Bonus Palsu

By mounalizza

761K 51.9K 5.4K

"Ceria itu datang membawa keramaian dalam hidupku. Sifat positivnya membuat aura kelamku tergantikan dengan s... More

Prolog
Bonus - 1
Bonus - 2
Bonus - 3
Bonus - 4
Bonus - 5
Bonus - 6
Bonus - 7
Bonus - 8
Bonus - 9
Bonus - 10
Bonus - 11
Bonus - 12
Bonus - 13
Bonus - 14
Bonus - 15
Bonus - 16
Bonus - 17
Bonus - 18
Bonus - 19

Epilog

36.8K 2.6K 388
By mounalizza

Rezky  ~(˘▾˘~) ~(˘▾˘)~ (~˘▾˘)~

Hai semua. Jumpa lagi denganku Rezky Abdi Negara. Tak terasa sudah dipenghujung cerita. Mungkin akan ada extra part tapi yah apa kata si author. Secara ceritaku cukup dianak tirikan oleh beliau. Nggak apa-apalah udah dibayar ini. Pake bonus istimewa selamanya lagi. Jiaaah...

Tetapi aku cukup bersyukur, secara khusus ceritaku seharusnya memamg tidak sepanjang ini. Baiklah marilah kita akhiri cerita ini sambil tersenyum. Jika kalian ingin bertanya acara pernikahanku beberapa saat yang lalu mungkin aku akan bercerita ringkasan acaranya. Karena jika Muna yang berbicara aku yakin kalian akan pusing tujuh keliling.

Biarkan saja aku yang menikmati pusing-pusing itu.

HARUSKAH AKU BERTERIAK?

Ah rasanya sudah tidak perlu lagi. Baiklah akan aku ceritakan kronologinya.

Setelah acara tangis-tangisan Muna dengan Om Chandra, saat akhirnya Muna memaafkan kejadian di masa lalu dan meminta Om Chandra yang menikahkan kami, secepat kilat kami mempersiapkan acara sakral tersebut.

Sebenarnya hanya tinggal mendaftar pernikahan dan menghubungi papa dan kedua kakakku semua bisa terlaksana. Tetapi bukan Muna namanya jika tidak me-lebay-kan acara.

Papa dan kakakku sampai ke Jakarta sehari setelahnya. Kondisi Om Chandrapun sebenarnya semakin membaik. Mungkin ada sebagian penyakit bersalahnya yang terpendam kini sudah terhempas pergi. Om Chandra berusaha bisa melawan penyakitnya walaupun memang sudah terlambat.

Bicara mengenai lebay ala Muna memang tidak bisa kutolak. Bayangkan saja di tengah kondisi belum stabilnya Om Chandra kami mengganggunya dengan kostum India yang begitu penuh aksesoris. Entah apa fungsinya. Aku pasrah walaupun tak henti-hentinya kedua kakakku mentertawakan aku, biarlah selama Muna bahagia aku bersedia. Cinta meluluhkan hati yang beku. Asyik deh bahasa gue.

Kami melakukan acara ijab qabul di ruang perawatan Om Chandra. Di saksikan mama Mira, Nizar, papaku dan kedua kakakku serta dokter dan suster yang mengobati Om Chandra. Dan pastinya para orang sangat penting dari KUA. Hehehe.

Muna memakai kostum sari India dengan aneka dandanan India yang aku tidak tahu itu apa, yang jelas cukup membuat telingaku mendengar aneka suara disetiap pergerakan Muna. Gadis lebay-ku tampaknya sangat menikmati.

Setelah proses ijab qabul selesai Muna mencium tanganku dengan khitmad. Tak kusangka status kami sudah berubah. Dia istriku.

Gue jadi suami sekarang.

Om Chandra dan mama Mira tampak bahagia bahkan mereka berdua meneteskan air mata. Nizarpun juga terlihat bahagia. Walaupun sejak kemarin aku melihat perbedaan tingkahnya yang sedikit aneh. Nizar lebih banyak diam dan seperti memikirkan sesuatu.

