AKU INI APA? S1 Dan S2 (Slow...

By MAlfharizy

20.4K 1K 410

Kalian tahu anime Date A Live? Cerita ini terinspirasi dari anime tersebut. Aku harap kalian suka. Terima kas... More

BAGIAN PEMBUKAAN
BAGIAN PERTAMA: SAMURAI
BAGIAN KEDUA: MENCIUMNYA ATAU DUNIA HANCUR?
BAGIAN KEEMPAT: GADIS BAIK
BAGIAN KELIMA: DUA ORANG YANG BEDA SIFAT?
BAGIAN KEENAM: ARTIS ATAU GADIS LUGU?
BAGIAN KETUJUH: GADIS KECIL BUTA
BAGIAN KEDELAPAN: BICARALAH DENGANKU
BAGIAN KESEMBILAN: KEBENARAN DARI MIMPI?
BAGIAN KESEPULUH: PEMBUNUH FIKSI?
BAGIAN KESEBELAS: KENCAN DENGAN ADIKKU?
BAGIAN KEDUA BELAS: GADIS ITU?
BAGIAN PENYELESAIAN: AKU CINTA KAU!
BAGIAN SPESIAL: FAKTA BARU
Ucapan terima kasihku
BAGIAN PERTAMA S2: PERUBAHAN YUKIMURA
BAGIAN KEDUA S2: TAHAN EMOSI
BAGIAN KETIGA S2: RENCANA YANG TERTUNDA
BAGIAN KEEMPAT S2: NINJAKU
BAGIAN KELIMA S2: TELEPORT
BAGIAN KEENAM S2: TEMPAT ASING
BAGIAN KETUJUH S2: MENYAMAR
BAGIAN KEDELAPAN S2: MELINDUNGI
BAGIAN KESEMBILAN S2: BERBAUR

BAGIAN KETIGA: BENARKAH INI?

1.2K 65 17
By MAlfharizy

Setelah kejadian itu, aku diajak oleh Itsuka ke suatu tempat. Katanya adalah markasnya. Aku tidak tahu dia mengikuti klub atau komunitas apa, tapi yang jelas apapun yang dia ikuti adalah suatu persatuan yang sangat luar biasa. Aku melihat markasnya ini terlihat seperti di film yang memiliki teknologi canggih. Aku bisa melihat ada layar yang tipis sekali, ada juga orang yang sedang berkomunikasi dengan layar tipis itu, dan teknologi canggih lainnya.

"Selamat datang di markasku."

"Markas apa ini?"

"Ketua, selamat datang," sambut seorang pria berjas. Dia berkulit hitam, kepala botak, wajah seram, berbadan kekar, dan tinggi.

"Perkenalkan, dia wakil ketuanya, Zek. Zek, dia adalah pria itu, namanya Genoji Ouka."

"Salam kenal, tuan." Dia mengulurkan tangan besarnya.

"I-Iya, salam kenal."

"Hido-nii, ini laporan Fik..." Datang seorang wanita berambut pendek coklat, berbadan kecil tapi berdada besar, kacamata bulat, berjas kuning dengan tank top hitam yang menutupi belahan dadanya, dan rok kuning pendek. Tiba-tiba wajahnya memerah dan bersembunyi di belakang punggung Itsuka.

"Perkenalkan, dia asisten sekaligus adikku, Nami Itsuka. Na-chan, dia pria itu, Genoji Ouka."

"Sa-Salam kenal!"

"I-Iya, salam kenal..."

"Ayo, kita lanjutkan pembicaraan ini di kantorku."

Kami berjalan di lorong yang terbuat dari besi, lalu sampailah kami di pintu besi yang terbuka sendiri. Sekarang aku melihat ada beberapa orang sedang duduk di depan monitor. Itsuka mengajakku ke tempatnya, yaitu di atas.

"Tidak perlu berlama-lama lagi. Aku akan langsung ke intinya, Kristina."

