Bonus Palsu

By mounalizza

761K 51.9K 5.4K

"Ceria itu datang membawa keramaian dalam hidupku. Sifat positivnya membuat aura kelamku tergantikan dengan s... More

Prolog
Bonus - 1
Bonus - 2
Bonus - 3
Bonus - 4
Bonus - 6
Bonus - 7
Bonus - 8
Bonus - 9
Bonus - 10
Bonus - 11
Bonus - 12
Bonus - 13
Bonus - 14
Bonus - 15
Bonus - 16
Bonus - 17
Bonus - 18
Bonus - 19
Epilog

Bonus - 5

33.4K 2.3K 243
By mounalizza

Sorry for typo

Beberapa bulan kemudian.

Rezky (―˛―")

"Maaf hampir saja membuatmu menjadi pria sesaat."

Lagi-lagi aku terbangun dalam tidurku. Walaupun saat ini aku hanya memejamkan mata sejenak tetapi mimpi itu selalu terulang.

Seperti malam-malam sebelumnya mimpi akan bayangan gadis lebay itu selalu ikut hadir tanpa tahu waktu dan tempat. Mimpiku seakan tak kreatif. Hanya  tentang gadis itu dan selalu tentang gadis itu. Aneh.

Apa ini karma karena aku menolaknya?

Apa ini balasan karena aku suka bermain-main?

Arrggh.. Mengingatnya saja membuat aku pusing. Rasa bersalah akan kejadian beberapa bulan yang lalu seperti tak pernah pulih.

Aku membiarkan seorang gadis pergi dari apartement ku dikala hujan deras menjelang tengah malam. Ironis.

Itu bukan diriku. Itu kelakuan pria banci.

Apa kabarnya gadis itu yah? Apa dia masih seorang gadis? Kenapa aku jadi memikirkannya.

Sekarang ini aku sedang berada di ruang vip club-ku. Seperti biasanya aku memantau situasi club dari semua lini. Khusus ruangan ini memang tempatku memperhatikan dari berbagai camera cctv. Biasanya aku ditemani para wanita tetapi sudah beberapa bulan ini aku seperti paranoid dengan mereka.

Seperti malam ini aku hampir tertidur di sini. Tertidur sendiri tidak dengan penghangat yang spesial atau dengan bonus andalan. Tidak, aku sudah tidak melakukannya.

Bukan karena aku sudah tidak mampu tapi kata-kata gadis itu membuat aku berfikir. Bagaimana jika aku tertular penyakit. Bagaimana jika aku menularkan penyakit. Bagaimana dan bagaimana. Aku menjadi pemikir kelas kakap dengan segala pertimbangan.

Sungguh aku seperti hidup dalam dunia lebay dimana pemikiran menjadi drama dan penulis naskah di mana aku sendiri yang melakoninya.

Muna.. Apa yang dia lakukan kepadaku? Kepada isi otakku?

Beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan Laura. Wanita penyebab aku menjadi kenal sosok gadis bernama Muna.

"Rezky, Muna kasihan, kudengar dia cari uang ke sana kemari untuk hidupnya. Dia di Jakarta tinggal sendiri karena mama dan adiknya pindah ke Surabaya. Dia tetap bertahan karena masih terikat kontrak tapi kebakaran di pemukiman rumahnya membuat ia kesulitan dalam bertahan hidup. Dia sempat tinggal denganku."

Bayangkan bagaimana perasaanku saat Laura bercerita?

Niatku ingin memarahinya hilang seketika. Aku terus memikirkan gadis dengan kulit sangat indah itu berjuang hidup di kerasnya kehidupan ibukota. Oh bahkan aku hampir mirip dengan dirinya dalam berbicara.

Sialan gadis lebay itu, sungguh mulutnya bagai sihir yang berhasil membuat mantra ampuh melumpuhkan otakku. Aku terus memikirkan nasibnya.

"Sampai terakhir dia tinggal denganku dia tetap tidak mau bekerja seperti aku. Dia berkerja serabutan. Terakhir menjadi pembantu rumah tangga harian."