"Semoga rumah tangga kalian selalu bahagia." doa Om Chandra kepada kami. Beliau duduk di tempat tidur diantara kami yang berdiri di dekat dirinya. Begitu juga dengan papaku. Wajahnya sungguh sangat lega. Papaku memang merasa sangat ingin melihat aku menikah. Pesan dari mendiang mama memang selalu terngiang.

"Jadi nggak mau dibuatkan acara resepsi?" tanya salah satu kakak perempuanku. Aku dan Muna menggeleng yakin. Apalah arti perayaan itu. Aku tidak butuh pembuktian seperti itu, aku hanya butuh status Muna resmi di mata agama dan negara. Di mata orang-orang itu bukan yang utama.

Terlebih, papa mertua sedang dalam kondisinya yang tidak baik. Lagipula kostum yang kami pakai juga sudah lebih dari kata meriah.

Ah mengingatnya saja membuat aku terkikik. Baiklah lupakan permasalahan kostum lebay pernikahan kami.

Hari itu mungkin menjadi hari paling berat bagi Muna. Bagiku juga sih. Pasalnya secara mendadak sore hari saat semua orang sudah pulang kecuali mama mertua dan Nizar, kondisi papa Muna semakin menurun. Saat itu aku dan Muna baru saja duduk di kursi mobil untuk pulang ke apartement, tapi urung terjadi karena kabar dari Nizar itu membuat Muna panik dan berlari keluar dari mobil.

Mau tidak mau aku mengejar istriku itu. 

Sebelumnya papaku memang sudah membisikkan sesuatu. Masih aku ingat satu jam sebelum ijab qabul, papa membaca riwayat kesehatan papa mertua dan ucapan papa membuat aku semakin takut akan reaksi selanjutnya.

"Rez, sebaiknya jangan tinggalkan mertua kamu dalam waktu dekat ini. Muna jangan sampai tak melihat saat terakhir orangtuanya."

Iya papa benar, waktuku dengan Muna memang masih panjang dan bisa berepisode tanpa henti, bahkan Uttaran saja bisa kalah sama aku. Dan malam itupun aku mengalah. Kami bermalam pertama di rumah sakit, lebih tepatnya aku di ruang tunggu dan Muna mundar-mandir menemani sang papa.  Ikhlas? Yah mau tidak mau. Nasib.

Muna dan Nizar berubah menjadi dekat dengan papa mertua. Sepertinya mereka sadar waktu hidup beliau tidak lama lagi. Esoknya dengan wajah tersenyum, papa mertua menghembuskan nafasnya. Ini lebih baik, karena penyakitnya memang sudah sangat parah. Yang pasti penyesalan tidak hinggap di diri Muna. Ia berhasil merelakan rasa dendam yang selama ini ia patri menjadi kata maaf yang berhasil membuat tenang kepergian sang papa.

Selama satu minggu setelah berpulangnya papa mertua, Muna sedikit lebih diam. Aku memakluminya. Ia lebih banyak melamun dan memeluk Mama Mira selalu. Muna seperti trauma takut kehilangan orangtua.

Aku memakluminya sekali lagi dan sangat bersabar setiap malamnya. Kalian pasti penasaran apa aku sudah melakukan ritual malam pertama bukan?

Ah jawabannya belum. Kasihan sekali kau Rezky. Bahkan kata-kata dua kakakku masih terngiang di telinga.

"Puasa dulu nananinanya. Lagipula kamu kan sudah turun mesin, lebih baik service dulu.."

Menyebalkan sekali punya kakak seperti mereka. Aku hanya tertawa sumbang. Karena memang aku belum satu kamar dengan Muna. Ayo yang baca terus saja tertawakan aku.

Selama satu minggu awal pernikahan kami, Muna tidur bersama Mama Mira. Setiap malam ia ingin dipeluk Mama Mira. Ironis, tapi aku memaklumi karena ia sedang berkabung. Perasaan gue kebanyakan harap maklum?

