Bonus Palsu

By mounalizza

761K 51.9K 5.4K

"Ceria itu datang membawa keramaian dalam hidupku. Sifat positivnya membuat aura kelamku tergantikan dengan s... More

Prolog
Bonus - 1
Bonus - 2
Bonus - 4
Bonus - 5
Bonus - 6
Bonus - 7
Bonus - 8
Bonus - 9
Bonus - 10
Bonus - 11
Bonus - 12
Bonus - 13
Bonus - 14
Bonus - 15
Bonus - 16
Bonus - 17
Bonus - 18
Bonus - 19
Epilog

Bonus - 3

35.7K 2.5K 339
By mounalizza

(18+)

Muna(^^)

"Aku mau sekarang Muna." kata-kata pria di hadapanku ini membuat jantung berdendang dengan tempo cepat.

Apa maksudnya mau sekarang? Jelas-jelas tanpa disuruh aku pasti akan membersihkan wilayahnya.

Tapi tunggu, ini kenapa ada yang bergerak menusuk? Apa ada kucing? atau tongkat ajaib? Ah Muna bahasa lo.

Eh tapi..,

Oke perlahan Muna, carilah kebenaran apa itu gerangan
di bawah sana. Turun pelan tapi pasti Mun.

Jadi dagdigdug gini..

Dan.. Oh benar dugaanku. Dasar pria. Ah ini efek wewangian alami racikan Ibu Sita. Ampuh yah ternyata.

Bahan-bahan dari tepung beras, daun pandan, jeruk nipis, bunga melati, bunga sedap malam dan beberapa cem-cem ala pengantin. Bu Sita bilang ini akan membuat pria kesemsem dan aku tak menyangka pria tampan ini akan dengan mudahnya. Sebenarnya ini khusus pengantin, kenapa aku memakainya. Mohon dimaklumi manusia mudah melakukan kesalahan.

Oke Muna apa dia akan sama seperti mantan-mantan brengsek yang lainnya. Tapi dari cara ia mencium sih berbeda. Bibirnya mirip ikan maskoki. Lincah euy. Lazisss..

Oke fokus Muna.

Sapu, carilah sapu. Jangan tersihir dengan kecupan lembutnya.

Ayo bertindak Muna..!!!

Tapi rasa ciumannya mantab.

Muna...!!! Cari sapu..!!!

Ah berisik yeh si Muna..!!!

Iyaloh Muna positif dan Muna negatif bertengkar sengit. Ini perdebatan yang selalu terjadi antara aku dan aku.

Oke tanya langsung.

Tapi tanya apa? Masa bilang juniornya kenapa membelendung begitu? Nggak mungkin juga aku bilang sepertinya junior kamu sesak di sana. Ah cari cara yang lain.

Oke Muna pasti bisa.

"Kamu kok?"

Arggh.. pertanyaan apa itu? Kamu Kok. Ini ulah Muna positif yang terlalu lugu. Ambil jalan tengah Muna segeralah bertindak. Tapi nanti kalo dia menerkam ku tanpa aba-aba aku harus bertindak apa?

Bagaimana kalau kerja otakku tidak sejalan dengan pergerakan tulang dan ototku? Ini bisa menimbulkan persaingan ketat antar sesama organ tubuh dalam diriku. Muna negatif akan semakin berdiri angkuh dengan kesombongannya.

Ini tidak baik.

Ayo Maimunah.

Kring.. Kring..

Oke setidaknya aku selamat.

"Maaf itu ponselku." secepat kilat ku angkat panggilan itu.

Laura? Ah ini dia sipelaku utamanya. Orang yang melempar aku ke tempat pria tampan ini.

Mirip siapa yah dia? Mantanku yang sebelumnya standar mukanya biasa aja. Ini lazisss.

"Iya Laura aku sudah berada di sini." jawabku sambil melirik pria tampan di sana.

Arrgh aku tahu tatapan mupeng itu. Dasar pria semua sama saja.

"Lo bisa menjauh sejenak nggak Mun dari Rezky." perintah Laura diseberang sana. Aku mematuhi perintahnya.

"Gue ko nggak tenang yah nyerahin lo sama Rezky. Gue takut lo salah faham. Abis gimana lagi gue udah mepet banget. Intinya gini aja deh gue akan bilang sama Rezky kalo lo bukan cewe panggilan kaya gue."

