Now You See Me

By IfyLucia

86.1K 8.6K 2.1K

Introducing, the next Freemason: The Fourhorsemen Greyson the "Chance". Hanya memberimu satu kesempatan. Untu... More

PROLOGUE
The Fourhorsemen
"We're Going to Rap a Police Office!"
Police Office, Tonight!
The Next Freemason
Simfoni Kesembilan
The Different Way
The Mysterious Man-in-Black
Full of Secret, Full of Mystery, Full of Action
"And the Last Thing... He's a Psycopath."
Just a Family Problem, Anywhere
Closer to the Jail
Crash!
Fly for Fall
Asa and the Great Disaster
Two Blonde Girls
Nazi Attack! (Part 1)
Nazi Attack! (Part 2)
Evacuate
Burning Maps
Luke and the Dangerous Date
Flashback
Guardian Angel for Greyson
When Luke Meet Cara
Chloe's Big Decision
Coffee Powder (Pt.1)
Coffee Powder (Pt. 2)
Fly Away
Behind the Wall
EPILOGUE

Paralyzed?!

2.2K 234 60
By IfyLucia

CARA DELEVINGNE ON SIDE!

Luke menggigit bibir kesal ketika hubungannya terputus dengan Chloe. Sial! Pulsanya habis?!

Holy crap, dia tak ingat kalau biaya telepon antar negara bisa semahal ini!

Luke meraih telepon rumah, berdoa dalam hati semoga tagihannya tidak akan membengkak, menghubungi nomor Chloe. Tak bisa. Kelihatannya ponselnya tak aktif, gawat. Kali ini, pilihannya tinggal satu. Luke menekan nomor seseorang yang nyaris tak pernah Luke telepon seumur hidup.

Nomor Logan.

Luke menunggu nada tunggu sambil menghitung berapa kali dia menelepon Logan selama hidupnya. Mungkin hanya dua kali? itu pun hanya untuk meminta uang saku lebih. Sial, ini pasti akan menjadi momen yang sangat awkward.

“Halo?” suara Logan terdengar tak jelas, sepertinya dia sedang makan.

“Logan? Ini Luke,” gumam Luke nyaris tak bisa menghilangkan nada khawatir didalamnya.

Terdengar suara tersedak, terbatuk, disusul bunyi orang meneguk air cepat-cepat di ujung sana. Luke refleks memutar bola matanya. Ayolah! Apakah tidak normal jika dia menelepon kakaknya sendiri? “Luke? Ada apa?” suara Logan mendadak berubah total.

“Chloe mana?” tanya Luke tanpa basa basi sedikit pun.

“Chloe?” terdengar nada heran disana. “Katanya dia hunting makanan dengan Asa. aku sedang makan malam di restoran hotel, Greyson tidur. Kenapa dengan Chloe?”

Luke mendadak bingung bagaimana cara menceritakannya. “Kurasa Chloe dalam bahaya, Logan!” pekiknya putus asa. Logan mungkin akan tertawa sekarang.

Tapi Logan malah tertegun. “Bagaimana bisa?” suara Logan terdengar waspada dan tegas, benar-benar tak seperti yang Luke bayangkan. Seperti hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya.

“Entahlah. Tadi aku meneleponnya, memberitahunya kalau lagu yang ia pesan sudah hampir selesai. Tapi tiba-tiba ada bunyi benturan dan… dan… Chloe tak bicara lagi,” suara Luke bergetar, entah bagaimana bisa. “Kurasa… dia kecelakaan?”

Logan tertegun, dia tak menjawab sepatah kata pun, sampai Luke mulai khawatir akan tagihan teleponnya. “Aku akan mencari tahu sekarang, aku akan menghubungimu nanti.” dan hubungan pun terputus.

Luke memandang telepon rumahnya dengan putus asa. ada apa dengan Chloe? Bagus, sekarang dia malah mengkhawatirkan perempuan ikal yang cerewet itu.