Di minggu kedua kami sudah tidur satu kamar. Sebenarnya ini sudah akan menuju puncak, tetapi situasi tidak berpihak kepadaku. RezkyBar mengalami kebakaran dan aku cukup lelah setiap harinya mengurus berbagai laporan kepolisian dan penyelidikan kasus. Sungguh memakan waktu dan tenaga, setiap aku pulang Muna sudah tertidur dan akupun seperti benar-benar turun mesin.

Hanya kecupan di kening yang selalu kulakukan. Abang lelah dek..

Diminggu ketiga saat semua sudah berangsur normal, dimana Muna sudah mulai kembali ceria dan menerima kenyataan, lagi-lagi keadaan tidak berpihak.

Cari ribut memang si keadaan.

Maimunah mendapat tamu bualan saudara-saudara. Rupanya aku memang sedang diberikan ujian. Halal sudah di depan mata, tetapi butuh harga mahal mencapainya. Ini memang ganjaran bagi laki-laki macam diriku.

"Maafkan aku suami. Setelah berbagai hambatan dua minggu yang lalu menghadang kita, sekarang justru tamu bulanan hadir di antara kita berdua. Tapi tenang kalau kamu mau aku bisa membantu kamu. Ya biar masih perawan aku ini cukup tahu diri seputar pengetahuan. Terlebih kakak kamu memberikan aku buku bantuan suami istri lengkap dengan cara jitu memuaskan suami dan juga aneka posisi.."

"Cukup Muna! Sekarang kita tidur dan istirahat.."

Potongku saat itu, bisa panjang dan mengakibatkan sesuatu memanjang dalam diriku. Baiklah jangan dibahas.

"Tapi Rez aku mau dipeluk kamu tidurnya. Masa dari kemarin cuma kecup di jidat. Kurang menantang. Aku khawatir ucapan Mbak Karina dan Mbak Selina perihal turun mes..."

Belum sempat Muna mengatakan hal aneh-aneh aku segera melumat bibir berisiknya. Dan akhirnya setiap malam sebelum tidur aku selalu menciumnya dan bermesraan dengannya. Anggap saja permulaan.

Pertama sebagai acara pembukaan dan adaptasi untuknya, selain itu juga untuk membungkan mulut berisik Muna yang terkadang bertanya dan menjelaskan membuat harga diriku sebagai pria tergores.

Jiahh bahasa lo Rez..

Balik lagi ke acara malam pertamaku. Yah akhirnya diminggu ketiga pernikahanku aku berhasil membobol gawang Muna. Walaupun dengan penuh perjuangan.

Bayangkan suara Muna dan intensitasnya meningkat drastis saat ia sedang gugup. Bisa dibayangkan konsentrasiku hampir terganggu.

"Rez sekarang jam berapa? Ini detik-detik aku berdarah kesakitan dan menangis karena mahkotaku sudah dicuri."

"Aku tidak mencurinya Muna, kamu milikku. Sudah diamlah dan nikmati."

"Kamu cepat sekali membuka bajuku?"

"Karena waktu sudah menyiksaku."

"Tapikan salah kamu sendiri, waktu awal aku sudah menawarkan. Tapi kamu sok malu-malu dan idealis menolak perawan. Harga diriku terhempas begitu saja. Menohok di hati. Udah malam itu aku pergi lagi. Dan setelah itu kepahitan menerpa hidupku. Aku sakit dan bangkit sendiri tanpa ada yang perduli. Hanya suara yang menjadi andalan aku melanjutkan hidup. Tapi akhirnya waktu kembali mempertemukan kita lagi saat makhkota yang sempat kamu tolak ingin aku jual dan kamu menyelamatkannya.."

"Ini mau dilanjut nggak? Kamu dongeng dulu aja deh!? Biar aku ngerokok di balkon. Udah selesai ngoceh kamu panggil aku lagi.."

