BROKEN WING

By sheislany

785K 54.2K 1.1K

Bermaksud membenahi kehidupannya yang hancur, Abigail 'Abby' Quin pergi dari kehidupan menarinya di London m... More

PROLOG
#1 The best you can do is Do It
#2 There is no Coincidental only Destiny.
#3 Another opportunity for New Hope
#4 The limit is When You Stop Trying
#5 To Recover Pain of Heart is only Another Love
#6 No pain no Gain
#7 Exercises make Perfect
#8 Night of Pleasure
#9 It's Hard to Say the Truth
#10 The Time Goes By
#11 I Can't Take My Eyes of You Even It's Hurt
#12 A Walk To Remember
# 13 The Abby's
# 14 Panic for Jealous
#15 Claimed to be Mine
#16 Nobody But You
#18 I Know You The Best
Epilog

#17 Love Is The Greatest Support

51.1K 2.5K 26
By sheislany

Biasanya pada akhir pekan, Ange bermain ditaman dengan si kembar Sarah & Mark yang semakin aktif dan sulit dikendalikan. Repot? ya. Kesal? tidak. Ange menghabiskan banyak waktu dengan mereka dan bahagia mendapati keduanya tumbuh begitu sehat dan ceria. Lalu karena hujan deras, mereka bermain di dalam rumah, di ruang anak.

Sarah tumbuh dengan rambut ikal panjang warna merah yang ceria dengan poni lucu diwajah mungilnya yang cantik. Mark tumbuh dengan lesung pipit yang mulai menonjol di pipi tembamnya, dan kian hari jadi lebih mirip Trev dibanding Ange. Kalau dipikir, sikembar memiliki tulang wajah Trev yang menawan dan elegan. Hanya warna rambutlah yang ia wariskan pada mereka. Tapi Trev malah gembira, warna rambut itu yang membuat Trev jatuh cinta pada Ange.

Sudah jam tidur siang, Ange rebah diatas tempat tidur Mark, dan diapit oleh keduanya di kanan dan kiri, bergelung nyaman di sisinya. Ange sedang membacakan buku Jack dan pohon raksasa, caranya mendongeng membuat anak-anaknya mendengar penuh antusias. Saat Ange menutup buku, Mark protes.

"Lagi mommy.."

Ange pura-pura menguap dan memasang tampang lelah,"Oh sayang, mommy lelah sekali, mommy janji akan membacakan lagi untuk kalian nanti malam ya."

"Janji Mom?" Sarah merangkak keatas tubuh Ange dan rebah didadanya. Mark merapat pada Ange dan mulai mengantuk.

"Mommy janji, sayang. Tidurlah ya, biar mommy usap punggung mu," Ange tersenyum dan mengusap punggung keduanya lembut.

Trev yang dari tadi mengamati dari ambang pintu menatap mereka tajam. Hartanya. Ya, Ange dan sikembar adalah hartanya yang terpenting. Ia beruntung memiliki isteri seperti Ange. Perhatian, penuh kasih sayang, pintar dan sabar. Ia nyaris menangis setiap melihat Ange berinteraksi dengan anak mereka. kreatif, sabar, dan ceria. Dulu Ia hampir kehilangan Ange dan mustahil memiliki anak-anak yang luar biasa itu.

Memasuki kamar, Trev duduk disamping dan mengangkat Sarah dari dada Ange untuk dipindahkan ke tempat tidurnya sendiri yang ada disamping. Sarah bergelung dipelukan Trev. Trev menatap Ange lembut dan Ange melempar senyum lembut padanya. Ange pun bergerak perlahan untuk berdiri dan menyelimuti Mark.

Trev merangkul Ange dan mereka menatap buah hati mereka dengan penuh cinta sebelum memutuskan pergi dan meninggalkan pejagaan pada Pengasuh.

"Abby dan Ken sebentar lagi tiba," Trev memberitahu.

Ange merebahkan kepalanya ke dada Trev. "Kau tahu, aku bahagia mereka akhirnya bersama, 10 th...astaga.. 7th saja aku sudah sangat menderita tanpamu."

Jika diingatkan masa dulu, memang amat menyakitkan. Trev bahkan hidup bagai biksu. Kehilangan Ange membuatnya ketakutan setengah mati. Trev menarik Ange dan menciumnya lama dan lembut di tengah koridor lantai 2. Trev suka melakukan itu pada Ange. Pelayan yang memergoki mereka hanya bisa tersenyum dan terpana melihat pasangan yang telah 3 th menikah itu masih nampak seperti pasangan yang dimabuk cinta.

"Aku mencintaimu Ange, dan kau memberiku 2 anak luar biasa. Aku tidak yakin bagaimana menampung perasaan ini lagi. Dan aku tidak tahu bagaimana Ken menahan perasaannya setelah 10th mendambakan Abby. Kau ingat saat kau tinggal bersamaku setelah kecelakaan?," Trev menimang wajah Ange di telapak tangannya.

Ange merona mengingat saat itu. Mereka bercinta gila-gilaan, tidak ingat waktu dan sekeliling. Rakus antara satu dengan yang lain. "Abby pasti kualahan," Ange tertawa. "Sepertinya kalian laki-laki punya stamina berbeda setelah dipingit begitu lama."

Tawa Trev lepas tak terkendali. Ia merangkul Ange erat. Kesenangan memiliki Ange, ia memiliki humor yang gila. Ange memperingatkan Trev jangan berisik, anak-anak sedang tidur. Trev pun menarik Ange untuk turun dengan tawa tertahan.