Well, minus tagihan teleponnya tentunya.

-----*****-----

Telepon mengejutkan dari Luke membuat nafsu makan Logan menguap sampai ke langit ketujuh. Tanpa memperdulikan makanannya, Logan meninggalkan segepok uang dolar ke meja dan berlari tanpa memperdulikan teriakan pelayan restoran yang kebingungan akan uang dolar itu. Logan berlari keluar restoran hotel secepat mungkin, berusaha menghubungi ponsel Chloe atau Asa.

Tak ada jawaban. Bagus, bagus sekali. Nazi sudah mulai bergerak dengan brutal, huh?

Logan berusaha melacak posisi Chloe dan Asa lewat program yang ada di ponselnya. Setelah ketemu, Logan bergegas menyetop taksi dan menyebutkan tempatnya dengan terbata-bata. Dia benar-benar merasa asing sekaligus ngeri di negara ini!

Di jalan tempat kecelakaan itu terjadi, Logan langsung meloncat keluar dari taksi. Seperti kesetanan, Logan membelah kerumunan dan melihat mobil taksi biru yang penyok habis-habisan. Logan langsung lemas hingga keujung jempolnya, lemas luar biasa.

Ya ampun, taksinya saja hancur seperti ditabrak tronton begitu! bagaimana nasib Chloe dan Asa yang ada di dalamnya?!

Sebuah ambulans muncul. Tiga buah tandu dikeluarkan. Logan melongokkan kepala sejauh mungkin, dan akhirnya melihat tiga orang digotong dari tandu itu. tubuhnya dua kali lipat lebih lemas, Logan nyaris tak mampu berdiri melihat tandu itu.

Orang asing yang kelihatannya supir taksi itu kelihatannya tidak terlalu parah, malah orangnya masih sadar. Supir itu meringis, ada beberapa lebam dan luka gores, tapi tak separah Chloe dan Asa. keduanya bersimbah darah, terengah, luka dimana-mana.

Logan merangsek maju, tapi seorang petugas menghalanginya. Logan menyumpah-nyumpah dalam hati dan mengeluarkan ponselnya. Dibukanya Google Translate, dan mencari-cari arti bahasa Indonesia dari “family”. Begitu ketemu, Logan menunjukkannya dengan panik. Petugas ambulans itu melihat bingung, sebelum akhirnya mengangguk. Logan masuk kedalam ambulans, gemetar hebat. Dari gerakan tubuhnya yang benar-benar panik, petugas ambulans manapun pasti akan tahu kalau Logan itu dekat dengan korban.

Ambulans itu berjalan dengan cepat. Logan nyaris tak berani melihat Chloe dan Asa, tapi dia tetap melihat keduanya. Kepala Chloe mengucurkan darah yang deras, membuat roti yang baru Logan makan ingin naik ke permukaan. Nafasnya terengah, petugas ambulans berusaha memberikan penanganan secepatnya. Berbeda dengan Asa, kakinya jauh lebih parah. Ada luka terbuka yang cukup lebar di kaki Asa. beberapa petugas berupaya untuk menghentikan pendarahannya.

Logan merasa pusing, jadi dia cepat-cepat mengalihkan perhatiannya. Logan menggigit bibir panik. Mereka harus cepat datang ke rumah sakit!

-----*****-----

Greyson sedang nyenyak dalam tidur ketika ponselnya berdering ribut. Greyson membuka matanya pelan. matanya terasa diberi lem, benar-benar lengket. Jet lag benar-benar membuatnya tepar seketika. Greyson meraba kasurnya, meraih ponselnya dan menerima telepon itu bahkan tanpa membuka mata sedikit pun.

“Halo?” tanyanya serak, mengulet sejenak.

“GREYSON! BANGUN!” suara panik Logan serasa menembus kepala Greyson. Greyson mengernyit.

“Ada apa sih?” tanyanya malas.