"Haduh marah nih ceritanya suamiku. Sambil bekerja dong jadi seru. Nggak mau disentuh gundukan ini..."

"Munaaa..."

Aku selalu tak bisa menahan tawa jika mengingat malam pertamaku yang sangat bising. Aku seperti bermalam dengan tweety. Cerewet menggemaskan. Jangan bayangkan ada tangisan atau ringisan, aku rasa Muna sudah lupa atau bahkan tak merasakan karena ia terus saja mengoceh. Ia hanya diam saat aku cium.

Ya tentu saja, jika saat berciuman ia masih berkicau akan kupastikan mulutnya akan aku sumpal dengan handuk kecil.

Berisiknya Muna setimpal dengan kebahagiaan yang ia berikan. Kalian tahu kenapa? Karena saat kami sama-sama berhasil mencapai puncak kepuasan dia menatapku dan menangkup wajahku agar mataku menatap matanya. Dia mengecup keningku dan berkata.

"Selamanya aku akan mencintai kamu suamiku." Jika tidak sedang dalam posisi menindihnya ingin rasanya aku berdiri dan melakukan gaya ceremony goal ala Om Bebeto asal Brazil. Gaya Bebeto yang sudah mendunia, menggendong bayi penuh kemenangan.

Dan memang saat itu tujuan utamaku adalah membobol gawangnya agar segera cepat bisa membuahkan keturunan. 

Sabar nak..proses kehadiranmu sedang papa buat. Dan akan semakin giat dibuat. Mamamu mencintai papa tulus.

Baiklah tutup buku masalah malam pertamaku. Aku rasa tidak pantas dibicarakan lebih dalam. Intinya begitu deh, aku membuktikan jika aku masih layak pakai. Tuduhan turun mesin hanya fitnah belaka yang disebarkan oknum kurang kerjaan. Malam yang indah karena Muna sungguh luar biasa berisik dan memuaskan. Gue kasih Hattrick malam itu. Sebenarnya bisa lebih dari tiga, cuma kasihan istriku.

Dan sekarang kalian pasti sedang bertanya-tanya bagaimana kelanjutan kisah kami. Benar kan?

Oke baik aku akan berikan clue nya melalu foto di bawah ini.

Yup.. Ini foto Maimunah yang sangat kubanggakan, buah hasil perbuatanku setiap malam dengan tujuan goyang Bebeto segera terlaksana. Aku menang kejuaran tingkat hatinya. Hallah apa sih bicaraku. Lama-lama kalian pusing denganku yah? Ah terserah, toh ini episode terakhirku.

Eh tapi ngomong-ngomong gue ngoceh Bebeto pada tahu nggak sih? Nggak tahu goyang Bebeto? Cari di Youtube pasti ada.

Lanjut ke foto tersebut. Pemandangan yang tak pernah aku duga bisa terjadi di perjalanan hidupku. Di dalam sana ada calon putriku. Itu foto Muna bersama versi mininya yang masih di dalam perut. Mengenai masa ngidam, beruntung Muna tidak terlalu banyak masalah. Hanya saja intensitas ia berbicara meningkat drastis. Tapi tenang telingaku punya banyak extra menampung aneka kalimat yang dikeluarkan Muna.

Kehamilan Muna di foto itu memang sudah dibulan mendekati kelahiran. Saat itu kami masih menetap di Indonesia. Mama Mira yang menemani kami. Mertuaku itu sudah tidak tinggal di Surabaya lagi. Aku yang memaksanya tinggal di ibukota menemani putrinya, masa tuanya harus ia gunakan bersenang-senang. Tidak perlu lah membanting tulang mencari nafkah. Karena ada aku sang menantu. Ajigile gue jadi menantu teladan. Lagipula aku memang merindukan sosok lembut seorang ibu. Dan Mama Mira memberikannya adil kepadaku juga.

