Comparable

By AmeliaWardani

448K 24.1K 205

Bagaimana jika, seorang Darrel yang terkenal dengan sebutan 'player' rela mengubah perilakunya hanya karena T... More

Prologue
Chapter 1 - Kebetulan
Chapter 2 - Rencana
Chapter 3 - Modus
Chapter 4 - Bolos
Chapter 5 - Secuil Perasaan Tak Terima
Chapter 6 - Pindah?
Special Chapter
info
Chapter 7 - Meet Her
Chapter 8 - Jealous, huh?
Chapter 9 - Bayu Beraksi? Eh
Chapter 11 - Jatoh
Chapter 12 - Masalah
Chapter 13 - Permohonan
Chapter 14 - Teman Baru
Chapter 15 - Dilema
Chapter 16 - Kambuh
Chapter 17 - Dirawat
Chapter 18 - Kenyataan Yang Sulit
Chapter 19 - Her Other Side
Chapter 20 - Kabur Bareng?
Chapter 21 - A Giant Blue Teddy Bear
Chapter 22 - Accident
Chapter 23 - Kabar Baik Dan Buruk
Chapter 24 - Urusan 'Gawat Darurat'
Chapter 25 - Isi Surat
Chapter 26 - Hubungan Yang Menggantung
Chapter 27 - Dia Menghilang
Chapter 28 - Tentang Perasaan
Epilog
Cara Pre - Order 'Waiting For You'

Chapter 10 - Gagal Kemping

11.8K 703 2
By AmeliaWardani

Darrel melihat pantulan dirinya di depan cermin kamarnya. Jangan salah, lelaki juga suka bercermin. Dengan mengenakan kaus berwarna putih, yang dilapisi jaket, dan bawahan jeans berwarna hitamnya. Darrel sudah siap untuk berangkat.

Dia memakai converse hitam pudar miliknya. Darrel keluar dari kamarnya, sambil memutar kunci mobil Jeepnya, dia berjalan ke garasi.

Sembari bersiul, Darrel menaiki mobilnya. Mengeluarkan mobilnya dari garasi, dan menuju tempat tujuannya. Rumah Tiffany. Yang pastinya untuk menjemput perempuan itu, sesuai dengan janjinya kemarin.

Satu hal yang dilupakan Darrel. Janji kemping dengan teman-temannya. Bagaimana dengan itu?

***

"Mar, lo liat dia gak?" Tanya Rama sekali lagi pada lelaki dihadapannya.

Damar lagi-lagi menggeleng. "Gue kaga liat dia daritadi."

"Coba ke kamarnya aja." Saran Ghafar. Mereka bertiga akhirnya menuju kamar Darrel, yang berada di sebelah kamar Damar.

"Kok lo bisa gatau dia keluar?" Tanya Rama lagi pada Damar.

Damar cengengesan. "Gue lagi diluar."

Rama menekuk wajahnya. "Ya pantes lah lo gak liat, beon."

Ghafar memutar kenop pintu kamar Darrel. "Di kunci." Ucap Ghafar pada keduanya.

"Ketok."

Tok tok tok.

"Rel, lo mau ikut ga?" Ghafar berteriak.

Tak ada jawaban.

"Udah deh berangkat aja sekarang. Dia udah duluan mungkin." Rama mengangkat bahunya.

"Mungkin." Ucap Damar.

"Ya, mungkin." Sambung Ghafar membuat Rama mendengus.

"Yaudah yuk ke garasi aja." Ajak Damar. Mereka bertiga pun langsung menggendong Backpack yang mereka bawa masing-masing.

"Mobil mana?" Tanya Damar.

Ghafar dan Rama mengangkat kedua bahunya. "Dibawa kali sama dia." Ucap Rama.

"Tapi, gak mungkin kita berangkat pake mobil Mama gue." Ucap Damar.

"Lo lupa kalo gue punya Jeep juga." Ghafar menyeringai. Membuat Damar dan Rama tersenyum.

Setelah berjalan lebih dari dua puluh menit dari rumah Darrel dan Damar, akhirnya mereka sampai di rumah Ghafar. Ghafar segera menyuruh Damar untuk mengendarai mobil Jeepnya.

"Jangan lupa jemput Salsha dulu." Peringat Rama.

***

Setelah setengah satu jam berlalu, mereka pun sudah sampai di pertengahan Puncak, dan ada waktu setengah jam lagi untuk sampai di perkemahan.