Kasihan. Aku harus bertindak, mencarinya dan segera membenahi hidupnya.

Aku benar-benar sudah gila. Setiap jam dalam hidupku aku terus mengingatnya. Aneh bukan? Hanya karena mulut penuh sensasinya dia mampu bertahan di isi otakku.

Kurang ajar bukan?

"Bos acara unplugged band indie sudah dimulai, acaranya cukup ramai di bawah." anak buahku memanggil. Baiklah aku rasa istirahat sejenak cukup mengalihkan pikiranku.

Acara musik di club sepertinya menarik. Aku memang sengaja akan membuat perubahan. Sekali dalam sebulan di malam minggu music club berubah. Formatnya pun lebih seperti cafe. Tenang dan nyaman. Tidak ada hentakkan musik dengan bantuan para dj.

Aku hanya mengangguk dan keluar dari ruang persembunyianku. Aku sudah jarang merayu dan mendekati tamu club. Semua karena rasa bersalahku dengan gadis bernama Muna.

"Lo tenang aja kali ini temen gue mau harga mahal. Orangnya masih virgin dan sangat butuh duit. Lo mau nggak?"  sekelibat ku dengar member club sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya. Aku cukup kenal dengan dia. Koleksi wanitanya berbagai macam. Aku tertawa mendengar kata yang ia keluarkan.

Virgin?

Kenapa pria brengsek seperti kami sangat penasaran dengan wanita virgin? Itu harga mahal kawan. Aku tidak akan pernah mau bermain dengan mahkota yang bukan seharusnya ku renggut. Terlebih hanya untuk kepuasan semalam.

Oke aku akui siapa diriku ini? Pantaskah aku berbicara dalam hal ini? Banyak yang bilang jangan berlagak suci jika masih betah bermain di air kotor. Tapi jika menyangkut kehormatan wanita yang satu itu aku merasa miris. Tidak adil.

Kelak aku akan menikah dan menginginkan mahkota sucinya. Memang sih aku ini termasuk barang bekas tapi disinilah letak egois pria bermain. Karena itu aku hanya mau bermain dengan wanita yang sudah melepas mahkotanya. Aku merasa cukup adil sebagai pria brengsek yang banyak maunya.

"Iya lo ke sini deh, biar liat langsung. Dia akan manggung sebentar di sini duet sama temen gue."

Oke jadi ajang lihat melihat terjadi di tempatku. Terserahlah aku tidak perduli. Aku berjalan ke tempat kebangsaanku. Wilayah bar. Aku suka sekali meracik minuman untuk para tamuku. Aku tidak perduli mereka tahu atau tidak aku pemilik club ini. Aku hanya suka mencurahkan hobby ku di tengah menjaga club.

Kulihat malam ini suasana club cukup ramai. Konsep malam ini memang sedikit tenang. Aku mempersilahkan berbagai band indie untuk sekedar promosi di club. Sudah beberapa group band yang tampil. Pengunjung terlihat sangat menikmati. Kuakui konsep club memang perlu dirubah.

Satu group band kembali menaiki panggung. Banyak yang bersorak ramai menyambut. Aku masih menikmati gelas-gelas yang sedang ku racik. Ini cukup membuat tenang kepalaku. Lagupun segera dimainkan.

♪♪♪ Ingatkah kawan kita pernah saling memimpikan? Berlari-lari tuk wujudkan kenyataan. Lewati, segala keterasingan. Lalui jalan sempit yang tak pernah bertuan

Tepuk tangan masih memenuhi suara di club.

♪♪♪ Ingatkah kawan kita pernah berpeluh cacian. Digerayangi dan digeliati kesepian. Walaupun, sejenak nafas dari beban. Tuk lewati ruang gelap yang teramat dalam.

Suara ini sangat indah. Lagu yang penuh makna. Ruang gelap yang teramat dalam? Sadis..

♪♪♪ Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan. Memaksa kita, memendam kepedihan.

Para pengunjung terlihat antusias. Mereka bernyanyi bersama.