Ange menyiapkan makan siang dan menata buah-buahan di atas piring buah. Trev memeluk pinggang Ange dari belakang. Ange nampak menggiurkan dengan celana tenun longgar putih dan blus kalong dengan kerah bulat lebar motif daun maple pada musim gugur yang menampakkan sebelah bahunya mulus indah. Cincin pernikahan emas polosnya melingkar didamping cincin pertunangannya yang bermata jambrut berbentuk bulat. Rambut merahnya yang panjang tergerai bebas di punggungnya. Jika dirumah, Ange menanggalkan semua gaya formal elegannya dan kembali menjadi gaya bohonya yang santai.

"Apa makan siang kita?" tanya Trev, bibirnya mengecup leher dan pundak Ange, meletakkan dagunya di lengkungan bahu Ange yang lembut.

Ange tertawa dan menyandarkan tubuhnya ke tubuh kokoh Trev. "Sup ikan, Salad udang, steak sapi jamur, buah...banyak... aku berniat membuat dua penari bodoh itu jadi gendut." seloroh Ange.

Trev terrtawa, "masalahnya Ken akan tetap mencintai Abby walau gadis itu gendut, seperti aku, sangat suka tubuhmu yang lebih berisi dibanding dulu." Ken menangkup buah dada Ange sebagai obyek kesukaannya.

Ange menoleh dan mendengus, "Hah pembohong, kemarin kau mengeluh saat menggendongku, pinggangmu sakit."

"Sayang, itu pinggangku yang mengeluh, tapi bukan hatiku. Hatiku memujamu apapun bentukmu, sungguh." Trev susah payah menahan tawa melihat lirikan tajam Ange yang terkenal itu. Ia meremas dada Ange penuh hasrat menunjukkan hasratnya yang tidak pernah padam pada Ange.

Ange tertawa dan menangkup tangan Trev yang ada didadanya. Tangannya yang bebas meraih anggur dan menyuapkannya untuk Trev. Trev menahan jemari Ange untuk ia kulum di dalam mulutnya. Ange terkesiap dan menengadah untuk meminta ciuman dari Trev. Trev langsung menunduk, mencium Ange lembut penuh hasrat.

"Sial, apa kita punya waktu sebelum mereka datang?" Trev mengusap hidungnya di leher dan rambut Ange.

"Trev, kita tidak pernah bisa sebentar melakukannya. Terakhir kita melakukannya kita hampir terpergok pelayan di ruangn penyimpanan perlengkapan kamar di hotel." Ange terkikik. Trev mengerangkan suaranya sambil menarik Ange erat ke tubuhnya, ke bukti gairahnya. Ange tertawa terbahak dan mendorong Trev jauh-jauh, tapi Trev tidak mau melepas Ange dan menarik isterinya kuat-kuat menghadapnya kemudian menciumnya lama, dalam, menyeluruh.

Abby dan Ken tiba dan dipersilahkan masuk menuju ruangan paling belakang rumah indah itu, dimana ruang makan diletakkan di beranda belakang, tepat menuju taman belakang, kolam renang, dan pemandangan laut. Dan menyaksikan bagaimana pasangan itu berpelukan dan berciuman. Dilatar belakangi pemandangan menawan, juga hasrat yang tidak bisa disembunyikan sama sekali.

Harusnya Abby dan Ken jengah seperti pelayan yang mengantarkan mereka. Tapi mereka juga merasakan cinta yang sedalam itu pada pasangan mereka. Melihat Trev dan Abby hanya bisa mengulas senyum. Abby akhirnya berdehem kuat-kuat.

Trev dan Ange menoleh. Ange tersipu malu, Trev merasa bangga. Ini isterinya yang menakjubkan, wanitanya, miliknya. Trev menyeringai.

"Apa kami perlu datang lain waktu?," tanya Abby jahil.

"Ya ya pulang saja, aku mau ke atas dan bercinta dengan isteriku!" sahut Trev dengan seringai makin lebar.

Ange memukul lengan Trev dengan tawa yang berderai, "Hush jangan konyol," Ange menjauh dari Trev dan mengembangkan pelukannya pada Abby, memeluk sahabatnya erat-erat. "Ya ampun, aku rindu pada kalian." Ange pun memeluk Ken dan tersenyum menatap mereka dengan mata hijaunya yang cerdas.

"Hallo sepupu, apa kabarmu?," tanya Trev sambil memeluk Abby erat dan hangat.

"Baik, kau terlihat luar biasa Trev," Abby menatap Trev sayang.

"Ange dan si kembar membuatku bahagia" Trev melirik Ange yang sedang dipeluk Ken.

"Ahhh, ayo duduk, kita makan siang dulu, aku sudah sangat lapar," Ajak Ange sambil menepuk lengan Ken.

Beranda itu luas dengan tiang-tiang penyangga dan pagar batu setinggi setengah meter yang berjejer di pinggir. Ada tirai putih di tarik keatas. Jadi saat makan malam formal, tirai itu bisa diturunkan. Sangat berbaur dengan alam dan segar. Abby menyukai penataan itu.

"Aku suka ruang makan ini, ide siapa?" tanya Abby takjub.

"Ange, katanya ia ingin ruang makan spt yang ada di ascott house di NY, karena kami tidak mau menambah bangunan baru, jadi inilah jadinya." Trev tersenyum.

"Dan aku bisa mengawasi anak-anak bermain di taman." Ange tersenyum juga.

"Oh ya dimana sikembar?" tanya Abby celingak celinguk.

"Tidur, nanti juga kalian bertemu." Ange menenangkan dan mengisyaratkan untuk makan.