"Terus kemana lagi?" Tanya Damar, yang sedang menyetir.

"Kiri kiri." Ghafar menyeletuk sambil melihat kearah map di handphonenya.

Damar menepikan mobil ke pinggir jalan, lalu mendekat ke arah Ghafar. Sedangkan Rama yang duduk di belakang tak mau bergerak dari posisi nyamannya, karena sekarang Salsha sedang tertidur dipundaknya dan dirinya memainkan rambut perempuan itu.

"Coba cek dulu GPS Darrel, kali aja dia nyalain GPSnya." Usul Damar, yang langsung disetujui oleh Rama.

Ghafar mengotak-atik map-nya. "Eh guys, ketemu nih," Ghafar membulatkan kedua matanya. "Dia ada di Suaka Elang."

***

"Iya, kadang-kadang. Gue juga males sih ketemu dia." Ucap Darrel. Tiffany mengangguk-angguk. Saat ini mereka sedang membahas tentang Kania, ya, perilaku cewek tersebut membuat Darrel merasa sedikit risih.

Darrel menaruh kedua tangannya di atas pembatatas jembatan, yang terbuat dari tambang. Disebelahnya, Tiffany, yang mengenakan atasan kaos putih dan bawahan celana jeans.

"Ngomong-ngomong, lu deket banget ya sama si Bayu?" Tanya Darrel.

"Engga terlalu juga sih, dia juga jadi ga terlalu ngejar aku. Jadi aku ngerasa beda sama dia yang sekarang." Mata Tiffany menerawang.

Darrel mengerutkan kening. "Beda gimana?"

"Ya gitu," Tiffany mengangkat kedua bahunya sekilas. "Jadi lebih enak di ajak ngobrol setelah jadi tetangga aku. Dia ga senyebelin yang aku kira."

Darrel tersenyum masam. "Oh gitu. Kalau misalnya gue deket sama lo juga, gak apa-apa 'kan?"

Tiffany mendorong bahu Darrel. "Kak Darrel blak-blak-an banget sih," Tiffany melirik ke handphone milik Darrel. "Kak, itu handphonenya bunyi terus daritadi."

Darrel menge-cek handphonenya. Banyak terdapat notifikasi dari group chatnya.

Ghafar: Darrel lo dimana?

Damar: kita udah mau sampe nih. Lo di sebelah mananya?

Rama: lo udah sampe bukan?

Darrel melihat waktu pengiriman pesan itu. Jam sebelas. Berarti sudah dua jam yang lalu. Kenapa bisa ia lupa janjinya.

Darrel mengacak-acak rambut hitamnya. Membuat Tiffany mengerutkan kening heran. "Kenapa Kak?" Tanya Tiffany.

"Gue lupa janji sama temen gue," Ucap Darrel.

Tiba-tiba handphonenya berbunyi lagi. Kontan, Darrel langsung menge-ceknya.

Damar: Rel, liat ke belakang deh.

Lantas, Darrel langsung menengok ke belakang, sama halnya dengan Tiffany. Dibelakangnya tampak ketiga temannya dan satu orang perempuan disebelah Rama.

Ketiga temannya mendekati Darrel, tepatnya Damar langsung saja menoyor kepala Darrel. "Lo janji. Tapi lo lupa. Bodoh." Ucap Damar dengan kejam.

Darrel cemberut. "Kejamnya kau Bang."

Rama berkacak pinggang. Dibahunya tersampir jaket berwarna abu miliknya. "Malesnya gini kalau gue ngajak lo."

Ghafar melipat kedua tangannya di depan dada. "Dasar sih, udah kakek-kakek. Susah. Pelupa." Ghafar mendekat kearah Darrel, lalu memeluk lelaki itu. Menepuk-nepuk punggung Darrel.

Darrel yang keheranan, lantas mendorong Ghafar kebelakang. "Apaan sih Far. Jadi kaya homo tau ga?"

"Walaupun gue homo, gue bakal mikir-mikir dulu kali kalau cowoknya itu elo." Celetuk Ghafar.

"Jadi selama ini lo homo, Far." Jerit Rama.

"Ish, gue cuma mau bilang makasih doang ke si Darrel. Soalnya disini juga ,ada tempat kemping yang gak kalah keren." Cetus Ghafar.

"Emang mau pada kemping kak?" Tanya Tiffany di belakang Darrel.

Darrel menepuk dahinya. "Oh iya, gue gak bawa ganti," Darrel menggaet tangan Tiffany. "Gue balik dulu ya."