Seorang wanita berjas hitam dengan rok pendek, rambut hitam menutupi sebelah matanya, dan berpenampilan seperti orang barat itu berdiri. "Baik, ketua!" Dia kembali duduk, dan mengetik sesuatu di monitornya.

Sebuah layar yang besar tapi tipis muncul di depan kita semua, layar itu menampilkan gambar Yukimura. "Na-chan, tolong jelaskan kepada tamu kita ini."

"Ba-Baik!" Dia tidak bersembunyi lagi di punggung kakaknya, tapi masih di sampingnya. "Kami adalah suatu organisasi yang bernama Love Fiksi atau LoF. Kami bertugas untuk melindungi bumi ini dari Fiksi. Fiksi adalah orang yang diberkati kekuatan seperti cerita fiksi, jadi kami sebut Fiksi. Salah satunya adalah Yukimura Suzuki. Dia memiliki kekuatan untuk memanggil roh tengu, dan seperti yang kau ketahui kalau kekuatannya itu dari clannya..."

"Tu-Tunggu dulu! Yang aku ingin sedari tadi aku tanyakan adalah, kenapa aku harus menciumnya?!"

"Aku belum selesai menjelaskan, jadi tolong bersabar dulu... Ehm, akan kulanjutkan. Fiksi adalah makhluk yang berbahaya, bahkan bisa saja menghancurkan bumi ini. Tugas kami adalah melindungi bumi ini dari ulah Fiksi, dan kami menggunakan cara halus..."

"Halus?"

"Iya. Karena pemerintah pun membuat organisasi Kill Fiksi atau KiF, yaitu untuk membunuh Fiksi."

"Membunuh..."

"Aku juga sepikiran denganmu. Fiksi adalah seorang manusia yang kebetulan mendapatkan kekuatan yang tidak terduga. Mau bagaimana pun juga, mereka hanya manusia biasa, dan membunuhnya itu sangat tidak manusiawi," jawab Itsuka.

"Jadi, karena kami adalah organisasi yang memiliki pendapat seperti Hido-nii. Kami mencari cara untuk mencegah Fiksi mengamuk dan menolong mereka. Dan kami mendapatkan jawaban itu dari kakek kami. Yaitu dengan cara mengencani mereka sampai parameter hati mereka tinggi, lalu menciumnya. Tapi, masalahnya adalah tidak sembarang pria bisa melakukan penyegelan dengan berciuman. Hanya kakek kami yang bisa melakukannya, tapi masalahnya adalah sekarang beliau sudah meninggal. Dan tidak disangka, ternyata kau memiliki kemampuan menyegel seperti kakek kami."

"Bagaimana kalian mengetahui kalau aku memiliki kemampuan itu?"

"Kami memeriksa tubuhmu dan kau memiliki kekuatan Fiksi. Oh iya, setiap kau menyegel kekuatan Fiksi, kekuatan itu akan sepenuhnya ada di dalam dirimu."

"Jadi, kenapa aku bisa tiba-tiba sembuh dari luka itu..."

"Iya, itu karena kekuatan Fiksi yang ada di dalam dirimu."

"Apakah kau siap?" tanya Itsuka.

"Tentu saja, aku akan berusaha untuk menjaga bumi ini."

"Baiklah, dengan begini kita sepakat. Oh iya, perlu kau ketahui, kalau parameter hati mereka rendah setelah penyegelan, kemungkinan kau tidak akan bisa menyegelnya lagi. Jadi, jangan membuat mereka patah hati, ya."

"Akan aku usahakan."

"Ini, pasang di telingamu." Dia memberiku interphone. "Lalu." Dua orang pria berjas membawa console dan tumpukan kaset game. "Mereka akan membawakan itu ke rumahmu, dan jangan lupa untuk memainkannya. Oh iya, kalau terdesak, kau boleh memberitahukan kepada Himari-chan, tapi tidak kepada Fiksi."