Mereka makan dengan santai. Ange menyiapkan makanan yang lezat hingga rasanya perut Abby terasa terlalu penuh.

Saat mereka selesai makan, Trev mengajak mereka duduk di ruang keluarga.

"Jadi, kalian akhirnya bersama," Ange mengamati Ken dan Abby.

"Yah... setelah 10th..." Ken tersenyum sambil menatap Abby lembut. Jemari mereka terkait erat. Mereka memang tidak memperlihatkan kemesraan yang Trev perlihatkan bersama Ange. Tapi tatapan mereka yang terikat satu dengan yang lain jelas tidak menyediakan tempat untuk orang lain diantara mereka. Tatapan Abby dan Ken terlalu intim, terlalu pribadi.

"Bagus sekali, lalu bagaimana rencana kalian selanjutnya?!," desak Ange penuh intimidasi.

"Whoaaa sayang, jangan mendesak mereka...." Trev menarik Ange yang terlalu bersemangat soal Abby dan Ken

"Aku? mendesak? siapa ya yang minta cepat menikah setelah 7th berpisah? Kau bahkan hanya memberi waktu 1 bulan!" Ange menusuk dada Trev dengan sombong. Trev menutup mulut Ange supaya tidak terlalu banyak bicara, membiarkan Ange yang melotot kesal padanya.

Abby tertkikik melihat pasangan itu. Trevor Ascott, direktur utama Ascott grup yang terkenal dengan sepak terjang tanpa ampunnya, hanya bertekuk lutut pasrah pada isterinya. Ken sendiri berusaha menahan tawanya.

"Aku hanya berharap kalian bahagia," Kata Ange setelah berhasil lepas dari bekapan suaminya. "Sungguh, menahan perasaan selama 10th sungguh menyakitkan bukan? kami menderita selama 7th karena kebodohan kami, aku ...."

"Kami akan menikah Ange, 3 bulan dari sekarang." Ken tersenyum tenang setelah memotong perkataan Ange.

Ange dan Trev terpaku sesaat, lalu menghambur pada mereka, memeluk dan memberi selamat. Ange menangis karena kabar itu begitu melegakan.

"Lalu, pernikahan akan kalian lakukan dimana?" tanya Ange penuh semangat.

"Dimana saja, yang pasti sebuah bukit, dengan penuh bunga, hanya keluarga, teman dekat dan relasi yang sangat dekat. Iya kan sayang?," Ken menoleh pada Abby. Abby mengangguk dengan wajah cerah.

"Seharusnya kau melihat resepsi Ange dan Trev, indah dan special" Abby menengadah pada Ken untuk memberitahu. Ken menunduk dan menatap Abby dengan sorot menyesal karena tidak datang pada waktu itu.

"Aku lihat fotonya, ya indah sekali." Ken mengangguk kemudian menatap Ange.

"Bagaimana dengan persiapannya? Apa kau sudah memberitahu orangtua Abby? Bagaimana dengan bibi Marie?" Ange langsung bergerak cepat.

"Belum .... hari ini kami akan menelepon ke inggris. Tapi aku juga mau bertemu Mr. dan Mrs. Ascott, bagaimanapun dulu Abby dibawah pengawasan orangtuamu Trev." Ken menatap Trev.

"Ayah dan ibuku lusa akan tiba di La, kau beruntung. Mereka sudah tidak sabar ingin bertemu si kembar." Trev menyeringai pada Ken.

"Kalau begitu apa yang bisa aku bantu dengan pernikahan kalian?," Ange terlihat sangat bersemangat.

"Ange, kau sudah sangat sibuk ..."

"Nonsens. Waktu aku kecelakaan kau meninggalkan pertunjukan The Abby's demi aku. Waktu aku menikah, kau juga meninggalkan persiapan audisi the Abby's demi aku. Sekarang aku memaksa untuk membantumu." Ange menatap Abby sungguh-sungguh.

Abby membalas tatapan Ange dengan airmata menggenang. Ia hanya mengangguk dengan senyum diwajah.

Mereka berbincang seru hingga pada waktu si kembar turun diantar pengasuh mereka. Mereka langsung menghambur pada Trev dan Ange. Lalu mata biru ungu mereka menatap Abby dan Ken.

"Ayo salam paman Ken dan bibi Abby sayang," perintah Ange lembut. Sarah dan Mark turun dan mendekat dengan ekspresi penasaran.

Abby langsung berjongkok dan menerima uluran tangan kecil yang lembut dan rapuh itu. Mereka menatapnya, lalu mengulurkan tangannya menyentuh hidung Abby. Abby tertawa dan mengeluarkan sebuah mainan mobil miniatur ferrary merah. Mark berbinar senang menerimanya dan langsung memeluk Abby. Sarah menoleh pada Mark dengan penasaran lalu pada Abby. Abby pun mengeluarkan sebuah boneka babi pink yang amat Sarah sukai. Sarah pun memekik senang dan menerima hadiah itu dengan balasan kecupan di bibir Abby. "Terima kasih bibi Abby," ucap mereka bersamaan. Mark langsung memanjat untuk dipangku Abby sementara Sarah kembali pada orang tuanya. ia di pangku oleh Trev.

Ken menatap Abby dengan anak-anak dipangkuannya. Nampak memukau dn menakjubkan. Ia membayangkan anak-anak mereka dimasa datang. Abby seakan bisa merasakan keinginan Ken. Ia hanya melempar senyum lembut pada Ken. Ya... mereka telah bercinta tanpa pengaman, Abby bisa saja sudah mengandung anak mereka.