♪♪♪ Tapi kita juga pernah duduk bermahkota. Pucuk-pucuk mimpi yang berubah jadi nyata. Dicumbui, harumnya putik-putik bunga. Putik Impian yang membawa kita lupa.

Suaranya sangat indah, terlebih banyak pengunjung yang memberikan tepukan tangan meriah. Dari sekian group band yang sempat ku perhatikan dari cctv aku rasa yang sekarang ini mendapat sambutan meriah. Mungkin karena kali ini penyanyinya berduet dengan seorang penyanyi wanita.

Aku menaikkan kepalaku dan mencari pemilik bersuara merdu itu. Aku mau melihat siapa gerangan yang bisa membuat seisi pengunjung tersihir.

Dia..? Apa aku berkhayal..?

♪♪♪ Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan. Memaksa kita, merubah jadi tawa.

Dia? Si gadis lebay itu sedang bernyanyi penuh makna di atas panggungku. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sungguh mampu membuat pengunjung tersihir.

Jadi dia seorang penyanyi?

Memaksa kita merubah jadi tawa? Apa itu isi hatinya? Kenapa dia tidak berkata seperti itu kepadaku. Kenapa dia berkata aku hampir menjadi pria sesaat baginya.

Kenapa aku begitu merindukan wajahnya. Aku bahkan masih tetap ingat tatapan imut menyebalkannya. Dia tidak termasuk kategori wanita idaman. Dilihat dari penampilan sederhananya. Make up apa adanya.

Dia ada di sini? Sedang duduk di atas panggung dengan tatapan penuh penghayatan. Bahkan para pengunjung semua tenang mendengarkan suaranya.

Bernyanyi?

♪♪♪ Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan. Memaksa kita, memendam kepedihan.

♪♪♪ Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan. Memaksa kita, merubah jadi tawa.

Kenapa aku terasa sakit saat kata-kata itu keluar dari mulutnya. Kenapa aku ingin memeluknya sekarang? Kenapa aku menginginkan aroma khasnya kuhirup?

Kenapa..?

Rezky apa yang terjadi denganmu? Berapa kali kau berkata "kenapa" hanya untuk si gadis lebay itu?

"Terimakasih."

Dia dan band-nya sudah selesai bernyanyi. Tepuk tangan terus bergema. Dengan senyum manis dia menundukkan kepala dan dengan tenang turun dari atas panggung. Duduk bersama anggota band. Kuperhatikan tidak ada kaum hawa di sekitarnya.

Kenapa dia ada di sana?

Tunggu, pria itu? Kenapa dia bersalaman dengan pria itu. Pengunjung setiaku yang baru saja kudengar sedang membicarakan masalah urusan mahkota kesucian wanita.

Tunggu..,

Mahkota suci?

Sedang butuh uang?

Virgin?

Sedang bernyanyi di club-ku ini?

Jangan-jangan..? Tidak akan aku biarkan kegadisan gadis lebay-ku direnggut. Tanpa sadar aku berjalan cepat ke arahnya. Muna duduk di samping pria brengsek itu dan sedang diperkenalkan dengan pria yang cukup tampan.

Entahlah siapa dirinya. Tidak akan kubiarkan tempatku menjadi ranah persetujuan ajang seperti ini. Memuakkan.

"Permisi." selaku saat pria itu ingin bersalaman dengan Muna. Tidak akan kubiarkan. Mereka bertiga menatapku. Terlebih Muna dengan mata bulat menatap kaget kehadiranku. Ya..ya kamu benar inilah aku. Sipria sesaatmu gadis sialan.

"Boss apakabar?" sapa makelar sialan itu. Sok akrab. Aku hanya mengangguk dan langsung menarik tangan Muna.

"Maaf gadis ini milikku." Muna menahan tanganku tetapi aku menatapnya tajam. Tatapan membunuhku ini pantas kulayangkan kepadanya. Gadis bodoh yang akan menjual kesuciannya.

"Sorry boss dia udah distempel milik dia." makelar sialan. Aku menatap dua pria itu. Tanganku masih mencengkram kuat tangan Muna.