***

Setelah mereka berdua memasang tv, console, dan menyimpan tumpukan kaset game galge. Mereka kembali ke markas melewati pintu kamarku. Ternyata mereka memiliki barang yang canggih, dan salah satunya adalah pintu kemana saja. Pintu kamarku tertutup, lalu tak lama kemudian terbuka lagi.

"Geno-kun, ternyata kau di sini."

"Oh, Aya-chan..." Awalnya dia memasang wajah biasa, tapi setelah aku menyapanya, dia berubah menjadi wajah dengan tatapan tajam.

"Kamu bolos, ya..."

"Ti..."

"Geno-kun, beritahu alasannya kau membolos."

"Sebe..."

"Jangan berbohong. Kalau alasanmu tidak bagus, aku tidak akan pernah mengunjungimu lagi." Tatapannya semakin tajam, saking tajamnya sekitar matanya gelap. Kalau dia memegang sebuah pisau, lengkaplah dia menjadi yandere.

"Se-Sebenarnya..." Aku menjelaskan sesuai dengan yang dikatakan Itsuka dan adiknya. "Begitulah."

Dia masih memasang tatapan tajamnya, tapi tiba-tiba dia tersenyum manis. "Begitu, ya. Ternyata aku salah paham, kupikir kamu membolos karena tidak ingin bersamaku lagi."

"Hah? Mana mungkin!" Tentu saja itu tidak mungkin, mana ada yang mau meninggalkan bidadari sepertimu.

"Ternyata seperti yang aku kira, kau pria yang baik."

Eh? Tunggu dulu! Ada apa dengan pernyataannya itu? Kenapa dia mengatakan itu dengan senyuman manisnya? Kenapa dia tidak marah kalau aku sudah mencium wanita asing? Kenapa dia tidak cemburu?! Hah... Kurasa aku terlalu berharap, mana mungkin wanita secantik dia memiliki perasaan kepadaku.

Lalu, suara bel pintu berbunyi. Aya-chan yang akan membukakannya. Dan aku mendapatkan panggilan dari interphone. "Maaf, ya, Ouka. Aku harus menyerahkannya kepadamu, karena kami tidak memiliki tempat."

"Hah? Apa maksudmu?"

"Oh, Yukimura-san, silahkan masuk."

"Hah? Yukimura?"

Tunggu dulu, bukankah dia sedang terbaring di markas LoF? Kenapa dia kemari? Jangan-jangan, yang dimaksud menyerahkannya kepadaku dan tidak memiliki tempat adalah... Dia harus tinggal seatap denganku.

Aku langsung berlari ke ruang tamu. Dan saat aku datang, aku disambut oleh katana milik Yukimura yang siap untuk menebas leherku. Sekarang dia menggunakan gaun merah muda dengan pita merah di tengah kerahnya, dan roknya pendek.

"Kau...! Dasar bajingan!"

"Sudah-sudah, Yukimura-san. Dia melakukan itu demi ke..." Aku langsung mengisyaratkan Aya-chan untuk diam.

"Yu-Yukimura... Kenapa kau tiba-tiba marah?"

"Bagaimana aku tidak marah, kalau kau tiba-tiba tertebas di depanku karena ingin menjadi sok pahlawan."

"Eh? Kukira kau marah karena dia me..." Aku kembali mengisyaratkan Aya-chan untuk diam.

Aku lupa memberitahu kalian, kalau Aya-chan terkadang suka keceplosan berbicara. Bisa dibilang kalau menjaga rahasia bukanlah keahliannya. Tapi, kalau sudah beberapa kali diberitahu, dia akan bisa menjaga rahasia itu. Aku tahu akan hal itu, tapi karena ancamannya sangat mengerikan dibanding aku harus membunuh diriku sendiri, jadi aku memberitahukan rahasia itu.

"Memangnya kau kira aku marah karena apa, Ayase-chan?"

