BROKEN WING

By sheislany

787K 54.3K 1.1K

Bermaksud membenahi kehidupannya yang hancur, Abigail 'Abby' Quin pergi dari kehidupan menarinya di London m... More

PROLOG
#1 The best you can do is Do It
#2 There is no Coincidental only Destiny.
#3 Another opportunity for New Hope
#4 The limit is When You Stop Trying
#5 To Recover Pain of Heart is only Another Love
#6 No pain no Gain
#7 Exercises make Perfect
#8 Night of Pleasure
#9 It's Hard to Say the Truth
#10 The Time Goes By
#11 I Can't Take My Eyes of You Even It's Hurt
#12 A Walk To Remember
# 13 The Abby's
#15 Claimed to be Mine
#16 Nobody But You
#17 Love Is The Greatest Support
#18 I Know You The Best
Epilog

# 14 Panic for Jealous

37.8K 2.6K 41
By sheislany

Setiap pagi, Abby bangun untuk joging. Ia sudah segar pada jam 7 pagi di ruang makan, ditemani Kopi hitam kesukaannya dan sup jagung di tambah roti perancis yang legit. Ken muncul dan langsung duduk disebrang Abby sudah segar tapi masih terlihat sangat mengantuk.

" Pagi," Ken membungkuk mengecup puncak kepala Abby dan duduk di hadapan Abby.

Selama tinggal di karantina, Ken dan Abby selalu sarapan bersama. Pada saat siang, Kalau Ken sedang keluar mengurus sesuatu, maka Abby makan sendiri atau bersama Oscar dan Meredith. Dan setiap pagi, Ken mengecup Abby seakan mereka pasangan suami isteri yang sudah lama bersama. Abby menyiapkan kopi untuk Ken seperti yang Ken sukai. Mereka mengobrol atau hanya diam dengan koran ditangan Ken dan Abby mencatat sesuatu di agendanya.

Ken terlihat sangat lelah walau sudah mandi dan segar. Abby menatapnya dari balik cangkir. "Kau baik-baik saja Ken? kau terlihat lelah." Komentar Abby cemas.

"Yah biasa saja, harus mengatur permintaan dari art dept dengan budget yang ada. Aku harus hati-hati dengan pengeluaran." Ken menekan alisnya yang berkedut.

"Lakukan satu-satu Ken, aku yakin kau bisa." Abby menutup agendanya dan mulai sarapan dengan benar.

Ken senang kata-kata itu keluar dari Abby. Itu bukan sekedar pemompa semangat, tapi juga keyakinan yang diberikan olehnya. Ken seakan bisa menghadapi seluruh dunia jika ada Abby disisinya.

"Kapan tim mu tiba?" tanya Ken

"Jam 8." Abby melirik jam.

"Kata Fiona kau akan keliling Asia lagi," selidik Ken.

"Fiona bilang padamu?" Abby terkejut. "Wah, tumben dia cerita. Yah setelah proyek ini selesai. Aku memang merencanakannya." Abby mengangguk.

"Mengapa kau melakukannya?"

Abby bersandar dan menatap keluar. Ia memejamkan mata "Aku lelah Ken. Ingin istirahat, ingin jauh dari ini semua. Ingin ... berhenti sejenak" suara Abby pelan dan tanpa semangat. Seakan ia ingin cepat menghilang, jauh.

"Jangan!" Ken meraih jemari Abby dan pindah duduk ke samping Abby. Menggenggam jemarinya erat. Abby menoleh cepat, terkejut dengan keberadaan Ken disisinya. "Jangan pergi sendiri. Aku akan menemanimu. Please ... kita pergi berdua, setelah proyek ini selesai. Tahun depan, bagaimana?."

Abby menatap Ken kaget. "Mengapa? untuk apa? .... aku mungkin akan pergi sangat lama, astaga..."

"Aku tidak perduli, Aku juga ingin hilang sejenak dari kesibukan. Bersamamu ... " Ken menatap Abby lembut, penuh harap.

Sebelum Abby menjawab, ruang makan langsung dipenuhi oleh tim the Abby's yang tiba dengan tawa dan kasak kusuk pembicaraan santai. Mau tak mau Abby langsung terpecah konsentrasi dan permisi menyambut mereka tanpa menjawab permohonan Ken. Ken mendesah dan lanjut sarapan sendiri.

Pertandingan hari itu tentu saja dengan telak dikuasai dan dimenangkan oleh The Abby's. Mereka bergerak dengan enegi luar biasa, kompak dan yang pasti indah. Tubuh mereka meliuk lentur dan gemulai. Bahkan saat selasai, keringat bercucuran tp tidak terlihat terengah.