Kemudian mereka menghubungi orang tua Abby di Inggris pada malam sebelum pulang ddari rmh Trev. Gwen Quin menangis mendengarnya dan mengucapkan selamat. Peter Quin terdiam lama, dan hanya mengatakan, "buatlah putriku bahagia, ia ... lebih dari pantas mendapatkannya."

"Mr. Quin, hanya Abby yang juga membuatku bahagia."

Hening yang lama....

"Tolong jaga putriku."

"Ya sir."

Ken mendapat restu. Tidak terkejut saat Ken ingin melakukan pernikahan secepatnya. Minggu depan mereka akan datang untuk persiapan pernikahan.

"Kelihatannya lancar," Ange memeluk Abby lembut.

"Ayah terdengar syok." gumam Abby.

"Ayah mana yang tidak?. Ayahku dulu sampai mengancam Trev. Dan sekarang Trev sudah menyiapkn pistol jika ada pria yang berani dekat-dekat dengan Sarah." Ange melirik Trev yang mendekap Sarah tertidur di dekapannya. Trev mengamati Sarah dengan ketelitian penuh cinta. dan mendengar seloroh isterinya. Lengannya makin erat memeluk putrinya.

"Putriku terlalu berharga untuk kuberikan pada para pria bajingan diluar sana," gerutu Trev dengan sangat posesif.

Abby dan Ange hanya bisa terkikik melihat reaksi Trev. Trev telah berubah menjadi ayah galak dan super posesif. Semoga Sarah tidak stress karena perhatian berlebih itu.

************

Abby dan Ken tidak banyak memberitahu orang-orang soal rencana pernikahan mereka. Bahkan pada pihak SP dan the dancers. Mereka hanya tahu bahwa keduanya telah mulai berpacaran. Bahkan banyak yang tidak menyadari mereka berpacaran karena sikap mereka saat ada orang lain tetap biasa saja. Hanya tatapan memuja yang saling mereka lontarkan.

Latihan berkembang pesat setelah sebulan latihan dengan intensitas tinggi. Ken sering keluar untuk mengurus banyak hal. Bahkan kadang hingga larut malam. Abby suka menunggunya pulang, ia tidak bisa tidur kalau Ken belum pulang. Karena tahu Abby menunggunya, Ken selalu ingin segera pulang pada Abby.

Sabtu berikutnya, pertemuan di rumah Trev dengan orang tua Abby dan orang tua Ken. Alan menepuk bahu Ken dengan bangga, "dulu seorang bartender, sekarang bintang dan produser terkenal. Hebat"

Ken tersenyum tipis dan mengangguk dengan ungkapan terima kasih. Setelah melihat bagaimana Ken memperlakakukan Abby, Ken mendapat restu.

"Dari dulu, putriku ini tidak suka menonjolkan diri. Kemampuannya sudah membuat dirinyanya sendiri menonjol. Ku lihat kau melindunginya dengan sangat baik." Peter menatap Ken tajam. Ken membalas tatapan Peter teguh.

Marie, bibi Ken langsung mendesah lega akhirnya Ken menikahi Abby. "Syukurlah ada yang waras disini," erang Marie. Ken tersipu, Abby tertawa. Dan rencana pernikahanpun berjalan oleh Gwen, Rebecca, Ange dan Marie. Abby hanya tinggal memilih apa yang ia suka dan menjalaninya. Abby bersyukur karena deadline pekerjaannya juga sudah mepet. Untung staffnya juga sangat kompeten.

Abby memberitahu Amanda soal rencana pernikahannya saat Amanda sedang ada pemotretan di New Zeland, kakaknya menjerit bahagia dan merepet dalam bahasa Perancis. Mengatakan ia akan kembali besok ke LA.

"Setahuku, Amy masih terikat kontrak hingga akhir bulan" Abby menoleh pada Ken dengan cemas.

"Dia bisa ijin. Tapi seharusnya tidak perlu, kau kan hanya memberitahunya." Ken merasa bingung juga dengan tindakan Amy. Mereka baru selesai makan malam dan sedang bersantai di kamar karena di luar hujan lebat. Mereka tidak bisa kemana-mana. Jadi Ken memutuskan membaca beberapa berkas sementara Abby sedang menghubungi Amanda.

"Mungkin ia tidak percaya kau memilihku." Abby menatap Ken yang sedang menunduk serius pada berkas ditangannya.

Tapi saat mendengar kata-katanya, Ken langsung menoleh cepat padanya. Ken langsung meraih jemari Abby dan mencium telapaknya. "Aku tetap memikirkanmu walau sedang bersamanya. Dan ia tahu, aku mencintaimu. Amanda sudah tahu itu sejak lama."

Abby mendesah dan tersenyum. Ia pun bergerak mendekat pada Ken dan mencium pria itu. Ken selalu lepas kendali setiap mereka berciuman. Ia mencium Abby seakan tidak ada hari esok. Dan pasti berakhir dengan bercinta. Ken menarik Abby kuat dan merebahkannya ke atas pembaringan.

Jelas Abby selalu terkejut mendapati Ken bergairah terhadapnya. Terbit dengan cepat dan dahsyat. Seakan Ken selalu lapar akan dirinya. Abby tidak pernah menolak Ken, entah bagaimana Ken seakan tahu jika Abby sedang terlalu lelah. Ken hanya memeluknya, sambil berbisik kalau ia mencintai Abby.