"Kukira kau marah karena kejadian tadi pagi."

"Itu juga adalah salah satunya."

"Sudah kubilang, aku tidak akan bisa tenang melihat wanita dalam bahaya. Terserah kau mau menyebutku sok pahlawan, tapi aku memang tidak bisa tenang melihat wanita dalam bahaya."

Dia masih memasang wajah marah dan mengarahkan katananya ke leherku. Lalu, dia menghela nafas, dan menyimpan katananya di sarungnya. "Hm! Aku tidak perlu perlindungan darimu, serangga tengik!" Dia memalingkan wajahnya.

Wanita ini benar-benar tidak ada manisnya. Kalau kau adalah Aya-chan, mungkin kau akan berterima kasih dan memasang wajah manis. Kalau mungkin juga, kau akan jatuh cinta kepadaku.

'KRUKK' "Kau lapar, ya?" Yukimura menundukkan kepala merahnya.

"Tidak, aku tidak lapar!" Tapi mulut dan perutnya mengatakan hal berbeda.

"Kalau begitu, ayo kita makan, Yukimura-san."

Aya-chan pun memasak makan malam. Sedangkan kami berdua, membeli bahan untuk sarapan. Selama di perjalanan, kami berdua tidak saling bicara. Karena, seperti yang kalian ketahui, wanita ini memasang wajah kesal. Dan setiap kali aku mencoba memulai pembicaraan, jawaban dia... "Jangan bicara kepadaku, mata keranjang!"

Aku hanya bisa menghela napas. Walau dia wanita yang menyebalkan, entah kenapa rasanya aku ingin lebih mengenalnya.

Tak terasa, kami sampai di mini market. Aku mengambil keranjang, sedangkan Yukimura bertugas mengambil bahan-bahan yang sudah ditulis di kertas oleh Aya-chan. Kupikir dengan pembagian tugas ini akan cepat selesai, memang cepat, tapi terlalu cepat.

"Ayo cepat, serangga tengik!"

"Aku punya nama!"

"Diam dan cepatlah, mata keranjang!"

Benar-benar... wanita itu tidak ada manisnya sama sekali! Dia selalu mengganti panggilanku dengan hinaan, dan tidak pernah dengan namaku atau marga-ku. Tapi, kalau dipikir-pikir... Kenapa dia tidak keberatan kalau aku memanggil namanya? Malah dia sendiri yang minta... Wanita memang misterius.

Akhirnya, setelah aku berlari kesana kemari membawa belanjaan dengan cepat. Kami berada di kasir. Entah hanya perasaanku saja atau memang benar, nona petugas kasir ini menahan tawa. Tapi, kurasa wajar saja dia tertawa, karena melihat wajah Yukimura yang kagum dengan mesin kasir, sensor harga, dan suara mesin kasir. Walau aku berusaha tidak mempedulikannya, tapi rasa malu tetap aku dapatkan. Kalau kau bisa membayangkannya, dia seperti wanita purba yang menemukan api.

Pembayaran selesai, dan Yukimura masih berdiri diam memperhatikan mesin kasir. Aku memanggil dia, tapi tidak didengar. Akhirnya dengan kesal, aku menarik tangannya untuk keluar. Setelah di luar, tepatnya beberapa menit atau detik. Dia baru bergerak, dan...

"Jangan pegang tanganku, dasar HENTAI!!"

"Ini salahmu sendiri! Dari tadi aku panggil, kau malah berdiri diam melihat mesin kasir seperti wanita purba menemukan api!" AAAHHHH! Aku keceplosan! Aku pasti akan mati!

Tapi, ternyata perkiraanku salah. Aku melihat matanya berkaca-kaca, seperti mau menangis. Dan dia menundukkan kepalanya. Sebuah tusukan batin menyerangku lagi. Wanita ini memang menyebalkan dan selalu membuatku kesal, tapi kalau dia bersedih seperti itu... Aku merasa bersalah...