"Hmm.. Hmm.." jawabku bingung.

Apa cewek panggilan?

"Ayolah Mun lo tolong gue, anggap aja ini fun sesaat. Secara lo kan lagi jomblo. Emangnya lo nggak kangen begituan. Gue yakin rasa Rezky beda dari semua mantan-mantan lo."

Tunggu, begituan?

"APA?" tanpa sadar aku berteriak kencang menggelegar seantero jagat ruangan pria tampan ini. Mirip siapa sih dia? Oke Muna fokus sekarang masalahnya beda lagi.

"Jadi maksud lo tugas gue harus itu?" tanpa malu aku menatap dirinya tapi fokusku malah ke arah bawahnya. Sesuatu yang meronta itu terlihat memanggilku.

Muna kenapa kamu jadi mesum.
Oh kejadian apa ini? Belum lagi kejadian selanjutnya. Hidupku sungguh pelik. Jadi daritadi si pria ini anggap aku wanita panggilan?

"Muna? Kasih telephone ini ke Rezky dong! MUNAAA..!" mendadak aku demam panggung apa malam ini aku sudah tidak suci lagi. Bagaimana kalo aku hamil, lalu ia tidak mau bertanggung jawab. Tapi aku tetap akan mempertahankan anak ini. Biarkan jalan hidupku tersayat yang penting anakku aman.

Nak maafkan mama.

Eh Muna disodok aje belum. Lo malu-maluin gue. Muna negatif tersinggung ini. Lebay, keluarkan aku dari jiwamu. Aku malu jadi Muna negatif.

"Munaa.." kesadaranku kembali ke dunia nyata yang kejam ini. Aku berada di sarang penyamun cinta.

Jiaaahhh.., bahasa lo Muna.

"Hei kamu kenapa?" ampuni aku kenapa pria ini tiba-tiba ada di hadapanku. Dia sedang melihat perutku yang tanpa sadar aku raba dalam perjalanan dunia khayalku.

"Perut kamu sakit?" aku mengangguk.

Calon anak kita ada di sini. Dasar pria tidak bertanggung jawab. Eh apaan sih kenapa gue jadi ngelantur.

Oke Muna negatif tidurlah. Kali ini tidak akan aku biarkan aura mu merasuki diriku.

"Muna maafin gue kalo lo jadi tegang. Percaya sama gue Rezky pria berbeda. Gue yakin rasa mantan-mantan lo bisa hilang. Sentuhan Rezky lain dari yang lain." Laura kamu tidak mengerti aku tidak berpengalaman. Ah ini Rezky kenapa malah nempel ke aku. Pake acara ngendus-ngendus wangi rambutku lagi.

Tenang Muna jangan panik.

"Coba dari tadi kamu diam seperti ini, kepalaku tidak akan pusing." bisiknya lembut sensasi menggodanya terlihat. Ini mirip iklan parfume.

"Muna kasih ponselnya ke Rezky!"

"Ini Laura mau bicara. Aku permisi ke kamar mandi." setelah ku berikan ponselku secepat kilat aku bersembunyi di kamar mandi dekat pantry.

Bumm. Mendadak aku mengalami kegugupan.

Terserahlah Laura mau bicara apa. Tapi kenapa aku tidak terlalu merasa takut yah berdekatan dengan pria itu.

Apa memang aku harus berani?

Tuk.. Tuk..

Ahh konflik tok tok kembali. Ini malah lebih parah. Jelas ini semakin pasti karena pria itu kuyakini akan meminta haknya. Pelayanan dariku. Konflik semakin pelik. Apa yang harus aku lakukan.

Muna tenang jangan panik. Inikah takdir untuk kehadiran anakku? Apa kisahku akan seperti novel-novel?

"Muna keluarlah aku tahu kamu gadis baik-baik bukan wanita panggilan. Maafkan aku." panggilnya. Oh dia sekarang sudah mulai merasa bersalah. Lalu bagaimana dengan calon anakku?

Apaan sih yang aku pikirkan kenapa jadi ngawur?

"Muna buka pintunya, aku janji tidak akan melakukan pemaksaan." teriaknya sekali lagi.

Tuk.. Tuk..