Kedatangan Amanda ke rumah karantarina membuat heboh. Amanda salah seorang bintang asal Eropa yang terkenal di Amerika. Sangat mengagumkan dan mempesona. Amanda memang selalu begitu. Kenyataan bahwa Amanda adalah kakak Abby sangat mengejutkan. Terlebih ketidak miripan yang sangat menonjol kecuali mata biru ungunya.

Amy langsung memeluk Abby saat ia muncul dari balik pintu. Abby pun memeluk Amy erat. Mereka sudah setahun tidak bertemu. Amy yang seorang brand ambasador sebuah kosmetik kelas internasional sibuk keliling dunia untuk promosi dan melakukan comminity development dari perusahaan kosmetik tersebut.

"Astaga aku rindu sekali padamu tahu!" Amy menangis. Saat tidak syuting Amy jarang mengenakan make up. Tanpa itu, ia tetap mempesona dengan kecantikannya yang alami. Bahkan pakaianya hanya jeans dan kemeja press body putih.

Abby memeluk Amy erat sambil memejamkan mata ingin merasakan aroma dan hangat tubuh Amy. "Aku juga merindukanmu"

Ken yang menyusul di belakang Abby, menyaksikan kakak beradik itu dengan senyum hangat. Ia sudah tahu sejak dulu Amy sangat sayang pada Abby. Jika kebetulan Ken sedang menemani Amy berbelanja, Amy pasti membelikan sesuatu yang pasti Abby sukai.

"Hai Amanda!" tegur Ken ramah.

Amy menoleh pada Ken dan tersenyum lebar. "Ah kau ini memang luar biasa ya, beruntung sekali kau mendapatkan adikku tahu." Amy mengulurkan lengannya dan memeluk Ken.

"Ya aku memang beruntung." Ken menatap Abby lembut dari atas kepala Amy.

"Ibu, bibi dan Ange mengatakan pernikahanmu 3 bulan lagi, kau tidak dalam keadaan terpaksa kan?," tanya Amy ceplas ceplos membuat wajah Abby merah karena malu. Amy memang ceplas ceplos.

"Amyyy, itu sangat ..."

"Tidak." Ken dengan cepat menolong Abby dari pertanyaan sang kakak yang apa adanya itu. Ia mendapat tatapan tak percaya dari Amanda. "Aku hanya sudah tidak tahan jauh dari Abby. Proyek ini selesai, aku tidak mau kehilangan Abby lagi."

Amy pun terlihat tenang dan mengangguk. "Aku tadi langsung dari bandara, kalian hari ini mau ke tempat Trev dan Ange kan?

"Iya, kau menginap disana?" Abby memperhatikan Amy yang terlihat lelah.

"Tidak," Amy menggeleng. "Aku tidak mau merepotkan Ange. Aku di hotel saja. Aku akan kembali ke hotel sebentar baru nanti siang aku bergabung ya." Amy mendesah lelah.

"Jangan menyetir kalau lelah Amy. Biar kami mengantarmu ke hotel ya." bujuk Abby lembut.

"Tidak apa, aku ada supir." Amy tersenyum dan memeluk Abby. "Aku hanya sangat merindukanmu makanya aku langsung kesini."

"Hati-hati Amy." Abby mengantarkan Amy keluar.

"Sampai nanti ya." Amy melambai masuk ke dalam Aston Martin peraknya yang indah.

Mereka melambai pada Amy. "Aku akan minta Rohan ke tempat Trev saja untuk diskusi." gumam Ken sambil menatap jauh ke mobil Amy.

"Kapan itu?!," tanya Abby.

Lengan Ken melingkari Abby dan mengajak Abby kembali ke kamar mereka untuk bersiap-siap.

"Sore. Makan malam bersama kita dan keluarga saja. Oh iyaa Abby, karena Ange sudah mengurus dokumen untuk pernikahan kita, berita pernikahan kita sebentar lagi akan terekspos oleh media. Wartawan akan heboh dan mungkin akan keluar banyak laporan berita. Aku berharap kau tetap percaya pdku." Ken menunduk menatap Abby, memohon.

"Kenapa begitu?" Abby tidak mengerti.

Ken menarik nafas cemas. Ia menggenggam jemari Abby erat. "Karena beberapa tahun ini Amy yang paling sering disorot. Media akan sangat penasaran kenapa aku ternyata menikahimu. Kemudian mereka akan membuat list perempuan-perempuan yang pernah dekat denganku. Mereka akan bertanya mengapa dan menekan walau kita sudah menjawab jujur. Aku tidak mau kau merasa kesal dengan itu semua."

Tatapan mereka terkunci dalam kehebohan yang akan terjadi. Mereka baru 2 minggu jadi sepasang kekasih. Di web media foto-foto Ken sedang bersamanya tersebar. Judulnya, "Kendrick Xavier dan pacar barunya yang tidak biasa". mengomentari sosok misterius Abby yang sulit ditemui. Para staff SP, the dancers hanya berkomentar tidak tahu jika diwawancara. Tapi pasti akan ada yang memberitahu pada saatnya nanti.

"Mungkin aku akan kesal. Tapi biar saja. Aku bisa mengatasinya." Abby mengulurkan tangan dan membelai rahang Ken yang kasar. "Selama ada kau disisiku."

Ken menatap Abby nanar. Ia menangkup wajah Abby di jemarinya, dan mencium Abby dengan penuh hasrat menggebu. Berbisik diantara kecupannya yang penuh gelora. "Aku cinta padamu."