"Yu-Yukimura, ma-maaf... A-Aku tidak bermaksud untuk memarahimu... Ah, aku tahu! Bagaimana kalau aku teraktir kamu es krim?"

"E-Es krim...?" Dia mengangkat kepalanya. Aku masih bisa melihat matanya yang berkaca-kaca dan pipinya memerah. "Apa itu es krim...?"

"Eto... Susah untuk dijelaskan. Tapi, rasanya enak. Ikut aku."

Kebetulan ada toko es krim kecil di dekat kami. Aku membeli dua es krim rasa vanilla dan coklat. Setelah pesanan sudah dibuat, dan diberikan kepadaku. Aku langsung memberikan es krim vanilla kepada Yukimura. Dengan mata yang sudah tidak terlihat berkaca-kaca, tapi pipinya masih memerah. Dia menerima es krim itu.

Aku baru sadar sekarang, kalau dia terlihat sangat manis. Tak kusangka, wanita kasar ini bisa jadi semanis ini. Jujur, aku bisa saja jatuh cinta kepadanya, kalau tidak tahu sifat aslinya.

Dia terlihat kebingungan. Aku tahu arti dari kebingungannya itu. Aku langsung menjilat es krimku. Ternyata benar, dia langsung menjilat es krim. Aku langsung mendapatkan serangan darinya, bukan serangan mematikan, tapi serangan menyenangkan. Yaitu, dia terlihat sangat manis saat menjilat es krim. Karena pemandangan yang enak itu, tanpa aku sadari es krim milikku mencair dan mengenai tanganku.

Aku langsung mengambil saputanganku, dan membersihkan tanganku. Selesai aku membersihkan tanganku, aku melihat kembali ke Yukimura, es krim miliknya sudah habis dan mulutnya belepotan. Aku langsung membersihkan mulutnya dengan saputanganku.

Tunggu dulu! Apa yang aku lakukan?! Aku membersihkan mulutnya dengan tersenyum! Mati aku! "Terima kasih..." jawabnya.

Eh? Apa yang terjadiii! Apa aku sedang bermimpi atau apa?! Dia berterima kasih dan bukan menghajarku? Dia memang manis, tapi kemanisannya itu mengganjal. "Sa-Sa... Awas!" Aku langsung meloncat ke depan dan memeluk Yukimura. Tadi aku melihat ada bola api yang menyerang Yukimura. "Kamu tidak a..." Kalian pasti sudah mengiranya. Sekarang aku berada di atas tubuhnya, aku bisa melihat wajah manisnya, dan aku bisa melihat celana dalam belang merah putih karena roknya tersingkap, dan tidak sengaja tangan kananku memegang "benda"-nya. "Ahhhh!! Maafkan aku!" Aku menjauhi dia dan duduk membalik badan sambil memegang kepalaku.

Sekali lagi, keanehan terjadi. Bukan sebuah tendang, tapi aku merasakan ada tangan yang memegang kedua pundakku. Aku membuka mataku dan melihat ke belakang. Kalian pasti tahu, aku sekarang melihat wajah ketakutan Yukimura yang manis sedang bersembunyi di balik punggungku. Aku langsung mendapatkan serangan menyenangkan lagi. Dan sekarang kepalaku berputar-putar karena harus memilih Yukimura atau Aya-chan? Tunggu dulu! Sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu. Kita sekarang dalam bahaya, dan kemungkinan serangan api itu akan datang lagi.

Aku melihat orang-orang sedang berlarian, menyelamatkan diri mereka. Aku melihat ke langit, karena suara tawa jahat. Ternyata itu berasal dari wanita samurai era baru. Dia terbang dan perlahan turun. "Kalau tidak salah, kau adalah pria yang sebelumnya aku pernah tebas, kan? Ternyata kau masih hidup."