Oke Muna jangan seperti anak lugu. Ini Jakarta bung. Takut hanya akan merepotkan ibukota. Apa aku harus meminta bantuan Pak Ahok? Apa urusannya masalah ini sama Pak Gubernur, bisa-bisa gue kena damprat.

Oke fokus Muna. Tarik nafas, tahan, buang lagi. Lakukan berulang. Kenapa jadi latihan mau kontraksi? Inikah tanda-tanda aku akan hamil anaknya?

Siap Princess Muna hadapi pria tampan bernama Rezky itu. Mirip siapa yah dia?

"Muna.." oh panggilannya membuat bulu tanganku berdiri.

Baiklah bersiaplah Muna. Mara bahaya ini harus kita hadapi. Takdir sudah di depan mata. Ayo Muna negatif dan positif bahu membahu membantu. Berjuang sampai titik darah mengering.

Muna bahasa lo.

Ceklek.

"Oh bahkan bukaan pintu aja terasa dingin." kataku pelan.

"Muna." panggilnya tepat di depan ku. Tubuhnya berdiri tegap dan saat aku menatap wajahnya ia sedang tersenyum serba salah. Tangannya menggaruk rambut bagian belakang.

Mungkin dia malu karena mengira aku wanita panggilan. Mungkin juga emang gatal? Apa jangan-jangan dia kutu-an yah atau ketombean?

Haruskah aku berikan resep cem-cem alami ala Ibu Sita? Tapi tidak resep itu terjamin kerahasiaannya. Tidak akan kubiarkan siapapun mengambil resepnya.

Ibarat kehidupan Bikini Bottom aku menjadi Spongebob yang tetap memegang amanatnya untuk tidak membocorkan resep Crabypatty kepada Plankton. Tapi masa Ibu Sita jadi Mr.Crabs.

Dan apapula Rezky si tampan ini jadi plankton yang pendek mini itu. Ah ini berbeda.

Biarkahlah kutu-kutu itu merayap dan beramah tamah di kepala pria ini. Urusan apa denganku. Kenapa jadi ngomongin kutu.

Fokus Muna.

"Muna kenapa diam..?" panggilnya.

"Nanti aku kasih ramuan pembasmi kutu tenang aja." dia memasang wajah tak percaya, alisnya naik secara tiba-tiba.

Nahlo kenapa jadi lo berikan? Ah sudah mulai kerja otakku tidak sejalan. Dia sempat memasang wajah bingung tetapi secara perlahan dia bisa menguasai.

Oke jelas dia pria dominan.

"Jangan panik aku sudah tahu siapa dirimu." dia menarik tanganku. Membawanya ke ruang televisi. Perjalanan ke sana begitu tegang, ini bisa saja yang akan merubah takdirku. Remasan tangannya sungguh mampu membuat bulu tanganku merinding disko.

Kenapa jadi berbeda? Mungkin karena aku baru tahu dan mengerti maksud dari tatapannya.  Sebelumnya kan aku membicarakan sapu dan teman-temannya tapi dia memikirkan ranjang bergoyang.

Dasar pria sama saja.

"Pertama aku mau minta maaf atas kesalahfahaman ini. Jika tidak salah apa benar yang kamu pikirkan adalah merapikan apartement ku?" tanyanya pelan. Aku mengangguk. Sekarang kenapa aku yang gugup. Oh inikah tanda-tanda kegadisanku akan direnggut.

"Maafkan aku sekali lagi. Tapi jika tidak ada masalah kamu mau tidak menemaniku di sini? Aku sedang malas keluar." tanyanya pelan sambil menatap lekat. Aku cukup mengerti tatapan itu. Haus akan belaian.

Jiaaah.., Muna kaya ngerti aje lo.

Tapi tunggu, kapan lagi yah aku akan bertemu dengan dirinya? Muna hidupmu dengan coba-coba berpacaran sudah berakhir. Toh kamu tidak mempercayai cinta dan suatu hubungan. Buktinya mama dan papa kamu bercerai.

Tidak ada kata abadi dalam menjalin hubungan.

Ya..ya..tak ada yang abadi kalo kata Bang Nazriel Ilham. Abadi hanyalah milik Sang Pencipta.

Asyik Muna bahasa lo.

"Kamu kenapa ngangguk? Kenapa jadi pendiam? Kenapa jadi gugup? Dan kenapa tanganku diremas kuat? Tuh ini gara-gara kamu mulutku kalo ngomong jadi bersambung." tawanya sungguh lazis. Muna stop. Jangan ngelantur.

