju UAS]
17. [Pertanda]
18. [Menuju Kebenaran]
19.[Gagal]
20. [Bandara]
21. [Terluka]
22. [Jubah hitam]
23. [I'm your Riki]
24. [Siapa Dia?]
25. [Sepupu]
26. [Truth or Dare]
27. [Tahun Ajaran Baru]
28. [Cinta Lama]
29. [Dilla Kembali]
30. [Alasan Kembali]
31. [Drama Kecil ala Tobi]
32. [Tertangkap]
33. [Sulit]

6. [Mr.Robot]

311 100 5
By dqueen_


Sepertinya sudah hampir satu bulan lebih aku beradaptasi dengan keadaan sekitar ku di sekolah ini. Aku memilih untuk membaca dan mendengarkan musik di kantin, sepertinya tempat ini cocok untuk kegiatanku itu, strategis sekali karna banyak makanan dan minuman, selain itu masih sepi karna jam masih menunjukkan pukul 06.40.
Segera aku pasang earphone di telingaku dan mulai membaca novel karya penulis yang sangat aku sukai.

Tubuh saling bersandar
Ke arah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam
Saat kumenanti fajar

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu

"Kanya ... " teriak Rani dari kejauhan, namun Kanya masih tetap fokus membaca novelnya.

Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu

Akhirnya Rani memutuskan untuk menghampiri Kanya, "Kanya ... Kay." membuka paksa earphone dari telinga Kanya.

"Eh Rani, ada apa? kok diambil earphonenya?" jawabnya datar dan segera meletakkan novelnya.

"Makanya jangan pakai earphone terus, aku ngomong kamu ga dengerkan?" ucap rani dingin.

"Eh jangan marah dong, emang ada apa sih?" tanyanya santai.

"Gawat Kanya! ini gawat sumpah." wajah Rani berubah menjadi panik seakan memberi sinyal bahwa ada yang tidak beres.

"Gawat gimana maksudnya?" tanya Kanya dalam muka memelas.

"Itu loh, itu ... genk nya ka Sofie mau kesini." wajah Rani makin panik.

"Lah gapapa lah dia kesini ran, toh ini kantin sekolah bukan kantin aku," jawab Kanya enteng.

"Bukan itu Kanya, dia mau nge ... "

Prokk prokk prokk, suara tepuk tangan Sofie and the genk memutus penjelasan Rani.

"Misih dong." mendorong Rani hingga terjatuh.

"Eh apaansih lo, ko ngedorong orang se-enak jidat lu!" ucap Kanya ketus.

"Eh ada ade kelas." menghampiri Kanya, "Lagi ngapain de disini," tanyanya halus namun tatapannya bagaikan iblis.
Anak buahnya duduk di antara kanan dan kiri Kanya sementara Sofie berada tepat di depan meja yang diduduki Kanya.

"Ya makanlah, minum nih." Menunjukkan minumannya. 'ya namanya kantin mau ngapain lagi selain makan minum, ya kali mandi. Sableng nih kakak kelas,' pekik batinnya.'

"Duh berani banget ya ngejawab gue!" bola matanya hampir keluar, dari wajahnya kelihatan bahwa Sofie sudah sangat marah.

"Ka jangan ka, Kanya gatau apa-apa." Rani menarik-narik tangan Sofie.

"Apasih lo anak kecil gausah ikut-ikutan!" mendorong Rani lagi, seperti yang dilakukannya tadi.

"Eh jangan kasar dong!" Kanya segera beranjak berdiri namun terhalang oleh kedua anak buah Sofie.

Sofie menjambak rambut Kanya,dan Sofie berbisik di telinganya, "lo tau ga nyokap gue salah satu donatur di sekolah ini, lo bisa aja di keluarin kalo gue mau. Jadi gausah deketin Reno lagi. Ngerti!"

dari kejauhan Rizki melihat perlakuan Sofie kepada Kanya, dia berniat menghampiri mereka. Namun,

"Sofie lepasin Kanya!" ujar Reno, mencoba melepaskan tangan Sofie dari rambut Kanya.

"Gue gamau," jawab Sofie lantang.

"Sofie lepasin!" kali ini Reno berhasil melepaskan tangan Sofie dari rambut Kanya.

"Apaan sih ren, lo ngebela dia terus? Lo kenapa sih? Gue yang pacar lu ren bukan dia!" teriak Sofie sangat kencang seakan memenuhi ruangan kantin dimana mereka berada.

"Pacar? Sof kita udah putus. Dan yang bikin kita putus itu lo sendiri, lagian Kanya ga tau apa-apa," Jawab Reno

"Lo bohong ren, lo suka kan sama dia, cewe yang sok polos ini. Tapi kenapa ren? Dia ga lebih baik dari gue kan?" jawabnya terisak-isak. Tangisannya memecahkan susana, "gue ngelakuin semuanya waktu itu karna sikap lu ren, lo terlalu ngasih perhatian ke banyak perempuan. Tapi lo ga pernah sadar itu! Kenapa ren? Gue sayang sama lo tapi kenapa lo ngelakuin ini semua?"

