Bonus Palsu

By mounalizza

761K 51.9K 5.4K

"Ceria itu datang membawa keramaian dalam hidupku. Sifat positivnya membuat aura kelamku tergantikan dengan s... More

Prolog
Bonus - 1
Bonus - 2
Bonus - 3
Bonus - 4
Bonus - 5
Bonus - 6
Bonus - 7
Bonus - 8
Bonus - 9
Bonus - 10
Bonus - 12
Bonus - 13
Bonus - 14
Bonus - 15
Bonus - 16
Bonus - 17
Bonus - 18
Bonus - 19
Epilog

Bonus - 11

30K 2.2K 305
By mounalizza

Hai semua. Kalian tau gara2 byk yg minta visual Nizar kira2 seperti apa aku jd cari2 digugel penampakan puding roti srikaya. Yah intinya begitu deh kuning2 kumel. Hahahaha

Sorry for typo.

•••

Rezky (¬-̮¬)

"Rezky........" teriak seorang wanita saat melihat penampakkan ku di rumahnya.

"Rezky...." panggilnya sekali lagi.

"...."

"Kenapa senyum-senyum nggak jelas gitu? Lupa sama mbaknya?"

"Iya Mbak maaf baru sempat jenguk.." aku langsung memeluk kakak perempuanku, Selina. Beda jarak usiaku dengannya sepuluh tahun. Tapi tidak membuat jarak itu menjauhkan kita. Setelah menikah dan mengikuti suaminya dinas di Surabaya kakakku ini memang sedikit disibukkan dengan segala kegiatannnya. Sesekali dia pasti menyempatkan pulang dan melepas rindu dengan papa. Kakakku ini sudah tujuh tahun menikah dan belum dikaruniai buah hati. Kesibukan mereka berdua yang berprofesi sama sebagai dokter membuat kurangnya waktu untuk memikirkan keturunan. Pemikiran kebanyakan pasangan jaman sekarang.

Jika aku sudah menikah, jelas aku mau istriku mengurus segala kebutuhanku dan aku berjuang mencari sesuap nasi untuk kelangsungan pernikahan kami. Aku mau princess duduk tenang di rumah menungguku di rumah dan memanjakan aku dengan cinta kasihnya. Ah kenapa aku membayangkan Muna menungguku pulang dan sedang hamil besar yah?

Lalu kami meluangkan waktu di tempat tidur sambil menonton acara tv. Tapi aku lebih menyukai bermain dengan perut besarnya. Berbicara dengan calon keturunanku. Sementara Muna menonton layar televisi. Eh tapi mungkin Muna sedang berkicau sih, tidak mungkin dia hanya diam tanpa mengeluarkan kata-kata. Rezky kau mengkhayal kebangetan.

"Lah kenapa kamu senyam-senyum nggak jelas?" selidik Mbak Selina. Aku baru sadar, aku melamun saat memeluk Mbak Selina.

"Aku kangen mbak." bohongku menahan malu. Jelas aku malu, bisa-bisanya aku berkhayal di waktu yang tidak tepat.

"Ternyata benar yang papa katakan." Mbak Selina duduk di sofa ruang keluarga.

"Papa bicara apa?" tanyaku ikut duduk di sampingnya.

"Kamu lagi kasmaran. Dimabuk cinta." godanya dengan suara lucu.

"Kemarin saat aku menelphone papa dia bilang, katanya kamu berubah karena seorang wanita." aku mengangguk tanpa malu. Aku memang akan terbuka dengan segala sesuatu yang sudah kuyakini. Bersembunyi bukan sifatku.

"Siapa dia Rez?" tanyanya penasaran.

"Eh tapi tunggu sebentar, mbak akan menyuruh pengurus rumah untuk menyiapkan kamar untuk kamu. Kebetulan mas-mu belum pulang, dia masih ada kesibukan di Malang. Mungkin minggu depan baru pulang."

"Iya nggak masalah mbak. Aku hanya butuh bantuan mbak." aku memegang tangan kakakku. Dia terlihat bingung.

"Apa?"

"Aku mau melamar anak gadis kesayanganku." jelasku yakin. Mbak Selina melebarkan matanya. Aku tahu dia terkejut.