Para pemeran the dancers tercengang. Mereka penari yang sangat profesional, sama muda dan bukan dari penari klasik. Rata-rata dari mereka ternyata menari secara autodidak, dan bukan dari kalangan atas. The Abby's sama sepeti para pemeran the dancers yang rata-rata menari secara autodidak, menari karena suka. Tapi Abby berhasil menjadikan 8 orang itu jadi penari profesional dan memiliki teknik tinggi dengan stamina yang luar biasa stabil.

Kedekatan mrk pada Abby juga sangat mencengangkan. Mereka langsung memposisikan dirinya disekeliling Abby, seakan selalu siaga mendapat perintah dari perempuan mungil yang nampak begitu dilindungi oleh mereka. The Abby's nampak tidak tersiksa dibawah bimbingannya yang ketat, keras dan dipenuhi disiplin.

"Ah, biasanya menonton mereka aku harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit." Mr. Harrison mendesah kagum sambil mendelik pada para pemeran serialnya yang bodoh dan tidak bisa diatur. "hasilnya sangat jelas ya kan? kami memilih Abby karena bisa mengolah tarian kalian mjd lebih bagus dan bermutu. Tim mereka sudah menjuarai street dance internasional3 kali sebelum mereka berhenti berkompetisi. Apa kalian tahu, Abby melatih para penari autodidak itu hingga menjadi penari profesional berteknik tinggi yang sejajar dengan penari tingkat dunia. Tidak ada yang mencapai itu dengan mudah," Mr. Harrison mendesah lagi. "Nah, kalian kalah, jadi mulai sekarang, turuti Abby. Jika tidak ada yang kuat, silahkan mengundurkan diri. Aku tahu Abby akan dengan senang hati meminjamkan penari-penari itu. Astaga, bahkan dari dekat mereka sangat rupawan dan tinggi-tinggi, bagus sekali di kamera .... Ken, ayo kita bicara." Mr. Harrison terlihat memiliki ide kemudian memanggil Ken dengan cepat meninggalkan mereka yang pucat diberikan ultimatum oleh sang pemberi keputusan.

Katie buru2 mendekati Abby yang masih dukelilingi anak-anak asuhnya. Ia tidak mau digantikan dan sebenarnya tidak masalah dengan metode pengajaran Abby.

"Abby, maafkan kami, ku mohon latihlah kami ..." Katie keringat dingin. Sial Abby sedang dirangkul oleh pria tinggi kokoh jantan yang mempesona dengan rambut gondrong lurus, hitam legam dan mata sangat biru. Sial, dia sangat ... tampan.

"Ah Katie Iya kan?" Abby tersenyum sabar. " knp bukan Chad dan valerie yang datang minta maaf padaku?"

"Mrk terlalu sombong, jika mrk tidak mau, aku tidak keberatan. Aku ingin dilatih olehmu...please..." Katie menatap Abby dengan bibir gemetar, air mata menggenang mendesak mau keluar.

"Manis, Abby memiliki waktu yang terlalu berharga untuk dibuang bersama orang-orang yang tidak mau dilatih olehnya. Kami lebih butuh dia tapi kalian malah menyia-nyiakan nya, sudah Abby serahkan mereka pada Dom atau Fiona, pulang dengan kami ke Paris saja.!" Raul si mata biru berambut gondrong hitam itu mendamprat Katie.

Katie tidak punya kekuatan membantah omelan yang harusnya buat Chad dan Valerie. Tapi mereka satu tim, omelan itu juga untuknya.

"Abby ... kumohon ..." Katie menatap Abby dengan tatapan sungguh-sungguh.

Bahu Katie disentuh dari belakang. Gregory salah satu yang tidak keberatan dengan metode Abby pun mendekat bersama yang lain, walau Chad dan valerie ada di paling belakang, masih keras kepala.

"Betul Abby, kami mohon beri kami kesempatan lagi." Gregory meminta juga dengan penuh permohonan.

"Abby," Raul menahan Abby, yang lain juga tidak rela dan makin mendekat menempel pada Abby.

Abby menoleh dan menepuk lengan Raul dan menatap anak-anak asuhnya menenangkan.

"Tidak apa, kali ini mereka pasti akan menuruti aku. Jangan khawatir." Abby mengangguk lembut.

Abby melangkah menjauh dan keluar dari lengkungan lengan Raul. Meraih jemari Katie yang terkepal gugup. Menyentuh pipi Katie lembut. "aku memperhatikan tiap muridku. Kau tidak pernah membantah, selalu datang pertama, mengikuti petunjukku dengan baik. Dan karena ada yang sepertimu lah, aku bertahan." Abby meyentuh dagu Katie lembut. "Tentu saja aku akan melatih kalian."

"Terima kasih," Katie tersenyum.