"Udah sof kita udah selesai!" kali ini Reno berteriak, semua yang ada di kantin sama sekali tidak memalingkan pandangan mereka dari keributan yang di buat oleh Sofie itu. "lo harus sadar kita udah beda jalan sof, udahlah." Reno meninggalkan kantin bersama teman-temannya, di susul Sofie dan teman-temannya.

Kini tinggal Kanya dan Rani yang mulai bertatap-tatapan mencari sebuah jawaban.

"Kanya? Gue pusing. Ke kelas aja yo," ajak Rani yang dari tadi memegang kepalanya terus menerus.

"Yaudah ayo, jangan pingsan dulu ran," ledek Kanya

"Ya enggalah, ayo."

Dari kejauhan Rizki masih belum beranjak dari tempat dia berdiri sedari tadi, lagi-lagi Reno mendahuluinya. Lagi-lagi anak itu yang dekat dengan Kanya. Matanya mulai berkaca-kaca.

Kejadian tadi saat Reno membela Kanya dan memegang tangan Kanya masih terngiang-ngiang dipikirannya, hatinya terasa teriris sangat perih. Bahkan ini bukan pertama kali dia melihat Reno dekat dengan Kanya.
Seakan memberi sinyal kalau Kanya tidak akan kembali kepadanya, namun hati kecilnya tidak ingin melepaskan Kanya.

"Aku tahu Kanya, ini bukan hanya kisah masa kecil, bukan hanya perasaan antara dua orang sahabat, tapi ini cinta, cinta yang melebihi perasaan apapun. Dan aku yakin kamu belum melupakanku, kamu yang bilang kita akan sama-sama terus, dan aku tau cinta tau kemana arah dia harus pulang." tanpa ia sadari air matanya mulai menetes membasahi pipinya, tidak pernah satu orang pun melihat tangisan kesedian Rizki, karna Rizki termasuk orang yang tidak banyak bicara. Namun kali ini terlihat bahwa hatinya sangat sakit, dia sangat terlihat lemah.

🐤

"Ya ampun ran, dikit-dikit pusing. Kalo kaya gini kan aku jadinya sendirian." aku berjalan menelusuri koridor.

Laa laa laa du du du syala la la
"Eits, kaya liat orang nangis tadi, tapi siapa ya?" berhenti bernyanyi, aku berjalan mundur dan melihat ke segala arah, dan ternyata aku menemukannya diujung koridor belakang dekat kantin.

"Dia itu kan Rizki, ngapain dia nangis di situ. Samperin ah." aku berjalan menuju kearahnya dengan diam-diam agar tidak ketahuan. aku berniat meledeknya kali ini, dan harus berhasil.

"Ehh ada kakak Rizki, bisa nangis juga ka? Ohh kirain gabisa, du du du?" memalingkan pandangan ku dari Rizki.

Rizki mengusap air matanya dengan cepat dan memasang kembali ekspresi dinginnya, "semua orang punya masalah masing-masing, nangis itu hal yang wajar," jawabnya ketus.

"Tapi bagi lo kayaknya ga wajar deh ki." kini mata kami berhadap-hadapan, kegiatan itu cukup lama namun Rizki yang memecahkannya.

"Emang lo kira gue apa makanya ga bisa nangis?" memalingkan pandangannya.

'Iss ni cowo sok jual mahal banget sih, gue masih mau natap lo tau, balik ke arah sini dong,' ucap batinku lirih.
"Robot mungkin, bisa jadi bukan?" aku menatapnya sinis.

"Apa lo bilang? " dia berpura-pura tidak mendengar perkataan ku.

"Robooottt ... " jawabku lantang, kini nada suara ku lebih jelas.

"Coba ngomong sekali lagi!" Rizki menatap lembut mata Kanya lebih dekat lagi.

'OMG, sungguh hati gue dag dig dug der nih, ah bunda mau pingsan.' pipi Kanya mulai memerah.

"Kayaknya lu butuh es batu deh," ucap Rizki, belum memalingkan pandangannnya.

"Ehh. Eeh? Buat ap
... apa?" jawabnya terbata-bata pipinya makin memerah.

"Pipi lu merah banget, udah kayak kepiting rebus, panas kan ya?" Rizki terkekek kegelian karna tertawa, dia berhenti memandang Kanya dengan lembut.

Kanya memegang pipinya, mencoba menutupi malunya. "Apaan sih lo?" dia beranjak dari tempat duduknya, namun Rizki sudah berada di depannya.