Jelas saja terkejut, adik kecilnya ini punya predikat buaya terhadap wanita. Kebrengsekanku dengan wanita bukan rahasia umum lagi. Dua kakakku cukup tahu. Terlebih aku pernah mengganggu suster tempat di mana kakak pernah bertugas. Jika Mbak Selina pernah menegurku untuk tidak kembali bermain dengan beberapa suster di rumah sakit di mana ia berkerja. Lain lagi dengan kakak perempuan ke duaku. Dia sangat marah saat tahu aku pernah juga mengganggu suster yang menjadi asisten tempat ia praktek.

Aku sudah pernah bilang juga bukan jika kakak keduaku juga seorang dokter? Jika Mbak Selina menetap di Surabaya, maka mbak ku yang satu lagi menetap di Semarang dengan suaminya. Usianya tiga puluh empat tahun. Sudah menikah, mempunyai putri cantik berusia dua tahun.

"Apa? Kamu mau melamar anak orang?" teriakan tiba-tiba terdengar dari belakang kami. Suara ini aku mengenalnya.

"Mbak Karina?" panjang umur sekali, baru saja aku membicarakan kakak keduaku ternyata dia ada di sini juga.

Aku berhambur memeluk kakak keduaku. "I miss you.." manjaku dalam pelukan hangat. Diantara dua kakakku ini Mbak Karina yang paling mengenal aku luar dalam.

"Ndaaa..." tarikan di sekitar celanaku membuatku menunduk. Ah keponakan kecilku sedang cemberut menatap aku dan bundanya.

"Alia ponakan om tersayang." aku berjongkok dan menatap wajah Alia yang langsung bersembunyi di sekitar paha Mbak Karina.

Tuk. Mbak Karina menjitak kepalaku.

"Aduh." keluhku sambil mengusap kepala.

"Kamu ini udah setahun nggak pernah mengunjungi aku sekarang malah bikin orang kaget. Apa tadi kamu bilang mau melamar gadis?"

"Alia sayang." aku mengelus pipi merahnya. Aku membayangkan putriku akan seperti apa yah penampakannya? Apa dia akan berisik seperti bundanya? Atau diam seperti aku?

Hahaha kenapa aku berkhayal seperti ini?

"Tuh kan dia melamun lagi." ucapan Mbak Selina membuat aku tersadar kembali.

Tuk. Sekali lagi Mbak Karina menjitak kepalaku.

"Hei kenapa senyum-senyum begitu?"

"Ndaa..." Alia terlihat risih karena aku menatap dirinya dengan senyuman.

"Mbak lagi di Surabaya?" aku mendongak menatap kakakku.

"Iya kebetulan ayahnya Alia sedang ikut seminar di Malang juga. Karena aku masih cuti ya tidak ada salahnya main ke sini. Lagipula Mbak Selina juga kesepian." kami kembali ke posisi semula. Duduk di sofa keluarga. Alia duduk bersembunyi di balik punggung sang mama. Aku gemas sekali. Apa aku pinjam saja yah Alia sebagai anakku?

Rezky kenapa pikiran kau semakin kacau. Cinta ini memang unik.

"Tuh dia ketawa lagi. Wabah virus cinta benar-benar menular yah?" Mbak Selina mengangkat Alia ke dalam pangkuannya.

"Alia itu Om Rezky. Adiknya tante sama bunda kamu. Jangan takut."

"Ayo jelaskan. Apa jangan-jangan kamu menghamilinya?" tanya Karina.

"Hush." Mbak Selina melirik Alia. Sadar ia keceplosan berbicara di depan anak kecil. Mbakku memanggil pengasuh Alia. Setelah Alia pergi dan menyisahkan kami bertiga, kedua kakakku langsung duduk di kanan kiriku. Wajahnya sungguh sangat penasaran.

"Ayo Rez sudah jalan berapa bulan?"

"Kamu ini nggak pernah berubah yah masih saja bandel."

"Terus kamu niat menikah untuk menutupi kesalahan?"

"Mbak kan sudah bilang jangan bermain api. Berpacaran lah yang normal."

"Sekarang dia di mana?"

"Siapa namanya?"

"Apa dia setuju dengan lamaran kamu?"

"Kamu mau kita membantu?"

"Dengar kita tidak akan membantu jika kamu mau aborsi."

"Setelah ini tobatlah Rez."

"Nikahlah karena ibadah."

"Buka lembaran baru."

"Apa papa sudah tahu?"

"Sepertinya tahu, aku saja tahu dari papa kalau Rezky sedang jatuh cinta."