"Dia milikku dan tolong jangan melakukan diskusi menjijikan di sini terlebih urusan ranjang." kulirik para penjaga club ku untuk membantuku. Setelah para penjaga mengangguk dan menghampiri segera kutinggalkan club tanpa perduli keadaan sekitar. Muna masih diam walau aku tahu tangannya masih meronta. Tapi sekali lagi kukatakan kekuatanku tidak sebanding dengan dirinya.

Kudorong dirinya masuk ke dalam mobil. Lalu akupun secepat kilat memasuki mobil. Saat aku duduk dikemudi aku masih belum siap menatap lekat wajahnya. Sekilas kulirik dia memegang tangannya. Kudengar ringisan darinya tetapi suaranya belum keluar.

Hei, ngomong-ngomong aku tidak salah orangkan? Dia Maimunah si gadis lebay-ku bukan?

Rezky apa yang terjadi denganmu. Coba pastikan jangan-jangan kau berhalusinasi wanita ini Muna. Tapi dia Muna kan?

Kenapa dia tidak bersuara? Kemana kemampuan berolah vokal dan bersilat lidahnya?

Aku bak pria bodoh menghidupkan mobil tanpa menatap diri wanita di sampingku. Sabar Rezky atur nafas dalam-dalam dan segera tatap dirinya.

Pastikan Rezky!!!

Baiklah aku segera menoleh.

Dan... Saatnya mencari kebenaran.

Ah ya benar dia gadis lebay-ku. Dia sedang tersenyum menatapku. Wajah cerianya ini sungguh kurindukan.

Tapi kenapa dia hanya tersenyum? Kemana aneka kosakatanya? Ah kenapa kau merindukan hal itu.

Dan aroma ini? Ah dia masih memakai aroma ini untuk kesehariannya.

Gadis bodoh.

Kau juga bodoh Rezky, kenapa hanya saling bertatapan tanpa bersuara. Apa bibirmu menghasilkan lem penutup mulut?

"Muna?" tanyaku pada akhirnya. Dia mengangguk ceria. Oh ini yang aku mau. "Kamu Muna kan?" tanyaku sekali lagi.

"Kamu Rezky yah yang waktu itu salah pilih orang? Wah ko kita bisa ketemu lagi. Kamu tahu tadi aku benar-benar berharap ada orang yang menarikku dari mara bahaya yang aku permainkan sendiri. Ternyata harapku benar-benar jadi kenyataan. Walaupun tangan ini terkena imbasnya perih sakit tapi tak apalah. Ada dorongan yang menahan aksiku nekatku. Ini seperti teguran jika aku telah melakukan kebodohan. Aku bagai pemeran wanita yang hampir saja melakukan kesalahan fatal. Ah ini mirip sinetron apa yah? Dari kemarin aku sedang berfikir kisah hidupku ini mirip-mirip sinetron apa yah? Hidup ini memang hanya kepingan yang terasing di lautan. Kamu dengar saat aku bernyanyi itu, itu sungguh isi hatiku."

Dan inilah si gadis lebay-ku the one and only pemirsa. Muna si lebay ada nyata di hadapanku.

HARUSKAH AKU BERTERIAK?

Rezky kau berlebihan. Dia sekarang menatapku. Aku seperti tersihir dengan kicauan durasi panjangnya. Ini seperti kerinduan tanpa sebab dan tanpa alasan.

"Rezky kenapa diam menatapku seperti itu? Apa aku hina yah? Ya kamu benar tadi memang mau melakukan hal gila. Persetan dengan kegilaan. Hidupku penuh lika-liku yang pelik. Jika aku hanya berdiam diri tanpa aksi kuyakin nafasku akan semakin tercekik diterjang jahatnya permainan ibukota dan seisinya."

Dia bicara apa sih? Ah persetan juga dengan kata-katanya. Hanya ada dua kata yang sedang terngiang di jalan pikiranku. Dan aku harus melakukannya.

Cium dia!!!

Cup. Tak kuhiraukan lagi mulutnya yang seperti ingin melanjutkan durasi ocehan tidak jelasnya. Aku merindukan rasa bibirnya. Kuakui dia termasuk jajaran top list pencium terbaik dalam sejarah ku dengan kaum hawa.