"Bagus sekali, aku suka ada yang cerdas disini. Nah, mulailah berlatih secepatnya, jadwal sangat ketat. " Mr. Harrison menepuk bahu Abby dan Katie dengan hangat lalu pergi dengan cepat diikuti sekretaris dan asistennya.

"Baik, semua, kita latihan sejam lagi disini." Abby tersenyum manis. Lalu berbalik pada the Abby's "dan kalian, latihan di studio sebelah, jangan pasang muka kesal, ayo cepatlah," Abby bertepuk tangan. Menggiring the Abby's.

Mereka menurut dan berpindah ke studio sebelah. dengan Abby mendahului diikuti Ken yang keluar dengan ponsel ditelinganya.

***

Situasi berjalan lancar. The dancers pada dasarnya adalah hasil audisi Ken dan timnya. Sebelumnya, mereka diaudisi selama 2 minggu yang ketat dan melelahkan. Merka semua mengenal Ken sebagai pribadi kaku, dingin, muram dan tidak punya ekspresi lain selain semua itu tadi. Ia tidak banyak bicara. Tapi saat bicara, ia singkat, padat dan langsung pada pokok pembahasan. Tidak bertele-tele.

Tentu saja mereka yang mengetahui pribadinya itu selalu dibuat terpana saat Ken bersam Abby. Ia tersenyum pada Abby! Tersenyum! Astaga, bahkan tertawa!!!. Setiap Abby memasuki ruangan, berbicara, tertawa atau apa saja, Ken menatapnya. Mengamatinya dengan intensitas tinggi. Setiap Abby berinteraksi dgnnya, Keh hanya fokus pada Abby seorang. Ia tidak perduli yang lain, hanya Abby yang utama. Fakta mereka tidak berpacaran, itu mencengangkan.

"Ya ampun Abby, apa kau tidak sadar kalau Ken berubah hanya bersamamu?." Fiona terperangah, Meredith hanya menggeleng tidak paham. Mereka berkumpul di kamar Abby untuk membahas persiapan pertunjukkan besok.

"Yah, aku tahu. Sadar. Tapi ia bersikap begitu hanya dengan orang-orang yang dekat dengannya kok, tidak cuma aku." Abby pura-pura tak perduli.

Fiona dan Meredith nyaris saling membenturkan kepala karena gemas dengan asumsi Abby.

"Tidak Abby, dia hanya menatapmu, hanya tersenyum padamuu ... " Meredith ngotot.

"Sudahlah sayang, Ken tidak mungkin tertarik padaku. Ia punya banyak pacar yang cantik, lebih dari aku. Mustahil dia tertarik padaku. Kami hanya sahabat yang telah mengalami banyak hal sulit dulu. Kalau dia mencintaiku, seharusnya ia bilang padaku." Abby tersenyum lembut dan kembali mempelajari laporan-laporan.

Fiona dan Meredith hanya saling lirik dan menggeleng. Sungguh pasangan bodoh!!!

Pertunjukkan The Abby's kembali sukses di LA. Para the dancers mendapat ekstra tiket dari Ken dan Abby. Mereka nonton bersama pd pertunjukkan terakhir di hari Sabtu. Abby ada di belakang panggung mengawasi.

The dancers akhirnya paham, para penari Abby memang sangat bagus. Koreografi Abby yang kaya akan gerakan, kombinasi sangat bagus, membuat tiap gerak dipenuhi emosi nyata yang kuat. Karya Abby lebih pada gerakan modern dan kontemporer. Ia menyisipkan banyak gerakan jenis tarian lain dengan fill yang tepat. Tarian kelompok maupun solo merupakan tarian yang penuh emosi dan butuh teknik yang tinggi.

Saat pertunjukkan berakhir, Abby di undang masuk setelah para pemain memberi penghomatan. Raul berlutut satu kaki dengan anggun dan memberikan buket bunga yang sangat besar untuk Abby. Abby menerima kecupan dipipi sambil tertawa dan membungkuk. Tepuk tangan disertai berdirinya penonton memberikan penghormatan pada Abby.

Setelah pertunjukkan, sang promotor mengadakan pesta utk the Abby's. Tentu saja the Dancers juga diundang. Ada banyak produser, direktur, bintang film, pengusaha bahkan sosialita didalam pesta itu. Kesempatan utk menebar pesona dan kartu nama.

Ken mendampingi Abby dengan balutan jas serba hitam yang membuatnya terlihat liar dan berbahaya. Abby gaun selutut yang cantik berwarna emas pucat. Ken tidak bisa mengalihkan tatapannya pada Abby yang terlihat begitu anggun, canti dan bercahaya. Saat mereka berdansa dengan indah, perpaduan mencolok pada mereka begitu serasi dan mempesona. Abby seakan menerangi sisi gelap Ken. Mereka bertatapan dan saling tersenyum dengan tatapan dalam.