Aku benar-benar menjadi manusia baru dengan kehidupan baru yang bersih. Terlebih semenjak insiden kebakaran di club, aku menjual tanah itu dan mencari pekerjaan yang lebih bersih lagi. Yah aku membuka restoran keluarga. Karyawan masih tetap yang berada di club tetapi mungkin berbeda konsep. Papa juga mendukung dan membantuku.

Muna sendiri menjadi ibu rumah tangga yang sangat penurut. Aku sudah menawarkan ia untuk melanjutkan kuliah tetapi ia menolak sendiri. Karena memang benihku langsung tertanam di perutnya di bulan kedua. Misi berhasil dan hidupku sangat berwarna dengan kehadiran Muna di sisiku.

Nah aku belum cerita bukan setelah Muna melahirkan, aku hijrah bersama Muna dan Mama mertua ke Australia. Kebetulan kakakku Selina juga menetap di sana. Jadilah kami ikut hijrah dan aku memulai hidup baru lagi di sana. Aku membuka restoran dan cukup di terima di sana.

Kami pindah ke Australia saat Atika berusia enam bulan. Nah aku belum cerita kan tentang putri cantikku itu?

Ini dia penampakan foto saat Atika berusia enam bulan. Sehari sebelum kami berpisah dengan negara Indonesia.

Yang berani cubit Atika aku cium nih!!! Menggemaskan bukan putriku ini? Aku mencintainya sangat. Dia putri tersayangku yang akan aku jaga sepenuh hati. Tidak akan aku biarkan orang-orang menyakitinya. Langkahi mayatku jika Atika menangis karena orang lain.

Sebenarnya papa sangat sedih saat aku dan keluarga kecilku ingin hijrah, karena Atika benar-benar hadiah terindah baginya. Masa tuanya benar-benar hidup sejak Atika lahir. Tetapi papa memang orangtua penuh rasa toleransi. Dia mengizinkan. Lagipula dia bisa datang kapanpun dia mau.

Akhir kata sekarang hidupku sudah berubah. Hampir tiga tahun pernikahanku dan aku masih merasa selalu bersyukur atas perubahan besar-besaran yang menimpa kisah hidup unikku.

Seperti sekarang, rutinitas yang tidak pernah luput kutinggalkan. Aku sedang duduk bersantai dengan Atika di pangkuanku. Setelah selesai makan malam kami biasa duduk bersantai sambil menyaksikan acara keluarga di televisi. Usia putriku sudah memasuki tahun pertama. Lebih tepatnya satu tahun lima bulan.

Menggemaskan bukan?

HARUSKAH AKU BERTERIAK?

Tidak perlu berteriak juga putriku ahlinya berteriak. Tapi ini teriakan menyenangkan. Atika sudah bisa bertingkah manja. Seperti saat ini misalnya. Dia memanggilku dada.

Seharusnya daddy, tetapi karena terbiasa memanggilku dada jadinya sudah menjadi panggilan sayangnya.

"Atika nanti kalau kamu sudah besar, dada melarang keras kamu berpacaran." ucapku asal sambil merapikan rambutnya. Dia sedang bermain mainan piano kecilnya sambil bergumam tidak jelas. Atika mempunyai kegemaran bergumam.

"Loh kenapa tidak boleh? Kasihan Rez kalau dia tidak merasakan masa-masa indah saat remaja. Perasaan unik seperti itu sayang jika dilewatkan. Kita sebagai orangtua tidak boleh membatasi kesenangan buah hati asal kita juga memantau. Kamu ini gimana? Putriku juga butuh suasana, masa dari kecil sudah kamu kuasai. Cinta boleh tapi jangan terlalu kaku sayangku. Setelah aku lihat-lihat kamu akan menjadi daddy galak deh. Ah kasian sekali putriku jika benar terjadi. Nasib putriku sudah bisa dipastikan nelangsa dan terjebak dalam pengekangan bertubi-tubi."

Kalian pasti tahu bukan itu suara siapa? Si lebay milikku seorang. Maimunah istriku.