Dan oh.. Aroma ini..

AKU MERINDUKANNYA..

"Cukup." tahannya. Ia mendorong tubuhku. Aku bagai kambing liar yang langsung menyosor tanpa alasan. Rezky ada apa denganmu?

"Sekarang bukankah saatnya aku beradegan marah. Kenapa tadi kamu menarik tanganku? Membawaku ke sini dan menciumku dengan tiba-tiba?"

Dasar gila jelas-jelas dia membalas ciumanku. Drama.

"Kamu tahu hidupku dipertaruhkan di hari ini. Aku sudah siap menghadapi hari esok dengan segala kemungkinan yang terjadi. Aku bahkan.."

"Berisik." bentakku kesal. Mengingat niatnya hari ini membuat aku merasa kesal. Aku merasa tidak rela ia mau melepas kesuciaannya untuk pria lain apapun alasannya.

Cup. Aku kembali menciumnya. Jalan pikiranku sudah gila memang tapi aku tidak perduli. Dan lagi-lagi setelah permainan seru di bibir kami dia melepasnya.

"Cukup." kata itu lagi yang keluar dari mulutnya.

"Pokoknya gue mau lo melepas keperawanan lo hanya untuk suami lo. TITIK!" teriakku tanpa sadar. Lah aku kenapa ini?

"Suami? Ih kenapa kamu ngatur aku. Pokoknya aku nggak mau nikah selamanya. TITIK JUGA!" dia juga berteriak kepadaku tanpa takut.

Lah?

"Nggak bisa, gue akan pantau lo terus. Enak aja lo menyepelekan kesucian paling berharga kepada pria brengsek dalam semalam!" kataku tegas.

"Aku nggak butuh suami. Aku nggak butuh pendamping hidup. Aku nggak butuh penjaga dalam kamus kehidupanku. Nggak butuh. Bagiku semua hanya semu. Semua rekayasa sesaat. Jadi kamu nggak usah meramaikan keadaan. Aku bisa jaga diri ko. Kamu tenang aja. Aku juga nggak berminat menjadi wanita penghibur. Ini hanya kebutuhan yang sangat-sangat kepepet." jelasnya sambil menahan nafas. Ekspresi wajahnya sangat tenang. Tanpa ketakutan atau rasa malu apalagi sedih.

Gadis aneh. Kenapa aku yang tak tenang dibuatnya.

"Kamu kepepet?" pada akhirnya aku memang harus segera sadar. Gadis ini memang bukan tanggung jawab aku.

Dia mengangguk dengan senyuman. "Iya aku lagi butuh uang lima puluh jeti." jawabnya pelan.

"Dan kamu menghargai kesucianmu seharga dua motor roda tiga?" tanyaku sinis.

Dimana otaknya nih cewek.

Gadis bodoh.

"Aku kan sudah bilang aku tidak mempermasalahkan itu. Kamu tahu.."

"Kenapa saat denganku kamu mau melakukannya tanpa imbalan? Kenapa baru sekarang?" selaku tiba-tiba. Aku tahu sebelumnya ia pasti akan menjelaskan dengan durasi yang kembali panjang. Tidak akan kubiarkan.

"Karena saat itu aku memang merasa kamu pria yang tepat. Karena.."

"Bukan karena PRIA SESAAT?" kupotong penjelasannya sekali lagi. Lama-lama aku emosi jika mendengar penjelasan panjang kali lebarnya. Aku benci ia menjelaskan jika aku tidak berarti di hidupnya.

Apa? Rezky kamu bicara apa ini?

"Bisa jadi seperti itu." jelasnya tanpa rasa bersalah. Lihat kelakuan si-lebay ini. Kepalaku ingin meledak seketika. Ini seperti penghinaan paling kejam yang pernah ditorehkan wanita kepadaku.

Rezky kau bicara apa?

"Dengar aku bisa jelaskan Rez." aku menepis tangannya yang berusaha memegangku. Aku menatapnya. Bibirnya otomatis tertutup saat menatap mata tajamku. Aku rasa ia sadar aku sedang marah dan tidak berniat mendengar penjelasannya.