Malam itu berlalu penuh kegembiraan. Kelegaan bagi Abby dan timnya.

Sepanjang malam, Ken menempel pada Abby seperti lem. Ia mengabaikan setiap perempuan yang coba mendekat. Termasuk Chloe. Perempuan itu berpenampilan sangat memukau malam ini. Semua pria menatapnya penuh minat. Tapi hanya Ken yang mengabaikannya.

"Mengapa kau menolak gadis secantik dia?" Abby bingung. Si burgundy yang menempel pada Ken, Abby mengenalinya. Ken menolak tegas ajakan wanita cantik itu untuk berdansa. Ia hanya memperkenalkan Chloe sebagai eksekutif marketing the dancers.

"Karena aku bersamamu," Sahut Ken lembut, ia menunduk menatap Abby intens. Mereka sedang duduk santai disalah satu meja di sudut. Abby mengeluh kakinya nyeri. Ken duduk disamping Abby sembari melintangkan lengannya di sandaran kursi Abby.

Abby menengadah dan membalas tatapan Ken. "Aku tidak mau menghalangimu Ken. Tiap gadis cantik itu mungkin tambatan hatimu."

"Masalahnya tidak satupun dari mereka yang membuatku ingin menambatkan hati." Ken semakin merendahkan suaranya. Ia suka sekali menikmati perubahan ekspresi dari Abby yang tak terduga. Abby menaikkan alis tanda penasaran.

"Kau banyak didekati banyak gadis cantik, tapi satupun tidak ada yang berhasil membuat hatimu ingin tertambat. Kau ini ada kelainan atau apa?." Abby mendengus.

Ken tersenyum mendengar tuduhan yang sering Abby lontarkan padanya dengan nada curiga atau bercanda. Dulu, ia tidak sempat menjawab dengan serius. "mungkin aku punya kelainan. Tidak suka wanita cantik. Aku lebih suka yang manis, lucu, pintar, tulus, penyayang, tidak mudah menyerah dan .... berani."

"Wahhhh, knp terdengar mirip aku?" Abby memasang ekspresi takjub.

Ken berhenti tersenyum, ekspresinya keras karena tegang. Ia menatap Abby nanar. "Itu ..."

"Kendrick Xavier, astaga kucari kemana2 ternyata sedang mojok disini," Seorang pria ceria, tampan, bersemangat. Terlihat penuh semangat hidup. Gayanya flamboyan, gaya dan berkelas. Tipikal pria yang suka bersenang2, percaya diri, dan sungguh, ia punya tubuh yang tinggi, kokoh, sempurna. Rambut gelapnya di tata dengan gaya trendi, matanya hijau indah. Dan mata hijau itu terpaku pada Abby. "Dan kau bersama gadis cantik yang kau simpan sendiri?, itu tidak spt dirimu,"

Ken terpaksa berdiri, begitu pula Abby. Dengan segan ia memperkenalkan Abby pd pria itu. " Abby ini Rohan Malloy, rekanku di salah satu film. Rohan, ini sahabatku Abigail Quin."

"Kenapa kau tidak pernah cerita kalau dia sangat cantik. Hai Abigail, kenalkan, Aku Rohan. " Rohan mendekat, mengulurkan tangan yang Abby sambut, kemudian Rohan mencium punggung tangan Abby dengan tatapan mengagumi yang tidak ia tutupi.

Sementara Ken menatap Rohan dengan tatapan ign membunuh, Abby tersenyum manis dan sopan menanggapi Rohan. " Hallo Rohan, senang bertemu dgnmu."

"Ku pikir seperti apa pemilik The Abby's yang sagt Ken kagumi, ternyata kau memang sangat mengagumkan. Apakah kau mau memberi satu kesempatan padaku satu dansa." Pinta Rohan dengan tatapan menilai pd seluruh tubuh Abby dengan tatapan ahli. Jemarinya masih menggengam jemari Abby.

"TIDAK BOLEH!." Ken mencegah mereka berdansa dengan kepanikan yang terlihat jelas diwajah Ken.


Continue Reading

You'll Also Like

5.9M 599K 75
"Gue udah bilang, gue gak mau jadi pacar lo Galak!!" Pekik Gisha menolak tegas. "Gue gak peduli. Intinya, lo pacar gue! Dan lagi, Siapa yang lo maksu...
15.4M 182K 31
" Aku bisa membantumu, tapi dengan satu syarat. " Harva " Mm..Apa syaratnya? " Nesha " Layani aku setiap aku mau dan selama masa kuliah kita. " Harva...
3.8M 280K 42
[[Follow sebelum membaca]] -- Kinan, gadis ceria penyimpan banyak rahasia. Di balik senyum indahnya, Kinan menyimpan beribu luka terpendam. Kinan cum...