"Kenapa kamu tidak bilang sama mbak?"

"Kenapa baru sekarang?"

Kalian tahu? ini kepalaku dari tadi mundar-mandir ke kanan kiri karena mendapat pertanyaan dari dua kakak perempuanku. Jika dulu aku kesal saat acara interogasi seperti ini terjadi.

Tapi sekarang aku menyukainya. Ini seperti dunia Muna sudah mewabah dan menjadi candu yang dalam sehari jika tidak kurasakan aku bisa lemah seolah nutrisi yang kubutuhkan kurang ku konsumsi.

"Lah dia ketawa."

Tuk. ketukan sekali lagi di kepalaku.

"Ini anak ditanya malah senyum-senyum sendiri."

"Aku ingin menikahinya karena aku mencintainya mbak. Aku tidak menghamilinya. Percaya mbak sampai saat ini dia masih rapat. Aku berani sumpah. Aku hanya mau hidup normal menjadi seorang suami dan hidup bahagia sampai maut memisahkan." jawabku dengan senyum merekah. Bisa kurasakan aliran darah mengalir panas di wajahku. Aku sadar mungkin aku merona.

Emangnya perempuan aja yang bisa merona? Ada saatnya pria merasa tersanjung pada dirinya sendiri saat ia ingin melangkah dalam menyikapi masadepan.

"Ah adik kecilku sudah berubah."

"Akhirnya kamu menemukan cinta yang sesungguhnya." kedua kakakku memeluk bahkan mencubit kedua pipiku.

"Sibrengsek sudah berubah menjadi normal."

"Buaya darat berubah jadi ikan Arwana."

Aku tidak marah dengan ledekan dua kakakku ini.

"Siapa namanya?"

"Muna, Maimunah." jawabku senang. Mengucapkan namanya saja membuat aku bahagia.

"Nama yang bagus. Aku penasaran seperti apa rupa dan sifatnya. Bisa menaklukan adikku tersayang."

"Tapi Rez apa dia mau menerima barang bekas seperti kamu ini? Ibarat wanita sudah pernah hamil, kamu kan sering turun mesin." mendengar itu seketika perasaanku merasa tidak percaya diri. Aku ini barang bekas yang meminta barang berharga yang belum tersentuh. Pantaskah diriku?

"Apa dia menerima?" aku diam sejenak. Aku memang tidak boleh menutup mata dengan keadaan sebenarnya. Muna belum memberikan jawaban positif pada keinginanku. Dia hanya mau biarkan ini mengalir.

"Aku sudah minta restu dari ibunya. Dan sepertinya dia setuju." jawabku pelan.

"Lalu dengan Muna sendiri?"

"Dia masih betah seperti sekarang. Doakan saja yah Mbak! Yang pasti aku mau kedua kakakku tahu jika adiknya sudah berubah dan akan semakin berubah lebih baik."

"Iya mbak berharap secepatnya kamu bisa mewujudkan rumah tangga. Mbak bahagia karena akhirnya mata kamu terbuka."

"Aku belum izin dengan papa, tapi dia mendukung aku yang terbaik. Bahkan papa pernah bilang mau segera melihatku di pelaminan." mendengarnya saja membuat aku bahagia. Ah kenapa aku jadi ngebet kawin?

"Kalau bisa sih sebelum Mbak menetap di Australia." aku dan Mbak Karina menatap kakak pertama kami.

"Mbak dan Mas dapat kerjaan oke di sana untuk beberapa tahun. Sekalian juga Mbak mau program hamil."

"Wah mbak di Surabaya aja aku rasa susah berkunjung, gimana keluar negeri." godaku mencairkan suasana. Aku tahu di hati kami bertiga seperti merasa ada yang tidak terima. Terpisah di dua benua? Walaupun berjarak paling dekat tetap saja jauh.

"Ya sudah masih bisa diatur, sekarang ceritakan siapa dan seperti apa Muna?"

Aku menatap ke dua kakakku. Haruskah aku mengatakan pribadi dan pembawaan Muna yang antik?

Baiklah aku akan jujur sejujur-jujurnya.

"Awalnya Muna bonus salah alamat mbak...."

Dan mengalirlah kisah bonus palsuku berujung hadiah terindah dengan keaslian tidak tertandingi.