“ASA DAN CHLOE! MEREKA… MEREKA KECELAKAAN! PARAH!”

Satu… dua… tiga….

Mata Greyson mendadak terbuka selebar-lebarnya. “APA?!” kantuknya mendadak hilang semua, berganti dengan kekagetan luar biasa.

“Kukirim lokasinya sekarang, kau harus segera kesini! Kalau tidak, habis kau nanti!” klik!

Greyson bangkit, menyambar jaket dan memakai sepatu seperti orang kerasukan. Sebuah pesan masuk, dari Logan, berisi lokasinya. Setelah menabrak beberapa orang sekaligus, Greyson berhasil keluar hotel dalam waktu satu menit. Setelah berhasil masuk taksi, Greyson menunjukkan alamat kiriman Logan pada supir dan taksi langsung ngebut.

Greyson menggigit bibir panik ketika taksi itu dengan brutal menyalip dan membunyikan klakson hingga telinganya sakit. Apa saja yang ia lewatkan ketika tidur tadi?! Rasanya ketika dia baru akan tidur, dia masih bisa mendengar Chloe menyanyi ribut. Sekarang, tahu-tahu sudah di rumah sakit! Berapa lama sih dia tidur?

Greyson melirik jamnya. Oh, shit. Dia tidur lima jam ternyata.

Setelah sepuluh menit, taksi itu akhirnya berhenti. Greyson memberi segepok uang rupiah yang ia tukar di bandara tadi dan langsung melesat memasuki rumah sakit. Di depan rumah sakit, dia bertemu sosok yang ia kenal, Logan. Logan terlihat luar biasa panik, tak berhenti-henti berjalan kesana kemari.

“Greyson!” pekik Logan. Greyson mendekat, nafasnya terengah.

“Apa yang terjadi sebenarnya?!” pekik Greyson putus-putus.

“Ikut saja kedalam!” Logan menarik Greyson masuk, menuju lantai kedua. “Mereka sedang di Ruang Gawat Darurat. Luka mereka parah sekali,” bisik Logan, gemetar oleh panik dan takut. “Nazi sialan!” geram Logan tak tertahankan.

Greyson ingin sekali ikut mencaci maki Nazi yang seenaknya mencelakakan nyawa orang itu, tapi begitu melihat pemandangan kedalam ruang UGD, dia kehilangan nafsu untuk melakukan apapun. Terlihat para dokter sibuk menangani wanita cerewet itu.

Greyson lemas, jatuh tersungkur di lantai. Wanita pirang itu… mendadak Greyson merasa tertonjok dari dalam. Betapa dia tak bisa melindungi wanita pirang itu!

“Asa ada di ruang sebelah,” bisik Logan, duduk di sebelah Greyson. Keduanya terlihat sangat nelangsa. Pucat, panik, gemetar.

Waktu berlalu, keduanya nyaris tak bergerak dan bicara sedikit pun. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Koridor rumah sakit itu mendadak sangat sepi, hingga ponsel Logan berdering. Dengan lemas, Logan mengangkat telepon itu.

“Halo? Ya, dia sudah di rumah sakit. Dia benar-benar kecelakaan. Aku masih tidak tahu. jangan tanya sekarang, sudahlah. Kalau ada perkembangan, akan kuberitahu. Sudah ya, daah,” Logan mematikan telepon itu dengan cepat.

“Siapa?” tanya Greyson serak.

“Luke. Dia menanyakan Chloe. Saat taksi Chloe dan Asa tertabrak, Chloe sedang teleponan dengan Luke,” gumam Logan cuek.

Greyson mengernyit. Luke-Chloe. Chloe-Luke. Hey! Apa maksud anak tengil yang sok metal itu bertanya macam-macam soal Chloe?!