Hari itu Abby mengepas gaun pengantinnya, dan Ken mengepas jasnya di kamar lain. Rumah Trev jadi tempat berkumpul untuk persiapan pada waktu sabtu minggu. Menyiapkan katering, undangan dll. Karena Ange dan Gwen sangat tahu selera Abby, jadi mereka sudah menyiapkan beberapa pilihan untuk Abby. Rebecca mengakui, ini persiapan pernikahan paling mudah yang pernah ia siapkan. Abby memang tidak rewel dan memberi patokan yang sangat jelas.

Pada saat sebelum makan siang, Amanda tiba dengan kondisi lebih segar. Ia sangat senang orang tua mreka akan tetap di LA hingga pernikahan tiba. Amy yang lebih sering menetap di Amerika jadi jarang bertemu orang tua mereka. Bagaimanapun, orang tua mereka memang dekat dengan Amanda dan Abby. Terutama Peter yang dekat dengan Amy. Amy yang ternyata sering berkunjung ke rumah Trev sangat dekat dengan si kembar.

"Kukira, Amy yang akan menikah lebih dulu" Rebecca mengamati menantu dan para keponakannya bermin dengan cucunya di halaman belakang setelah makan siang.

Gwen yang mendengarnya hanya bisa meringis. "Aku juga berpikir begitu. Tapi kenapa dianatara kita tidak ada yang berpikir Ken akan menikah dengan Amy?"

"Tidak .... dari dulu Ken hanya menatap Abby." Rebecca melihat Ken menatap Abby dengan intensitas kuat.

"Rebecca, aku harus mengatakan ini secara langsung." Gwen masih menatap ke arah anak-anaknya dan calon menantunya. Ia dapat merasakan Rebecca menoleh padanya. "Terima kasih.... pada saat kondisi Abby yang paling sulit dalam hidupnya, kau memberinya kasih sayang dan pendampingan." Gwen menatap Rebecca dengan mata berkaca.

Rebecca tersenyum dan merangkul Gwen lembut. "Abby anak yang kuat. Kau juga ibu yang hebat. Dan ia adalah putri kita yang luar biasa."

Abby dan Amanda sedang ngobrol berdua sementara Ange ke atas untuk menidurkan si kembar. Trev dan Ken asyik mengobrol serius di sudut lain sambil minum kopi. Mereka berdua tidak merokok. Sesekali Ken melirik Abby jika Abby bergerak atau tertawa. Ia menatap sedikit lebih lama lalu kembali pada Trev.

"Astaga Ken itu memang tampan dan seksi. Ia bahkan tersenyum padamu!!!." Amanda menggeleng penuh kebingungan. "Padahal sepertinya ia tidak pernah tersenyum!"

Abby tersenyum lebar. "Ia tersenyum kok."

"Hanya padamu," dengus Amy. "Ia baik dan perhatian tapi karena sikapnya dingin dan tanpa ekspresi, aku kadang tidak sadar kalau ia bermaksud seperti itu," Amy menatap Abby dengan lembut. "sikapnya itu, sepertinya hanya kau yang paham"

"Entahlah, aku menerimanya ya sudah dari dulu begitu. Tapi aku tahu ia lebih dari apa yang ia munculkan." Abby mengangkat bahu. "Memangnya saat syuting, di tidak pernah ngobrol dengan yang lain?"

"Sedikit. Ia berubah hanya saat sutradara bilang "action!". Setelah "cut" ekspresinya datar lagi. Bicaranya irit, tapi kalau sudah bicara isinya tajam dan sinis. Sungguh, aku saja pusing menghadapi karakternya," Amanda memberi penjelasan.

"Dia hanya orang yang apa adanya." Jawab Abby penuh cinta. "Hanya bersamanya aku merasa amat sangat aman."

Terpana, Amanda mendapati adiknya jatuh cinta tanpa syarat pada Ken. Menerima seluruh sifat, sikap, karakter dan segala apa yang Ken miliki. Kenyataan bahwa Ken bersikap berbeda hanya pada Abby membuktikan bahwa Abby sangat spesial bagi Ken. Satu-satunya paling spesial.

"Dan hanya padamu ia memberikan segalanya." Amy tersenyum tipis. Dadanya terasa sakit. Ia iri, Abby mendapatkan cinta sejatinya. Ia terlalu sering bertemu pria yang hanya menyukai penampilan fisiknya dan bukan apa yang ia butuhkan. Saat ini ia hanya memikirkan satu orang, tapi nampaknya orang itu tidak akan pernah memikirkannya.

"Ada apa Amy?" Abby mendapati Amanda terlihat sedih.

"tidak apa-apa. Hanya berpikir, kau sangat beruntung memiliki laki-laki yang sangat mencintaimu." Amy menepuk pipi Abby.

"Amy ... ada apa?"

"Tidak ... aku hanya merasa melankolis."

Amanda mungkin memang memiliki segala yang diinginkan seorang perempuan. Cantik, tubuh indah, karir cemrlang dan bakat yang luar biasa. Tapi sepertinya ia kesulitan mendapat pria yang benar-benar mencintainya, apa adanya. Seperti Ken yang mencintai Abby dengan rasa protektif tinggi, Trev yang memuja Ange seakan ia adalah ratu dunia, seperti paman Alan yang mencintai bibi Rebecca dengan penuh kehangatan, atau seperti orang tuanya yang saling mencintai dengan selalu saling mendukung. Seseorang yang mencintainya dengan sangat tulus.