•••

Sore ini aku berniat ke rumah Muna. Setelah semalam dan pagi ini dua kakakku menasehati dan memberikan ide-ide agar Muna luluh, aku memang harus tenang dan tidak maen asal seruduk kalo kata Mbak Karina. Berikan waktu Muna untuk berfikir.

"Rez mbak rasa Muna juga tertarik sama kamu. Terlebih saat dia meminta maaf perihal kata yang sempat dia katakan sebelumnya."

"Iya mbak rasa juga begitu, makanya kamu tenang. Beri dia waktu untuk memutuskan. Kalo kamunya maen seruduk dia jadi takut. Malah terkesan memaksa. Ingat dia punya trauma dalam urusan memaksa."

"Lagipula wanita itu terkadang unik. Dia senang ditarik ulur. Berikan dia tantangan. Contoh goda dia dengan saingan. Jika Muna cemburu itu tandanya Muna punya niat berubah."

Apa bisa Muna luluh dengan permainan membakar api cemburu? Ah tapi kalo dia semakin cuek-cuek aja gimana?

Tadinya hari ini aku dilarang datang sama dua penasihat dadakanku. Tunggu sampai Muna yang memberi kabar dan aku kalah. Aku tidak sanggup. Hingga pukul tiga sore Muna memang tidak menghubungiku. Aku geram dan langsung menghubungi ponselnya. Dan kalian tahu dia menjawab apa?

"Kamu lupa sama aku Mun?"

"Oh Rezky, maaf aku baru tidur jam tujuh pagi karena semaleman aku membantu Nizar mewarnai rambut. Lalu aku ketiduran sampai jam segini. Ini aja kalo nggak denger getaran di dekat telingaku mana bisa buka mata. Hari ini aku benar-benar lupa sama yang namanya bangun. Jika sebelumnya aku terbiasa bangun untuk mengurusi kamu, hari ini aku rasa tidak ada yang penting ku lakukan karena kamu tidak ada di dekatku. Asing sih rasanya tapi yah cukup bisa membuat aku mengisi daya. Ibaratnya aku memang sedang menenangkan semua bagian di tubuh aku. Kamu nggak marah kan? Sekali-kali aku jadi beruang kutub?"

Seolah lupa dengan kegeramanku sebelumnya. Penjelasannya membuat aku sadar. Dia memang butuh istirahat. Dan sehari saja tidak cukup.

"Ya sudah sekarang tidur lagi. Istirahat yah. Besok aku ke sana."

"Yah sekarang aja deh. Abis ini aku mau mandi. Dan rasanya kalo aku nggak lihat kamu hari ini kenapa terasa berbeda yah? Semalam saja sampai tadi pagi aku mulai merindukanmu. Aku terbiasa melihat penampakan kamu di sekitarku Rez. Walaupun hanya mendengar langkah kamu berjalan aku merasa tenang ada di dekat kamu. Tapi dari semalam yang aku lihat malah si tengil Nizar. Kamu ke sini yah, kan udah janji mau anterin aku selama di Surabaya."

Kejujurannya itu membuat dadaku berdebar, bersorak ramai menyambut kebahagiaan. Ini peningkatan dalam hubungan kami. Muna mulai menerima dengan baik kehadiranku di hatinya. Dan sekarang aku sedang mengemudikan mobil sedan milik Mbak Selina menuju rumah Muna.

Senyum terus ku pasang yang entah kepada siapa senyum ini kupersembahkan. Senyum ini bebas bagi siapa saja yang melihatnya. Hanya senyum yah, bukan hati. Karena hati ini sudah terpatri untuk wanita bernama Maimunah.

Cieilaahh Rezky.. Begini amat jatuh cinta. Mabuk kepalang kau dibuatnya.

Sekarang aku sudah berada di depan rumah Muna, senyumku kembali lebar,  bahkan luas sekali sampai sedikit kaku kurasakan karena mimik wajah yang tak bisa diganti. Terang saja aku semakin bersemangat, kekasihku sudah menunggu kedatanganku. Dia sangat cantik mengenakan celana jeans dan t-shirt sederhana. Tak lupa tas rajut yang ia slempang-kan di pundak. Gemasnya hatiku.

"Hai Munaaa..." panggilku saat ingin turun tapi Muna langsung memutar arah ke pintu sampingku. Dia sudah duduk di kursi sebelahku.

"Kita langsung aja yah?! Mama juga belum pulang kerja dan aku janji mau jemput Nizar di dekat sekolahannya." jelasnya ceria sambil memakai sabuk pengaman.