"Lo ngambekan yak? Bercanda kali. Baper banget"

"Tadi aja lo nangis kaya orang ga di kasih makan setaun, sekarang ngetawain gue kaya gini, karma lo nanti," ketus Kanya.

"lo nyumpahin gue? Btw sumpah itu biasanya ngemakan orang yang nyumpahin juga lho." Rizki meledek kanya, Rizki tahu betul Kanya sangat takut dengan cerita mistis-mistis ataupun seram.

"Eh jangan gitu dong, lo mah ngomongnya begitu." mukanya memelas.

'Kanya ... kamu ga berubah, kamu masih kaya dulu, Kanya kecil yang penakut dan manja, aku kangen kamu kay.'

"Kena! Sekarang lo yang ngeliatin gue kan, ngaku lo! Hayo ... " menatap Rizki menunggu jawaban atas pertanyaannya.

"Apaan sih lo, udah ah gue mau balik ke kelas," ucapnya ketus lalu meninggalkan Kanya.

"Dasar Mr. Robot" teriak Kanya keceplosan. "Duh dia berhenti lagi, ih nih mulut." menutup mulutnya.

Rizki membalikkan badannya, hendak menghampiri Kanya.

"Eh sorry-sorry, bye." Kanya melambaikan tangannya lalu berlari menjauh dari Rizki, suara hentakan kakinya sangat terdengar di telinga Rizki.

🐤

Di taman sekolah kini Rizki hanya bisa melamun, membayangkan betapa bahagianya dia bisa sedekat itu dengan Kanya. Otaknya terus berputar, satupun kejadian yang di alaminya tadi tidak ingin terlewatkan. Mungkin ini salah satu pintu petunjuk baginya, kalau dia memang masih harus memperjuangkan Kanya.

"Lu itu lucu kay. Mungkin kelucuan lu dari dulu itu yang bikin gua ga bisa ngelupain masa-masa kecil kita," ucapnya sambil tersenyum.

"Gua ga nyangka bisa sedeket tadi sama lu, gua paham sekarang. Kalo lu itu emang harus diperjuangin bukan di lepasin." kali ini Rizki menebarkan senyuman termanisnya.

"Wes wess. Mabro Rizki, kenapa lu senyam senyum? Wah? Kesambet lu ya?" ucap Tobi yang ternyata sedari tadi melihat tingkah laku sahabatnya yang aneh itu.

"Yaelah gabakal kesambet gua mah tob, kalem aja. Btw sejak kapan lu disini?" ucapnya masih terus menebarkan senyumannya.

"Sejakkk.. " memasang wajah bingungnya, "Tadilah. Iya dah yang gabakal kesambet mah, orang setannya gek takut sama lu, hepss." ucap Tobi datar

"Sialan lu, emang muka gua seseram apa sih? Seraman juga muka lu!" balas Rizki.

"Ett sialan, malah gua yang balik dicengin" jawab tobi datar. "Udah ah cape debat sama lu, kantin lah kuy. Kali aja ketemu doi kan, hmm" Tobi melirik dingin ke arah Rizki.

"Apa? Mau ngeledek lagi? Konyol lu ya. Kalo gua jadi sama si doi gua tinggal lu." jawab Rizki ketus membuat Tobi meminta ampun.

"Ehh iya-iya maaf Riz, ah lu mah gitu sama sahabat sendiri." jawab Tobi menunjukkan muka datarnya.

"Yaelah tob bercanda. Kantin lah kuy." ucap Rizki

"Asik kan, kekinian juga lu ternyata, haha. Come on" jawab Tobi, mereka berdua langsung berjalan ke arah kantin.

Tobi dan Rizki semakin akrab, bahkan Tobi sering menjadi mata-mata ketika reno dan kanya bertemu, dua sahabat ini memang bagaikan biji yang susah dipisahkan. Maklum Rizki adalah patner menyonteknya Tobi, bisa dibilang tobi itu siswa yang kurang nilai akademiknya namun inilah tugas seorang sahabat, rizki sebagai sahabatnya sering membantu tobi dalam mengatasi nilai-nilai akademiknya yang kurang. Salah satu dengan mengasihnya contekan, namun hal itu dilakukan Rizki jika Tobi benar-benar tidak mengerti. Mungkin karna sudah lama berteman mereka susah untuk berpisah, kadang tobi langsung paham apa yang dirasakan oleh Rizki begitupun sebaliknya.

🐤

And Finally Gue akhirnya balik juga kuy.
Pada kangen ga sih, kayaknya engga yah. Btw chapter 7 udah selesai sebenarnya. Tapi gua lagi males buat benerinnya lagi. Next time aja lah ya.

Vote+comment.
[Chapter 7] 👉

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
370K 17.9K 33
[Follow dulu untuk bisa membaca part yang lengkap] Tarima Sarasvati kira akan mudah baginya menjadi istri bayaran Sadha Putra Panca. Hanya perlu mela...