Eh tapi ngomong-ngomong kenapa aku jadi kaya bebek ompong gini. Mana nih tangan merambat merayap tak tahu malu ke tangan Rezky.

Muna negatif. Ckckck..

"Aku bersihkan saja yah apartement kamu. Jadi kita saling menguntungkan. Kamu puas akupun tidak merasa sia-sia." dia menatapku. Matanya masih jelas memancarkan gairah.

"Aku suka aroma kamu." dia mendekatiku. Berbisik di telinga.

Eh bulu tangan gue merinding disko ini udah campur aduk berhentakan ala AronChupa.

Muna lancarkan aksimu.

"Apa kamu bergairah? Hei aku bisa melihat itu dari matamu. Pria akan menatapku seperti itu, aku tahu ini aneh tapi apa kamu juga termasuk pria yang akan meninggalkan aku jika aku menolak?" dia diam mencerna pertanyaanku. Awalnya keningnya berkerut tapi secepat kilat ia bisa merubah ekspresinya.

Dominan sekali dirimu.

"Tenang saja aku bukan tukang memaksa. Prinsipku atas dasar persetujuan kedua belah pihak." ia merapikan rambutku.

"Kamu harum, ini shampo apa?" dia mengambil beberapa helai dan mengendus rambutku. Menghirup seolah udara baik banyak keluar dari sana.

Ibu Sita i love you.

"Rambutku emang spesial karena aku merawatnya dengan tangan tulus dan hati ikhlas. Ramuan alami herbal ini sangat bersinergi menyatu dengan tubuhku sehingga aroma alami keluar dengan sendirinya." dia melirikku dengan wajah diam. Mencerna kata-kataku mungkin.

Pusing yah? Hahaha.

"Kamu kalo bicara apa harus selalu seperti itu?" tanyanya langsung tanpa melepas pegangan di rambutku. Dia masih menikmati aroma rambutku. Mengelus pelan searah tanpa permisi, tapi aku kenapa tidak merasa risih yah.

Siapa dia?

Apa benar yang diucapkan Laura jika Rezky berbeda?

"Muna?" tanyanya sekali lagi sambil menarik pinggangku semakin merapat kepadanya.

I'm Albatrouz deh ini.. Kenapa nyanyi Muna.

Muna ayo jawab. Ini keahlianmu ditanya dan dijawab. Apa susahnya Muna?

"Apa setiap kamu menjawab harus dengan penjelasan berserta intisarinya?" tanyanya sedikit menyindir, matanya sudah terlihat jengkel denganku tetapi tatapan mata intinya seperti mau menerkam.

Gairahnya masih belum hilang ternyata. Baiklah akan aku jawab.

"Jelaslah, prinsip kaidah diterangkan menerangkan dalam kamusku harus selalu kudahulukan. Aku harus bisa mempertanggung jawabkan segala jenis pertanyaan dan jawaban yang sekiranya bisa ku jawab. Ini menandakan aku menguasai medan arah pembicaraan. Eh tapi aku bukan kaya si cowoknya Sazkia Gotik yang ngomong sok pintar tanpa tahu maksud. Aku ini lebih ke memperjelas maksud kata-kataku." dia mengangguk meneliti lebih tepatnya melongo.

"Banyak yang bilang aku lebay tetapi aku tidak merasa seperti itu. Aku hanya merasa tampil apa adanya." jawabku tanpa merubah posisi. Aku nyaman berdekatan dengan dia, kesempatan.

"Ohya..?" jawabnya seolah tak percaya. Aku kembali mengangguk.

"Kamu kuliah atau kerja?" tanyanya pelan. Ia sedikit menjauh tidak merapat kembali. Ia bahkan sedang mengibaskan pakaiannya. Entalah gerah atau apa aku tidak tahu.

"Kuliah." jawabku cepat.

Aduh kenapa aku berbohong?

"Ambil jurusan apa?" tanya sambil berdiri dan berjalan mundar-mandir. Ia terlihat gelisah.

"Jurusan apa tidak penting yang pasti berguna bagi nusa dan bangsa."

Jiaaah Muna.., bahasa lo.