Aku melihat ke Yukimura lagi, dan dia terlihat ketakutan bukan marah. Baiklah, untuk yang satu ini sungguh aneh. Bukankah dia sangat dendam dengan wanita yang sedang berdiri jauh di depanku ini? Kenapa dia tidak marah dan menyerang wanita itu? Apa karena aku menyegel kekuatannya? Tapi yang aku segel kan bukan kemampuan samurainya, tapi kekuatan yang memunculkan tengu. "Hei, Yukimura. Ada apa denganmu?"

"Aku takut... Genoji..."

AAAAHHHHH!! Dia memanggil namaku, bukan hinaan?! Apalagi saat dia menyebut namaku, suaranya sangat lembut. Aku mungkin akan langsung berdiri, dan berjungkir balik. Itu pun kalau aku tidak dalam situasi berbahaya seperti ini.

"Kau pasti kebingungan dengan sikapnya itu? Kau tahu, dia begitu karena suntikan yang aku tembak ke arahnya."

"Suntikan? Sejak kapan?"

"Saat kau menarik dia keluar mall." Sebenarnya aku ingin menanyakan hal lainnya. Tapi, berhubung Yukimura ketakutan. Aku langsung berlari menariknya. "Hei! Jangan lari!"

Aku berlari di trotoar, dan sekali-kali melihat ke belakang untuk memastikan Yukimura bisa mengikuti. Dia jatuh tersandung. Karena mendesak, aku langsung menggendongnya. Badannya cukup berat juga. Sekarang aku berlari lagi, dan melihat wanita yang menyerang kami tadi terbang di belakang kami. Aku melihat sekeliling untuk mencari tempat luas, karena tidak mungkin sekarang kami bisa lolos. Dan aku melihat ada gedung yang sedang dibangun.

Kami sekarang di dalam gedung itu, dan aku menurunkan Yukimura di ruang yang kebetulan sudah ada pintunya. Ternyata, tanpa kusadari Yukimura sudah pingsan. Aku langsung keluar dari ruangan itu, dan bersiap untuk menghadapi wanita samurai era baru itu.

Sekarang aku berada di ruangan yang luas, karena dinding yang belum jadi. Wanita itu datang dan mendarat. "Di mana Yukimura?"

"Entahlah."

Dia mencabut katana anehnya. "Sekali lagi aku tanya. Di mana Yukimura?"

"Sekali lagi aku jawab. Entahlah."

"Kau ingin mati?"

"Sebenarnya aku tidak ingin mati, karena aku belum menikah. Tapi, kalau memang aku harus mati demi melindungi seseorang, lebih baik aku mati."

"Ternyata kau pria yang pemberani, ya. Aku suka." Dia hendak berlari, tapi kuhentikan.

"Tunggu dulu, aku dapat telepon." Dia mengikuti dan menghentikan serangannya. "Ada apa, Itsuka?" Aku menekan interphone di telinga kananku.

"Tadi kami mendeteksi adanya Fiksi, bisakah kau kesana?"

"Hmm... Sekarang aku sedang dalam bahaya."

"Oh iya, maaf. Kamu sekarang sedang menghadapi seorang wanita yang bisa terbang."

"Tunggu, kenapa kau bisa tahu?"

"Tentu saja bisa. Karena sekarang kami sedang menontonmu."

"Hah? Bagaimana bisa? Padahal kau tidak memasang kamera kecil kepadaku, kan?"

"Tidak perlu. Kami bisa melihat kamu, karena mesin satelit mini kami yang bisa menghilang. Bahkan dengan mesin ini, aku bisa melihat kamu sedang baca buku porno waktu itu."

"Apa?! Jangan-jangan kau menggunakan itu untuk melihat..."

"Iya, aku bisa melihat Himari-chan saat mandi."

"Akan kubunuh kau!!"

"Hahahah, aku bercanda. Maaf-maaf. Tentu saja itu tidak mungkin, kalau aku melakukan itu, adikku akan membunuhku."