"Ini silahkan dinikmati." Muna duduk di sampingku sambil memberikan satu cup besar puding buah segar dari lemari pendingin. Atika langsung tak fokus dengan mainannya.

"Uuu dada.." Ucapnya antusias menatap puding itu. Aku menyuapinya. Muna mencubit pipi Atika yang dibalas gerutuan lucu.

"Mamam..."

"Atika nanti kalau sudah besar harus bisa jadi primadona yah. Mama akan mendukung kamu kalau kamu mau jadi artis atau penyanyi terkenal. Mama tahu bakat kamu sudah terlihat. Dan dari dini mama akan berada di lini terdepan untuk membina kamu. Kamu tenang saja, perjuangan masih panjang dan waktu juga masih terlampau luas. Nanti kita duet bersatu yah..."

"Nanana mamam.." Atika mengangguk sok mengerti. Satu hal yang selalu disukai Atika adalah kicauan sang mama. Benar-benar duo kompak yang sudah menguasai hatiku.

"Tidak bisa. Dia tidak boleh jadi artis apalagi terkenal. Nanti banyak pria hidung belang yang menganggu. Dia harus  menjadi putri baik-baik yang hanya tinggal di rumah." sanggahku keras menatap Muna. Atika seolah faham dia menatap wajahku.

"Dada nanana dadada nanana dadda nnana hmmmm nanaa.." seolah faham akan maksudku dia berceloteh tak jelas. Wajahnya ikut cemberut sama dengan Maimunah. Ah kalau sudah begini aku tidak bisa apa-apa. Mereka seolah mampu meluluh lantahkan pertahanan hati.

Slupp..

Baik Muna dan Atika kujejali satu sendok puding. "Sudah, waktu masih panjang dan aku tidak mau memikirkan aneh-aneh." mereka kembali bergelayut manja. Muna memeluk lenganku, sedangkan Atika bersandar di dada. Benar-benar bonus yang sangat istimewa.

Aku memang brengsek, tetapi setidaknya aku mengakui dan sadar diri akan kekuranganku. Sekarang menjadi lebih baik adalah moto hidupku setiap hari. Tidak ada alasan untuk aku tidak bersyukur.

Aku mencintai Maimunah mungkin semenjak awal kedatangannya yang mengagetkan di depan pintu apartement dimalam minggu itu. Dan semenjak itu mungkin Tuhan sudah punya jalan sendiri untuk merubah hidupku dengan cara yang Muna punya. Cara berisik yang menyentuh hati.

Aku mencintaimu Muna. Selamanya..

"Rez bagaimana kalau kita menambah armada keluarga agar Atika punya teman dan tidak kesepian. Aku juga mau punya jagoan yang nanti mirip seperti kamu, ya meskipun tidak harus melalui fase sebagai pria pemain seperti kamu tapi aku mau punya pahlawan yang bisa menemani aku, Atika dan kamu nanti kalau kamu sudah turun mesin..."

Belum sempat Muna melanjutkan aku sudah menatap matanya garang. Muna ini masih saja punya kebiasaan merusak rasa percaya diriku. Semua karena kedekatannya dengan Mbak Selina. Ah mengacaukan saja.

"Iya nanti yah Muna setelah Atika berumur lima tahun, kita kasih dia adik." Muna mengangguk dan dengan berani ia melumat bibirku pelan.

"Aku mencintai kamu Rezky.." ucapnya yang tak akan pernah aku ragukan lagi. Muna memang benar-benar membuktikan rasa cintanya untukku.

"Kamu bonus istimewa dalam hidupku sayang.. Maimunah si lebay." Muna tertawa dan kembali menarik wajahku. Ia menciumku ganas dan sangat menggebu. Jangan ditanya balasanku. Hei aku seorang Rezky. Pantang kalah dihadapan kaum hawa.

Tapi ngomong-ngomong sepertinya kami melupakan manusia menggemaskan yang sedang bersandar di dadaku. Ini yang bisa mengalahkan aku.