"Aku sedih kita akan sangat jarang bertemu." Amanda memeluk Abby erat. Ia teringat Abby kecil yang susah payah belajar ballet. Amanda mengajarinya dengan sabar dan telaten. Beda usia mereka hanya 2 th, tapi Amanda menjaga Abby kecil yang selalu terlihat ringkih. Amanda dan Abby sering berbagi soal mimpi mereka. Amanda tahu kesedihan Abby yang berjuang keras memuaskan ayah mereka, Amanda disana untuk mendukung Abby, membantunya berlatih. Saat usaha Abby membuahkan hasil, Amanda yang paling senang. Si anak bebek berubah menjadi angsa.

"Amy, kau adalah kakak terhebat di dunia. Walau aku cemburu padamu karena dekat dengan Ken, kupikir, tidak apa-apa, karena pria yang kucintai bersama dengan orang yang paling kusayangi. Jika perempuan itu kau, aku tidak apa-apa" Abby menatap Amanda dengan sangat serius.

"Abby ... " Amanda pun akhirnya menangis. Terharu dengan rasa cinta Abby pada dirinya dan Ken. Ia menangkup wajah Abby dan tertawa bersama. "Astaga, untung itu tak terjadi. Bisa-bisa kau makin menjauh dari keluarga."

"Hei, kalian sedang apa?, kenapa kalian menangis?" Ken mendekat dan lebih mencemaskan Abby dibanding Amanda. Ia duduk disamping Abby dan mengusap air matanya dengan tatapan posesif. Sikap Ken pada Abby membuat Amanda semakin terharu. Begitu lembut, penuh perhatian, dan sangat protektif. Abby juga langsung tercurah pada Ken. Seakan mereka saling tertarik satu dengan yang lain seperti magnet.

"Tidak apa-apa, hanya mengenang masa lalu." Abby menengadah dan tersenyum pada Ken. Membiarkan Ken mengusap air matanya lembut dan memandangnya tajam.

"Jangan terlalu banyak menangis, nanti kepalamu sakit seperti dulu." Ken mengusap pelipis Abby lembut.

"Tidak apa, aku baik-baik saja kok."

Ken sudah akan membantah, tapi seorang pelayan datang dan mengatakan ada tamu untuknya. Ken mengucapkan terima kasih dan berjalan keluar dengan cepat.

"Astaga, apa dia selalu seprotektif itu?" tanya Amanda tak percaya.

"Yah mungkin saat kami kenal ia tahu aku terlalu banyak, ia selalu ada disisiku saat aku berjuang untuk kembali menari. Ia sudah melihatku dalam kondisi terburukku. Kau ingat aku sangat ngotot untuk melakukan sesuatu hingga bisa terwujud? Ia sudah melihatku lebih buruk lagi." Abby mendesah. "Dari dulu, ia memang selalu menjagaku."

Amanda berdecak kagum. Lalu Abby mengalihkan pembicaraan soal pernikahannya yang akan dilaksanakan di sebuah kapel di bukit kawasan California. Tamu yang diundang hanya 200 org.

"Amy, bagaimana pekerjaanmu? apa benar tak apa-apa kau pergi begitu saja?"

"Aku tidak pergi begitu saja. Pekejaanku selesai lebih cepat. Dan aku sedang melancong waktu kau telepon aku." Amanda menenangkan.

"Apa pekerjaanmu baik-baik saja?" Abby khawatir. Amanda tidak seperti biasanya.

"Oh kurasa dengan usiaku sekarang, aku baik-baik saja. Masih menjadi seorang brand ambasador, masih syuting. Aku rasa oke," jawab Amanda santai.

"Apa ... belum ada pria yang membuatmu jatuh cinta?," tanya Abby hati-hati.

Amanda mendesah, ia menatap pantai dengan lelah. "Aku ... tidak seberuntung dirimu dan Ken. Mungkin belum beruntung."

"Abby, lihat siapa yang datang!" Ken memanggil dari ambang pintu.

Amanda dan Abby menoleh. Abby langsung menyambut gembira, Amanda terlihat terbelalak kaget.

"Hai Rohan, lama tak bertemu, apa kabar?" Abby menyambut hangat sambil berdiri dan mengulurkan tangannya.

Rohan yang tadi menatap Amanda langsung buru-buru menyambut jemari Abby dan mengecupnya sopan. "Calon pengantin yang sangat cantik, apa kabarmu Abby, apa playboy dingin ini membuatmu bahagia?. Jika dia membuatmu menangis lagi, aku dengan senang hati mengusap air matamu"

Abby tersipu di rayu seperti itu. Ken buru-buru memisahkan Abby dari rayuan Rohan. "Okeeey, hentikan Rohan, sudah kubilang jangan dekat-dekat Abby. Kau ini, semua perempuan kau rayu." Ken mendengus sebal.

Ronan menyeringai dan melirik Amanda yang memalingkan tubuhnya untuk memandangi laut sambil menyesap limun dingin dengan santai. Lirikan itu tidak luput dari pandangan Abby.

"Ayo, Kakakku baru pulang hari ini, mari ku kenalkan." Abby mengajak Rohan ke arah Amanda. "Amy!" Panggil Abby.

Amanda menoleh dan langsung menatap Rohan. Tatapannya tiba-tiba dingin. Abby langsung tahu, mereka sudah kenal.

"Amanda Quinn tentu saja, siapa yang tidak mengenalnya?, " seloroh Rohan dengan sinis.

"Rohan." Amanda mengangguk singkat lalu berdecak tidak kalah sinis. "Masih jadi perayu ulung. Tidak berubah"

Abby ternganga melihat Amanda yang sinis. Amanda kakaknya yang manis dan baik hati tidak pernah sinis!!!. dengan panik ia melirik Ken yang juga nampak terkejut dengan reaksi keduanya.