"Kamu kenapa jalan di dua arah begitu sih? Kamu tahu nggak ciri-ciri orang gelisah itu yah kaya kamu. Sebenarnya tidak bagus karena jika ditahan bisa-bisa kamu terkena serangan jantung." dia berhenti dan menatapku kesal.

"Kamu bicara apa sih? Emangnya kamu tahu apa yang sedang kurasakan?" aku mengangguk. Dia pria jomblo yang tidak punya teman spesial dan melampiaskannya dengan banyak wanita. Dasar pria.

"Apa?" tanyanya melirik. Nafasnya seperti tergesa-gesa.

"Kamu sedang butuh pelampiasan bukan? Dengar predikat jomblo memang terdengar tidak enak tetapi banyak makna yang bisa kita ambil hikmahnya. Pertama kita bisa bebas melakukan apapun tanpa perduli pihak kedua marah. Kedua ikatan teman semakin bisa diperluas. Ketiga waktu senggang banyak dan kita bisa saling membuat keakraban dengan diri kita sendiri." dia mendengarkan dengan wajah bingung.

"Bisa diterangkan menerangkan yang ketiga!" pintanya pelan penuh penekanan. Hei matanya sudah berangsur membaik bara birahi itu sudah mulai memudar.

Muna lagi-lagi bahasa lo.

"Gini maksud aku, diri sendiri adalah dengan si Rezky negatif dan si Rezky positif." aku mendekatinya dan menepuk pundak kanan kirinya. Dia menepis dan mundur satu langkah.

"Jangan sentuh aku dulu." protesnya.

"Wah baru kali ini ada pria yang menolak disentuh aku. Haduh apa auraku sudah mulai memudar. Berarti mata air dibeberapa kecamatan harus aku perluas menjadi beberapa wilayah kalau perlu ke beberapa propinsi."

"Muna.." dia tiba-tiba duduk dan merebahkan kepalanya di sofa seperti sebelumnya. Kali ini dia mengacak rambutnya.

"Tahan Rezky ini hanya sesaat." dia menghembuskan nafasnya. Aku ingin sekali mengecup bibirnya. Tanpa banyak pertimbangan aku kembali di sampingnya.

"Hei ini pertama kalihya aku tidak merasa takut berdekatan dengan pria. Entahlah aku merasa kamu pria baik-baik walaupun tadi aku sempat melihat kilatan gairah tetapi aku tidak mempermasalahkan." dia melirik ku lalu menggeleng.

"Dan baru kali ini aku bertemu wanita yang mampu membuat keinginanku sirna. Aku kenyang dengan ocehan berlebihan kamu." jelasnya sedikit ketus.

Loh kenapa dia berubah.

"Wah aku merasa tersanjung. Kamu tahu ini ibarat aku berada di sarang penyamun. Aku terjebak di suatu pulau dan hanya ada kita berdua. Lambat laun kita saling jatuh cinta. Eh ralat kita hanya saling membutuhkan. Kamu tahu aku tidak percaya cinta." dia duduk tegap di depanku. Memegang tanganku.

"Kamu tidak percaya cinta?" ada rasa penasaran disuaranya. Aku mengangguk. "Cinta hanyalah bualan menggoda tetapi kenyataannya selalu membuat para korban cinta menderita. Sukur-sukur bahagia, tapi kadang aku suka iri sih liat pasangan yang saling mencinta dan diumbar begitu saja. Raisa dan Kennan Pearce mungkin salah satu contohnya. Biar kata wajahku sebelas duabelas sama Raisa tapi kagak ada Kennan yang mau sama aku, tapi tidak apa-apa. Dunia Maimunah sudah cukup menyenangkan." dia melirik jengkel sepertinya. Kenapa menatapku seperti itu? Sekarang dia berdiri menatap jendela.

"Hujan, sial." jawabnya pelan.

"Kenapa sial? Orang itu harus menyikapi semua kondisi dengan hati nerimo. Segala sesuatu memang sudah diatur. Kalau kita mengeluh kapan berhasilnya. Hadapilah semua dengan pikiran tenang niscaya semua dapat diatasi."

Gue ngoceh ape sih. Ini semua gara-gara Raisa dan Kennan.

"Kepalaku mau pecah mendengarkan penjelasan satu paragraf panjang kamu. Nanya apa jawabnya apa." dia menarikku menuju sebuah ruangan, bukan ruangan tapi sepertinya kamar.