Atika langsung duduk tegak menatap aksi kami. "Nanananana dada mamamm..." protesnya lucu. Aku langsung menarik kepalanya kembali bersandar di dadaku. Merengkuh dengan satu tanganku. Muna mengambil cup puding di tanganku dan ia letakkan di meja.

"Atika putri yang paling dada cintai dan sayang." bisikku sambil terkikik dan mengusap punggungnya dengan lembut penuh kasih sayang.

Sekedar pemberitahuan dia sedang mengalami masa dimana aku dan Muna tidak boleh bermesraan di depannya. Entahlah, dia akan marah dan cemburu jika melihat kemesraan kami. Dan akhir-akhir ini jika kami ingin bermesraan dengan terpaksa harus menunggu hingga Atika tidur terlelap dengan sangat pulas.

Menyusahkan yang menggemaskan. Itulah hidupku sekarang, dikelilingi bonus-bonus spesial. Aku bahagia.

Oh iya tunggu sebentar. Aku yakin kalian pasti ingin tahu kabar terakhir dari adik ipar super tengilku bukan? Nizar dengan segala sifat anehnya sekarang bertambah aneh. Semenjak kematian papa mertua, sifat Nizar berubah drastis. Ia menjadi pendiam dan seolah banyak berfikir.

Setelah lulus sekolah baru-baru ini, ia ingin melanjutkan kuliah di Malang. Aku tidak tahu kenapa ia memilih kota itu. Yang kutahu ia ingin memperdalam budidaya apel Malang. Anak itu memang suka berfikiran aneh-aneh. Di luar normal, tapi ya sudahlah biarkan saja. Keinginan yang benar-benar ia tekuni terbukti semakin mendekati cita-citanya. Nanti sajalah berbicara Nizar. Panjang dan memakan waktu, lebih menyenangkan bercengkrama bersama Muna dan Atika putri tercinta.

Akhir kata, terima kasih sudah mau membaca kisah hidup pria macam aku. Semoga yang baca diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga kalian para jomblo ngenes tidak ngeces membaca cerita ini. Kudoakan sebentar lagi kalian laku dan mendapat bonus juga.

"Rez, Atika sepertinya tertidur di dada kamu. Bagaimana kalau kita bermain sambil tersenyum dan tertawa berdua. Tapi Atika di tidurkan di kamar sebelah saja atau bersama mama. Kebetulan tadi mama menawarkan untuk menemani Atika tidur malam ini. Kita bisa bermain dengan tenang. Aku janji kali ini tidak akan berisik dan bercakap dengan kalimat macam-macam. Kamu bebas minta apa saja sama aku...."

"Ssst... " aku segera berdiri sambil menggendong Atika pelan. "Ayo kita titipkan dia ke kamar Mama." bisikku sambil menyeringai.

Sungguh Muna memang akan selalu menjadi yang terunik di hati. Bonus palsuku sudah tergantikan dengan bonus paling unik sejagat raya.

Sampai jumpa di cerita putriku Atika. Lihat saja perjuangan pendamping Atika tidak semudah itu mendapat restu dariku, karena Atika segalanya bagiku.

End.
Rabu, 15 Juni 2016
-mounalizza-

Continue Reading

You'll Also Like

18.8M 1.1M 57
PROSES REVISIAN YA! 23/03/20 cover by : canva
228K 8.7K 15
Tentang Anggika, Gadis biasa yang hanya punya teman terhitung jari. Berada dalam quarter life crisis yang membuatnya sering uring-uringan soal masa d...
590K 76.4K 36
#Wattys2021 Winner ㅡ Chicklit | Chicklit - Romance Comedy | This work was added to @WattpadChicklitID Reading List April 2021 Lift my life, help me o...
2.4M 248K 31
[Medical Content] Love is not just a word. You will know until you read this story till the end. Kisah ini bermula di Rumah Sakit Fatmawati. Antara d...