"Rez.." panggilnya. Aku tidak menjawab, yang kulakukan mendekatkan wajahku ke bibirnya.

Cup. Manis, lembut dan selalu menggoda. Dia hanya tersenyum saat aku melumat lembut bibirnya.

"Udah siap princess?" dia mengangguk.

"Di daerah mana?" aku mengaktifkan aplikasi maps di ponselku.

"Kata Nizar sih daerah sma komplek. Jalan Slamet 16. Dia bilang ada bakso pedes banget. Ngalahin mulutnya setan terus tambahan rasa lain juga banyak. Aku penasaran."

"Iya nanti abis dari situ kita mampir ke RezkyBar cabang Surabaya yah..?" aku mengelus pipinya. Wajahnya terlihat segar, bercahaya dan sedap dipandang.

"Kamu terlihat happy Mun?"

"Iya dong. Akukan baru dikasih suntikan dana kasih sayang dari mama. Belaian halus, pelukan hangat dan segala perhatian yang nggak bisa orang lain dapatkan semalam hingga pagi tadi aku mendapatkannya. Mama benar-benar tujuan aku hidup." sebenarnya ada rasa iri betapa Muna memberikan secara spesial hatinya untuk sang mama, tetapi aku memang harus sadar diri. Kasih sayang orangtua itu tidak bisa dikalahkan atau terkalahkan.

"Nanti kalo kita punya anak kamu juga sayang yah sama dia seperti mama kamu sayang sama kamu." dia terdiam saat aku mengatakan itu.

"Apa kamu akan sayang sama anak kamu sendiri Rez?" kudengar keraguan dalam perkataannya. Aku tahu dia takut semua pria seperti ayah kandungnya. Yang benar saja apa aku cukup gila untuk berbuat kasar terhadap darah dagingku?

"Aku akan sayang bahkan rela mati untuk anak-anakku. Jadi jangan pernah ragukan aku." aku memegang tangannya. Tanpa diduga Muna meremas tanganku dan tersenyum.

"Tapi kalo anak kita seperti Nizar gimana?"

Ah Muna kenapa merusak suasana adegan romantis dengan menyebutkan nama calon adik iparku? Abege tengil dengan kadar kepedean selangit.

"Hal pertama yang aku lakukan jika anakku seperti Nizar sedari kecil aku harus memperkenalkan aneka warna. Aku khawatir Nizar itu buta warna."

Dan sekarang bayangan rambut kuning dekil ala Nizar menari-nari di kepalaku. Belum lagi ucapan lebay tentang era kebangkitan. Ah apapula yang dia bicarakan.

Nah kan jadi si Nizar yang terus menempel di isi kepala.

"Tenang aja semalam aku sudah merombak tatanan rambutnya. Ada tiga warna serasi yang aku tambahkan. Hari ini dia ada pentas seni. Jadi aku mendandaninya. Mudah-mudahan cocok sama temanya. Warnai dunia dengan hati aneka rasa. Rez aku bahagia, ini benar-benar menyuntik energiku. Aku memang seperti kehilangan rasa beberapa bulan ini. Aku kehilangan rasa keluarga dalam keseharianku, walaupun ada kamu sih yang mengantikan mereka tapi tetap saja kamu masih asing."

"Makanya jangan jadikan aku asing."

"Rez apa kamu serius mencintaiku?"

"Aku tidak perlu berjuang untuk mendapatkan pengakuan darimu. Kamu harus percaya kalau aku jujur sama kamu. Itu sudah lebih dari pembuktian. Apa kamu mau berusaha percaya?" harapku ia mengangguk. Tapi Muna lebih memilih diam dan mengerutkan keningnya.

"Mama semalam bilang kalau dia merestui hubungan kita."

Oh mama mertua baik sekali. Tenang Rezky.

"Terus?"

"Aku tetap takut. Aku memejamkan mata dan berfikir jika aku jauh dari kamu. Dan perkataan mama kalo aku mulai ada rasa sama kamu mungkin ada benarnya. Aku gelisah, aku jadi rindu suara kamu, bahkan derap langkahmu aku rindu. Terbiasa berdekatan dengan kamu membuat sesuatu yang hilang di sini." Muna membawa tanganku ke dadanya.

Apa Muna sudah gila? Aku ini pria brengsek yang sedang berjuang mati-matian menahan gejolak aneka bonus bodoh! Apa dia memancing aku menggerayanginya yah? Ah Rezky hilangkan pikiran nista tu.