Ah ini kamarnya mungkin.

"Tunggu sini." katanya tegas. Aku berdiri di tengah kamar. Pemandangan kamar bernuansa biru menyambut. Lalu jendela kaca besar tanpa tirai membuatku terpana. Dari sini dapat kulihat pemandangan kota Jakarta. Sepertinya sudah terjadi hujan karena kilatan cahaya di langit mulai terlihat dan saling sambut menyambut dengan turunnya air hujan.

Nah kalo hujan gini..

Aku pulangnya gimana? Mana kagak bawa payung. Inilah akibat tidak mendengarkan omongan mama. Bawa payung Muna.. Dan aku menolak, eh ujan kan.

"Muna."

Harus berapa kali Muna negatif ini mendengarkan omongan orangtua. Sekarang jadinya begini, nasi sudah menjadi bubur dan payungpun tertinggal. Apa mandi ujan-ujannan. Wah terus aku dikejar Rezky di tengah jalan. Jadi inget film Aasiqie dua.

Eh ngomong-ngomong Rezky mirip si Rahul. Dari tadi aku mau berkata itu. Nah ini dia dasar hatiku sedang berfikir keras Rezky mirip Rahul. Bulu-bulunya ituloh.

Muna ingat kelakuan.

"MUNA!!!!" teriakan Rezky jelas menggelegar di telingaku membentuk suatu intonasi dan nada volume kencang memekik gendang telinga.

"Apa sih? Kalau gendang telingaku pecah apa kamu mau menggantinya? Biasanya yang didonorkan itu ginjal bukan gendang telinga. Eh tapi sekarang ada metode baru sih untuk mengatasi kebudekan permanen. Konon katanya dari plasenta. Aku denger ini dari temanku tapi belum dicek kebenaran dan keakuratannya versi dunia Maimunah nanti kalo ada waktu biar aku cari tahu. Ini penting karena.."

Dugh. Aku belum selesai berbicara.

Dia memberikan baju dan celana panjang. Sepertinya ini miliknya. Kenapa dia memberikannya?
Memangnya aku kehujanan?

"Baru juga niatan mau mandi ujan ala-ala Arohi ama Rahul." gerutuku tanpa sadar. Emangnya dari tadi aku sadar.

Jiaaah Muna baru sadar lo.

Dia menaikkan alisnya. Wajahnya sungguh dingin. Kali ini sepertinya dia serius. Mata birahinya sudah ilang. Hore aku aman.

"Sekarang hujan dan tidak mungkin kamu pulang. Ganti baju ini, sekalian mandi lalu keramas pakai shampoku. Aku tidak mau mencium bau ataupun aroma khas darimu. Cepat sana. Tenang saja aku tidak akan berbuat macam-macam." jelasnya ketus.

"Tapi.." belum selesai aku berbicara dia mendorongku menuju kamar mandi.

"Sudah simpan mulut bawel kamu untuk di tempat lain. Jangan di sini. Kepalaku bisa pecah, benar kata temanmu kata Lebay sangat cocok kamu sandang." setelah itu dia mendorongku masuk kamar mandi.

Bumm.

Lah gimana ini masa aku disuruh mandi. Emangnya aku kenapa? Wah hari aneh terjadi padaku. Hukum alam berlaku unik padaku.

Tapi kenapa dia tidak bertanya denganku. Aku baru saja mau setuju dengan niat yang sebelumnya.

Friend with benefit.

TBC..
Minggu, 27 Desember 2015
-mounalizza-

Pusingkah kepala kalian?
Hahahah. Jangan protes karena emang begini gambaran Muna dihatiku.

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 112K 48
Ini hanyalah sepenggal kisah tentang Iris Jingga yang kembali dipertemukan dengan sahabat seumur hidupnya. Kisah yang kembali mengulik luka lama just...
47K 7.8K 19
Tetangga baru yang selalu membuat keributan berhasil membuat dorison ingin pergi dari rumah. Ketenangan nya hilang saat tetangga baru nya suka menan...
51.6K 4.4K 19
Saat selesai memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibua...
2.4M 248K 31
[Medical Content] Love is not just a word. You will know until you read this story till the end. Kisah ini bermula di Rumah Sakit Fatmawati. Antara d...