"Eh-eh, gausah Rel. Gue bawa baju ganti dua kok, buat Tiffany aja satu lagi." Salsha menyetop pergerakan Darrel.

"Makasih ya Kak." Ucap Tiffany.

"Gue juga bawa baju lo yang ada di lemari gue Rel." Kata Damar.

"Yaudah langsung pasang tenda aja."

Mereka ber-enam berjalan menuju tempat yang disediakan untuk kemping. Mereka membagi pekerjaan yang harus dilakukan.

Keempat lelaki itu bertugas untuk membangun tenda, sedangkan Tiffany dam Salsha bertugas untuk mencari kayu bakar untuk acara api unggun malam ini.

"Tif, kamu udah lama kenal sama Darrel?" Tanya Salsha, seraya memunguti kayu disekitarnya.

Tiffany menoleh. "Kalau kenal baru satu bulan Kak."

Salsha mengangguk. "Oh gitu. Kamu hati-hati aja sama dia." Salsha menggantung kalimatnya.

"Emang kenapa Kak?"

"Eh, maksudnya hati-hati nanti jatuh cinta beneran. Tapi sebenernya dia baik lho. Dulu pas kelas 10 aku sekelas sama dia, jurusan IPS tapi karena gak cocok jadi kelas 11 pindah ke IPA," ujar Salsha. Tiffany mengangguk. "Kamu jangan nilai dia dari luarnya aja, dia baik kok. Cuma, kalau gak suka sama satu orang, ya benci banget."

Tiffany mengangguk sekali lagi. Pantas saja Darrel terlihat sangat tak suka dengan kehadiran bayu.

"Eh, udah kekumpul banyak nih. Balik yuk." Ajak Salsha ke Tiffany.

Tiffany mengangguk. "Oke Kak."

Jika Tiffany dan Salsha mengumpulkan kayu. Darrel dan ketiga temannya membuat tenda. Yang sayangnya, tenda yang mereka buat sama sekali belum terbangun.

"Ada yang bisa gak?" Tanya Darrel.

Kontan, dibalas gelengan dari ketiga temannya. Darrel tak habis pikir kepada ketiga temannya yang bukannya membawa tenda praktis, melainkan tenda besar.

"Sama sih, gue juga." Darrel meringis.

Ghafar mendecak. "Ck, gausah ngomong deh."

Tiffany yang sudah sampai dengan Salsha hanya bisa menyaksikan akai perdebatan antara keempat lelaki di hadapan mereka. Salsha menggelengkan kepalanya.

"Daritadi ini tenda belum selesai?!" Semprot Salsha. Hening. Tak ada jawaban.

"Lagian kita gak bisa bangun tenda." Celetuk Damar.

Tiffany terkekeh. Melihat keempat lelaki tersebut diperintahkan oleh Salsha untuk mencoba lagi dengan bantuan perempuan itu.

"Jangan galak-galak kali, cookies." Rama berucap. Membuat Salsha mendelik.

"Jangan manja mulu kali. Kebo." Balas Salsha.

Semua orang yang berada disitu termasuk Tiffany tertawa. Akhirnya, tenda yang dibangun sudah selesai, bersamaan dengan langit yang sudah senja. Api unggun mulai dinyalakan, semua duduk melingkarinya sambil membakar jagung manis. Malam itu diisi dengan canda tawa dari mereka, dan juga nyanyian dengan iringan petikan gitar.

a.n

Hello. Aku tau chapter ini ngebosenin karena yha, percakapannya lebih banyak. Dan kayaknya ini emang edisi darrel sama temen temennya jadi maklum aja :v.


Maaf kepanjangan. Lagi cerewet.

Thankiess^^

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 286 13
- a wonwoo local short au Tentang Ayu dan Danu yang menuntaskan perasaan satu sama lain di Ruang Rindu. starring: wonwoo x oc start: 28 maret 2022 en...
28.2K 5K 21
(SEASON 1 ✅) I love you, I hope you do too
14.7K 2K 32
Sebenarnya yang kusukai, dia atau temannya? Ah tidak, tidak. Kim Sejeong, kau memang primadona kampus tapi jangan seperti playgirl seperti ini. "Kau...
1.5K 346 22
Hanya sebuah rangkaian kata-kata yang bisa membuat kalian berpikir; bagaimana tentang diriku, dirimu atau orang lain. partner dari Ruang Renung dan...