"Dag dig dug nggak?" Muna semakin menekan tangannku agar lebih menempel di dadanya. Catat! DADANYA.

Aku menarik tanganku untuk kembali memegang stir kemudi. Kenapa jadi tegang yah? Ah tanganku seperti masih amatir dalam urusan pegang dan membelai. Jam terbangnya sudah diberhentikan sih. Beginilah jadinya.

Gugup bro...

"Udah yang penting sekarang hubungan kita semakin berhasil. Aku juga sudah meminta izin kepada dua kakak perempuanku. Kebetulan semalam aku juga bercerita dengan mereka. Dan tanggapan mereka tentang kamu positif." lalu kembali lagi tangan Muna menarik tanganku menempel di sekitaran dadanya.

Pukul saja kepalaku...!!!

"Coba rasakan Rez dadaku."

"Ini lagi dirasain Muna." ketusku tiba-tiba. Sabar Rezky berjuang mendapatkan Muna itu yah begini adanya.

"Aku semakin berdebar. Bagaimana kalo aku dapat calon kakak ipar yang jahat. Mana perempuan semua lagi. Nanti aku dipaksa membersihkan rumah tanpa makan dan minum. Lalu mereka baik saat kamu pulang dari kantor. Aku difitnah sama kamu karena mau menguras harta kamu dan pada akhirnya kamu memukuliku. Aku terjatuh tapi tak bisa berbuat apa-apa. Ibarat lagu nih yah karena tanpamu aku butiran debu. Eh tapi penyanyinya kagak mirip sih sama kamu. Bibirnya tipisan kamu. Rezky kamu nggak operasikan?"

Muna sayangku bicara apa sih? Oke Muna aku ikuti permainan kamu. Dengan kesadaran penuh aku sedikit meremas dada kiri Muna. Dia melenguh kaget, aku menarik tanganku dari area terkutuk itu. Eh ga terkutuk deh. Nanti mereka kan akan jadi hak milik ku setelah menikah.

Rezky... Ah ini gara-gara Muna membangkitkan sisi brengsekku kembali.

"Kenapa kamu?" wajah Muna memerah. Mungkin ini kali pertama aku bertindak sedikit mesum. Sebelumnya aku hanya mencium dan sedikit membelai punggung dan lehernya. Masih dalam batas wajar bagi Muna untuk status kami yang berpacaran.

"Makanya jangan bangkitkan buaya yang lagi belajar tenang. Jangan bangunkan sifat buasku. Nanti saja kalau kita sudah menikah. Setiap malam kamu bisa berfantasi aneka drama." ku kedipkan mata genit untuknya. Muna, pria di sampingmu ini pria dengan sejuta pesona.

Eh ralat, ini sih kaya si Nizar sejuta pesona. Kenapa aku jadi ingat si kepala aneh itu?  Nizar benar-benar merusak konsentrasiku.

"Tapi kamu serius? kakak kamu setuju aku dengan kamu?" wajah Muna seperti sangat penasaran.

"Asal aku bahagia mereka mendukung perjalanan cintaku."

"Memang cinta menurut kamu apa?"

"Cinta menurut aku saat kamu mau menjadi ibu untuk anak-anakku maka aku pastikan kamu sumber rasa cintaku." Rezky kau lebay...

Muna mencubit lenganku dan seketika tawa pecah diantara kami berdua.

"Baru kali ini aku merasa tersanjung. Mungkin pipiku merona. Liat deh!!!"

Muna memang berbeda. Mana ada orang suruh lihat wajah meronanya. Aku mengacak rambutnya.

"Eh itu dia Nizar udah nungguin."

Lah itu anak rambutnya kenapa sekarang berubah jadi ager-ager warna hijau kuning gini? Haduh trend gaya apa sih yang sedang dia coba? Calon adik iparku ini harus dibersihkan otaknya dari keanehan. Aku tidak mau keturunanku mewarisi sifat anehnya. Sudah cukup Muna menyumbangkan sifat unik. Tidak Nizar juga.

"Rambutnya keren nggak Rez? Aku yang merombaknya. Dia kan mau ikut pentas seni."

"Pentas seni apa? Seni melukis burung Cendrawasih?" sinisku.