Marah? Kenapa aku harus marah?

"Sudahlah kalau kamu nggak mau dengar. Maaf atas kejadian saat itu. Aku sadar aku salah, kamu tahu gara-gara itu aku beberapa hari sakit meriang, badan lemah tak berdaya. Aku bagai mayat hidup di rumah kehilangan arah."

Apa? Rezky inilah akibat perbuatan bancimu. Membiarkan seorang gadis meninggalkan apartement tanpa kau tahan. Setidaknya antarkan dirinya. Dasar bodoh kau Rezky. Pria macam apa kau.

"Apa kamu keujanan saat itu?" tanyaku penuh sesal. Andai waktu bisa kuulang. Aku akan menjadi payung untuknya. Sungguh aku tulus.

Dia menggeleng.

"Aku minta jemput ko sama Nizar adikku kebetulan temannya dia bawa mobil, lumayan rezeki anak solehah."

Lah terus?

"Cuma pas keesokannya aku mandi ujan kembali sama adikku. Kan dia mau pergi ke Surabaya sama mamaku jadinya kebablasan mandi ujan. Terus aku jadi sakit deh, udah gitu kami sempet makan soto mie super pedes jadinya aku mules nggak karuan. Beberapa hari aku lemah tak berdaya. Mama sampai membatalkan keberangkatannya. Aku memang salah. Aku itu alergi dengan aneka jeruk dan saat itu aku menyirami jeruk nipis ke dalam makananku. Jadilah pertengkaran hebat di dalam perutku dengan sangat sengit."

Oh Tuhan jadi itu bukan kesalahanku. Muna sialan!!! Membuatku merasa bersalah. Dia mandi hujan dan makan soto mie?

"Kamu tahu aku alergi jeruk nipis, jeruk medan, jeruk sunkits, jeruk bali, bahkan jeruk suntikan terus jeruuuk.."

Dia ngomong apa sih?

"Jeruk apa lagi yaah?"

"Intinya semua jeruk lo nggak cocok kan?" tambahku kesal menahan emosi.

"Sayangnya kalau jeruk limo aku cocok." jelasnya sambil menganggukkan kepala sok tahu.

Oh no.. Menyebalkan persetan dengan urusan jeruk limo. Kepada aku bisa dipermainkan dengannya. Apa pentingnya pembahasan jeruk limo. Selama beberapa bulan aku dibuat gila oleh dirinya dan dia membicarakan urusan jeruk limo di dalam mobilku di pertemuan kami kembali?

"Huffttt tenang Rezky." aku menutup mataku sambil bersandar.

Ternyata aku lupa satu hal paling penting jika aku berdekatan dengan gadis alay ini.

Pusing.

Kepalaku dipastikan pusing tujuh keliling mendengar kicauannya.

"Baiklah aku pergi dulu." katanya dengan suara tenang. Apa hanya aku saja yang merasakan rasa gemuruh seperti ini?

Kenapa dia seakan biasa saja?

"Rezky aku pergi dulu yah." ucapnya sekali lagi. Haruskah kali ini aku melepasnya?

Mulmed
Pass Band feat Terre
Kesepian kita.

TBC.
Minggu, 03 Januari 2016
-mounalizza-

Continue Reading

You'll Also Like

83.9K 12.4K 30
Claudia Mentari Alatas, yang biasa dipanggil Oddy, mengalami sakit hati setelah ditinggal begitu saja oleh pria yang dia cintai. Dia menduga pria itu...
2.5K 469 21
[Inspired by the drama: Oh My Venus] "Beyond Boundaries-Melewati Batas" Winna Soraya menjalani hidupnya selama hampir tiga puluh tahun terkungkung d...
51.6K 1.9K 37
Elayne, seseorang yang sangat ingin dicari Jihan. Karena Elayne sudah mencuri naskahnya dan menerbitkan naskah itu tanpa minta izin padanya. Jihan be...
53.1K 4.5K 19
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...