Selama Ken mengenal Rohan, pria itu tidak pernah kasar atau bersikap tidak sopan. Ia tipikal pria yang menghormati wanita, wanita yang seperti apapun itu. Tapi pada Amanda ... kenapa?

"Kalian ... sudah saling kenal?" tanya Abby penasaran.

Amanda menoleh pada Abby dan mengangguk. "Aku akan ke kamar si kembar siapa tahu Ange butuh bantuan. Permisi" Amanda pergi dengan luwes sambil menenggak minumannya dengan cepat.

Rohan mendesah tajam dan melirik Abby dan Ken yang nampak bingung juga syok. "Maaf, kami punya pengalaman buruk. Kalau kau mau membatalkan meeting kita ..."

"Tidak, tidak ... hanya saja kau dan Amanda yang kukenal sangat berbeda ... Ayo kita meeting, Trev sudah menunggu di ruang kerjanya." Ken menepuk bahu Ronan.

Lalu mengecup bibir Abby singkat namun kuat, "aku meeting sebentar ya sayang," Ken menatap Abby sambil mengirim pesan, coba bicara pada Amanda. Abby mengangguk dan membalas ciuman Ken lembut. Abby menyusul Amanda, Ken menuntun Rohan ke ruang kerja Trev.

Hari itu mereka pulang ke apartemen Ken. Abby sudah membawa baju ganti untuk persediaan. Saat Abby berendam di kamar mandi, Ken masuk dengan tubuh telanjang dan ikut begabung dengan Abby. Abby menawarkan untuk menggosok punggung dan mencuci rambut Ken. Tentu saja Ken senang. Karena tubuh Ken tinggi, Abby terpaksa duduk di pinggir bathtub.

"Jadi Amanda juga tidak cerita apa-apa padamu?" Suara Ken berat dengan nada malas dan nyaman karena duduk bersandar diantara kaki Abby. Dari dalam, ia membelai betis Abby.

"Tidak." Abby menggosok punggung Ken kuat tapi lambat. Ia mengaggumi punggung Ken yang lebar, kuat dan kokoh. "Ia cuma bilang, ia memang tidak cocok dengan Rohan. Memangnya Rohan juga tidak bicara apapun dengan mu?"

"Rohan cuma bilang, kesalah pahaman masa lalu. Setelah itu, dia tidak mau bicara." Ken memejamkan mata menikmati cara Abby menggosok punggungnya.

"Amy tidak pernah sesinis itu."

"Begitu pula Rohan. Dia itu sangat ramah kalau dengan perempuan."

"Aku tahu, temanmu itu memang suka menggoda tapi tapi sangat sopan." Abby berhenti menggosok punggun Ken.

"Mmmh, jangan berhenti." protes Ken.

Abby melanjutkan lagi sambil nyengir. "Jadi, tadi membicarakan apa saat meeting?"

"Trev mengusulkan agar aku membeli saham The Abby's dan Kau membeli saham rumah produksi Bold milikku dan Rohan."

"Kenapa begitu?"Abby tidak mengerti.

"Karena dengan demikian pekerjaan tidak akan memisahkan kita. Kau memiliki apa yang kukerjakan, begitu pula aku. Rohan juga tertarik menanam modal di the Abby's sebagai pribadi." Ken menoleh ke belakang dan menatap Abby.

Abby terharu, ia memeluk Ken dari belakang dan mencium Ken. "Aku beruntung mencintaimu" bisik Abby lembut.

Dengan sigap Ken menarik Abby untuk duduk dipangkuannya dan menciumnya penuh hasrat. Abby langsung pening dengan sikap Ken yang dipenuhi gairah. Terlebih saat Ken mengangkat pinggul Abby dan menyatukan tubuh mereka dengan cepat.

Ken mendekap Abby dan meremas pinggulnya. Abby masih tersengat dengan sensasi yang menyambarnya. Ken menatap Abby yang membuatnya terasa begitu jantan dan perkasa. Jemarinya membelai dada dan perut Abby lembut. Abby pun mulai bergerak, pelan, hati-hati, dan penuh kenikmatan. Ken membiarkan Abby menguasainya. Ia sangat menikmati ekspresi penuh gairah Abby. Ia suka bercinta dengan Abby. Tubuhnya seakan dialiri rasa panas dan listrik menyengat setiap mereka bersentuhan dan bercinta. Cinta. Hal itu memang membuat perbedaan besar saat bercinta dengan orang yang sangat ia cintai. Saat bercinta seakan selalu penuh dengan momen spesial. Karena Ia mencintai wanita yang penuh gairah ini.


Continue Reading

You'll Also Like

5.2K 575 34
"Gue akan buka hati kalo semesta bisa nunjukkin ada cowok yang visualnya nyerempet Kamisato Ayato!" Dan hujan malam itu mendengar permintaan absurd...
19.9K 1.8K 8
Aletha menikah dan hidup bahagia dengan suaminya, William. Tapi apa jadinya jika setiap malam ia malah memimpikan lelaki lain? Lelaki yang tak ia ken...
44.7K 6.9K 34
Harim dan Wolf pacaran saat mereka kelas 3 SMP dan putus saat kelulussan. Jadi, Harim atau Harimau pikir setelah lulus, dia seharusnya tidak melihat...
327K 3.5K 8
Highest Rank #1 Category Romancestory (11/5/18) #1 - wattpadromance (30/6/18) #253 IN ROMANCE (9/4/18) ☆☆☆☆ Bertemu lagi dengan seseorang yang pernah...