"Udah ayo parkir. Aku penasaran sama pentol gila di sana katanya enak." aku menepikan mobil tepat di depan Cafe outdoor yang kata Muna tempat kumpulnya anak-anak abg seumuran Nizar di Surabaya.

"Kakak ipar mamen.." duh nih bocah kenapa aura tengilnya ga pudar yah? Kalo semalam dia mirip puding srikaya sekarang malah mirip burung Cendrawasih. Rasa percaya diri yang terlalu. Sangat keterlaluan.

"Kakak ipar kerenkan rambut terbaru ku?"

"Mirip burung Cendrawasih." dia berkaca di kaca mobil sambil merapikan jambul rambut hijaunya. Kagak kecewa atau sakit hati. Aku menggelengkan kepala.

"Padahal aku menamai gaya rambut burung Merak penggugah selera." aku melirik malas. Ada saatnya nanti aku harus turun tangan mendandani gayanya. Hei aku ini ahlinya memikat wanita, bisa-bisanya calon adik iparku begitu aneh punya gaya. Jatuh deh martabat seorang playboy macam aku.

Nizar bukannya memasang perangkap tapi membuat kabur kaum wanita.

"Nanti kamu kalo ada waktu akan aku antarkan merubah gaya fashion yang pas. Aku jamin era kebangkitan kamu benar-benar bangkit dari kubur." celetukku. Dia mengangguk antusias.

"Aku akan menunggu saat itu tiba kakak ipar."

Nizar menarik Muna memasuki cafe. Suasana di sore hari memang penuh dengan anak muda. Banyak yang seumuran Nizar. Kami duduk di meja yang sudah di siapkan Nizar dan tak lupa aneka menu cemilan ringan yang sudah tersaji.

"Ayo kak aku sudah siapkan menu cemilan kesukaan kakak. Ini pentol gila, level gila banget. Ini juga level was-was dan yang ini level ramah. Terus ini pentol varian rasa takoyaki pakai mayonaise dan ini katsuobushinya. Tektstur saat kita memakannya dibuat seru karena ini pentol alias bakso. Jakarta belum ada yah? Ini ide kreatif dari yang punya. Satu pemikiran yang bisa kita ambil hikmahnya, kak kelak aku akan menjadi sukses. Ide pentol ini membuat otak dagangku berjalan pesat. Aku mau sukses kak, ide sederhana tapi bisa menjadi unik dan digemari anak muda. Generasi sekarang harus bangkit bersamaan dengan era kebangkitan Nizar di kancah dunia wirausaha.." jelasnya dengan aksen tengil se tengil tengilnya. Ini hanya bakso dengan campuran bumbu pedas dan yang lainnya kenapa begitu lebay dia menyikapinya.

Ngimpi apa gue punya calon ipar begini model?

"Kamu mau bisnis apa emangnya?" tanya Muna sambil mengambil satu tusuk bakso atau pentol bahasa Surabaya-nya ke mulut. Aku meringis melihat banyaknya taburan bumbu sambal dibakso itu. Muna kuat pedas rupanya. Aku lebih memilih pentol isi keju, aman di mulut sepertinya.

"Aku mau bisnis cukur rambut." jawaban Nizar yang membuatku menelan bulat-bulat bakso yang untungnya berukuran kecil. Dia berbicara panjang lebar mengenai konsep dan ide bakso ini tapi malah mau bisnis cukur rambut.

Selamatkan anakku dari paman anehnya ini.

"Apa hubungannya pentol sama cukur rambut?" tanyaku pada akhirnya. Aku meneguk air mineral dingin. Lama-lama aku bisa dehidrasi menatap penampilan Nizar. Konsentrasi hilang seketika.

"Iya aku kepikiran ide bisnis penata rambut saat memakan pentol pedas gila ini. Jiwaku seketika membara dan rasa bangkit dari keterpurukan anak malas sirna. Tergantikan dengan semangat berkarya. Kak Muna era kebangkitanku sudah datang. Mohon restu dari kalian. Aku semangat sekali kak niat membuka bisnis cukur rambut. Aku udah coba tanganku ini mencukur Pak Maman satpam sekolah dan hasilnya aku bisa buat cukuran botak mulus kak."

"Jangan menyerah Zar. Kakak selalu dukung niat kamu sukses. Dari nol itu lebih membanggakan dari pada menjalani yang sudah ada. Arti keberhasilan baru terasa saat semua berjalan. Princess Muna berada di garda terdepan menghalau segala mara bahaya. Kamu benar pentol ini penuh rasa semangat."