"Baguslah kalau begitu."

"Hei, kau! Mau sampai kapan bercandanya?!"

"Itsuka, sepertinya dia sudah marah."

"Hmm... Wajar saja kalau dia marah."

"Hentikan bercandamu itu!!" Dia melesat ke arahku.

Aku berhasil menghindari serangannya itu dengan berguling ke samping. Dia menyerangku lagi, tapi berhasil dihindari lagi dengan meloncat ke belakang.

"Sepertinya kau sedang kesulitan, Ouka."

"Tidak, aku sedang kemudahan... Tentu saja aku sedang kesulitan!"

"Sudah kubilang, hentikan candaanmu itu!!" Dia melesat menyerangku lagi dan berhasil dihindari dengan berguling lagi.

"Sebaiknya kau gunakan kekuatan Yukimura."

"Oh, kau benar juga... Bagaimana caranya?"

"Kau bilang "tengu" dan buka tanganmu sambil mengarahkannya ke depan."

"Baiklah." Aku mengangkat tanganku ke depan, dan membuka kepala tanganku. "Tengu!" Sebuah cahaya berwarna merah berkumpul di depan telapak tanganku, lama-kelamaan membentuk sebuah katana. Sekarang sebuah katana merah berada di tanganku.

"Ke-Kekuatan itu... Bagaimana kau bisa memilikinya?!"

"Entahlah. Akan kujelaskan nanti!" Aku langsung mengayunkan katanaku. Angin yang kencang menyerang wanita itu. Tapi tidak berdampak apa-apa.

"Hahahah, serangan apa ta..." Ternyata salah. Serangan tadi memang tidak membuat dia terluka, tapi membuat baju karetnya mendapatkan beberapa sobekan yang memperlihatkan tubuh putihnya yang indah. "KYAAAA!!" Dia langsung terbang pergi.

Aku hanya berdiri kebingungan, entah aku harus lega karena menang atau kesal karena tidak melihat lama tubuhnya? Tapi, yang penting sekarang kami aman.

Aku kembali menuju ruangan tempat Yukimura pingsan. Dan aku melihat dia sudah bangun dengan wajah kebingungan. Dia tidak ingat dengan kejadian yang terjadi setelah di mall. Akhirnya aku menjelaskan selama di perjalanan pulang kami. Dia hanya bisa menjawab dengan tawa, karena kejadian dia bersikap manis kepadaku adalah hal yang mustahil, kata Yukimura. Tapi, untungnya dia hanya menanggapinya dengan tawa dan kata "tidak mungkin", bukan hinaannya lagi atau sebuah serangan menyakitkan.

Sampailah kami di rumahku, dan sebuah hidangan makan malam sudah siap. Oh iya, belanjaan kami yang terlantar tadi dibawakan oleh anak buah Itsuka ke rumahku. Untungnya Yukimura tidak ambil pusing dengan belanjaan yang tiba-tiba ada di rumahku.

Kami selesai makan, dan Aya-chan membawakan es krim untuk pencuci mulut. "Kenapa es krim ini berbeda dengan es krim yang dibeli tadi?"

"Apanya yang berbeda, Yukimura-san?"

"Es krim yang dibelikan oleh Genoji tidak sekeras ini, malah lembut."

"Tentu saja beda ka... Tunggu, dulu. Kau bilang dibelikan olehku?"

Tiba-tiba wajahnya memerah padam, dan dia membuka mulutnya dengan lebar. Secepat kilat, mata pedang katana sudah ada di depan mataku. "Lupakan yang tadi!!"

"A-A-Apa maksudmu..."

"Cepat lupakan!!"

"Apa tadi kalian beli es krim?"

"A-A-A... CEPAT LUPAKAAANNN!!"

"AAAA!!" Dia menghajarku.



Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 232K 76
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
876K 53.1K 56
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
433K 29.5K 58
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
847K 82.8K 29
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...