Tetap saja nggak ada hubungannya sama ini bakso. Ah terserahlah daripada melihat pemandangan saling menggenggam ini adik kakak. Lebih baik aku makan aja ini pentol.

"Rez kamu kuat pedas..?" tanya Muna saat melihat aku menghabiskan satu porsi bakso bumbu super pedas.

"Hebat kakak ipar." aku menghabiskan air mineral dingin. Panas sekali bibirku ini.

"Kakak abis ini mau kemana lagi biar aku antar? Nanti malam ada bebek goreng tugu pahlawan nah abis itu makan icecream tutty frutty dari zaman dahulu kala. Pokoknya malam ini kita keliling kota Surabaya ini. Atau kakak ipar mau ke gang dol....." aku melotot menatap Nizar. Berani-beraninya dia mengajakku ke tempat begituan. Bukankah tempat itu sudah punah? Nizar sudah gila sepertinya. Oke menarik juga aku mempunyai saudara baru macam dia.

"Besok aja yah adikku yang super tengil. Aku mau jalan berdua sama Rezky." Muna menggenggam tanganku. Rasa kaget mendera diriku, sentuhan Muna yang biasa tapi luar biasa indah bagiku.

"Ya sudah kami antar pulang baru aku akan berkencan dengan kakakmu."

"Jangan kakak ipar. Aku sudah beranjak dewasa. Tidak mau mengganggu waktu berharga kalian. Nikmati saja malam ini berdua dan aku pulang dengan tenang." sitengil ada sisi baiknya juga. Maaf aku sempat meremehkan kamu Nizar.

"Oke kak aku pulang. Nanti akan berikan kabar mama kalo kakak pergi dengan kekasihnya. Aku pamit dulu." Nizar berdiri dan hendak pamit dengan kami.

"Hati-hati, ingat lebih baik warna rambutmu kembalikan menjadi hitam. Aku yakin wanita banyak yang akan menempel sama kamu." aku memukul lengannya. Dia mengangguk.

"Sampai jumpa lagi kakakku." kamipun hendak bersiap untuk berdiri dan akan melanjutkan kencan pertama kami sebagai sepasang kekasih di kota pahlawan.

"Princess Muna mau berkencan kemana?" bisikku pelan.

"Aku mau ke tempat Rahul-ku mencari nafkah." Muna juga berbisik.

"RezkyBar?" dia mengangguk kami saling berpegangan tangan hendak keluar. Tapi langkah kami terhenti oleh teriakan Nizar.

"Kakak ipar maafkan daku. Itu pentol belum dibayar. Tenang saja setelah era kebangkitan Nizar mulai ter-realisasi aku akan membelikan sepanci pentol untuk kakak ipar. Selamanya kita saudara mamen." dasar tengil tetaplah tengil.

"Maafkan adikku yah." Muna terlihat ingin membuka isi tasnya.

"Sudah sana masuk ke mobil aku bayar dulu." sesaat sebelum aku berjalan ke arah kasir Muna memegang kembali tanganku. "Gandeng..." pintanya manja.

Muna sayang jika setiap waktu bergulir aku mampu meluluhkan rasa tidak percayamu akan hubungan, maka seribu Nizarpun aku siap menghadapi. Bahkan hidup di dunia penuh manusia tengil pun aku rela, asal Muna tetap berada dalam genggamanku.

TBC...
Sabtu, 30 Januari 2016
-mounalizza-

Tidur dulu yah. Maaf belum bls coment. Nanti aku balas..
Bye.. ZzzzzzzzzZzzzZz...

Continue Reading

You'll Also Like

51.6K 1.9K 37
Elayne, seseorang yang sangat ingin dicari Jihan. Karena Elayne sudah mencuri naskahnya dan menerbitkan naskah itu tanpa minta izin padanya. Jihan be...
391K 38.1K 67
❝ Is it okay to marry the groom before their love bloom? ❞ The Proposal - 2020
590K 76.4K 36
#Wattys2021 Winner ㅡ Chicklit | Chicklit - Romance Comedy | This work was added to @WattpadChicklitID Reading List April 2021 Lift my life, help me o...
228K 8.7K 15
Tentang Anggika, Gadis biasa yang hanya punya teman terhitung jari. Berada dalam quarter life crisis yang membuatnya sering uring-uringan soal masa d...