Seorang dokter dengan seragam operasi keluar dari ruangan. Greyson dan Logan langsung bangkit, menyongsong dengan serta merta. Dengan bahasa inggris yang lancar, dokter itu menyambut keduanya. “Nona Moretz sudah menjalankan operasi. Luka di kepalanya cukup besar dan benturan yang diterimanya sangat keras. Saya tak tahu apa yang akan terjadi setelah dia sadar, tapi dia bisa mulai dijenguk ketika sudah sadar.”

Greyson mengangguk. “Terimakasih banyak, Dok,” seru Greyson, akhirnya bisa tersenyum tipis usai semua guncangan ini.

Dokter dari ruang sebelah pun muncul, dengan seragam operasinya pula. “Keluarga Asa Butterfield? Keadaannya membaik, luka di kakinya sudah di tangani, tapi untuk gejala lanjutan masih belum dapat diketahui. Kita hanya bisa menunggu dia sadar.”

Greyson dan Logan mengangguk. mereka masih harus menunggu keduanya sadar sebelum bisa menjenguk. Setelah kedua dokter itu pergi, keduanya berpandangan.

“Kau mau ke kantin rumah sakit?” tanya Logan pelan. “Aku baru makan sedikit tadi, mendadak aku lapar.” Greyson mengangguk, dan kedua tubuh lunglai itu pun menjauhi koridor rumah sakit dengan langkah pelan.

-----*****-----

“Cara!” suara Ansel membuat Cara menoleh. Cara mengernyit. Bagaimana bisa Ansel ada didalam kamar hotelnya?

Yeah, baru Cara ingat kalau Ansel ini bisa menjadi apapun yang dia mau. Pencuri, pembobol bank, mata-mata… dia kelewat multitalen.

“Apa?” tanya Cara cuek. Diletakkannya senjatanya kedalam lemari dengan hati-hati sebelum akhirnya merebahkan diri di kasur.

“Mereka berempat sedang ada di rumah sakit! Bagaimana kalau buruan kita mati duluan?” keluh Ansel. “Aku belum mempermainkan nyawa mereka lebih jauh!”

“Tenang saja,” balas Cara santai. “Kalaupun mereka mati, yang mati hanya dua, ingat? Dua lagi masih menyusul untuk aku serbu.”

“Kita, oke? Bukan hanya kau, aku kan juga ikut dalam misi ini,” gerutu Ansel tak terima.

“Cuih, kau kan hanya memata-matai dan menguntit mereka seperti pencuri pakaian dalam! Ayolah, kau kan tahu aku yang berperan terbesar dalam misi ini,” seru Cara pongah. Ansel memutar bola matanya. Untunglah dia sudah kebal dengan Ratu Sombong ini.

Suasana kamar itu mendadak hening. Ansel sibuk dengan macbooknya, sedangkan Cara memandang kosong kearah layar televisi di hadapannya. “Ansel,” gumamnya pelan, pikirannya tidak terfokus sedikit pun pada tayangan Spongebob di depannya.

“Hmm?”

“Kau ingat Dove? Dove Cameron, mantan agen dua tahun lalu.”

Ansel melirik Cara sejenak, sebelum akhirnya kembali menatap layar macbooknya. “Ingat. Salah satu agen terbaik yang dimiliki Nazi, tapi dia malah mengundurkan diri seenaknya dan tak terlacak sedikit pun. Jejaknya hilang sama sekali bukan? Gosipnya dia mengikuti organisasi lawan, tapi tak ada yang tahu. itu kan hanya gosip,” gumam Ansel. “Kenapa kau tiba-tiba ingat dengannya?”

“Tidak juga,” gumam Cara ragu. Apa benar yang menembak senjatanya tadi siang itu Dove? Mantan agen Nazi yang sampai sekarang namanya masih sering dibisikkan sebagai agen terbaik di Nazi. Kemampuan menembak, bela diri, dan berbagai keahlian penting lainnya benar-benar dikuasainya. Bahkan Cara masih belum bisa disejajarkan dengan si pirang itu. dan hal itu membuatnya sangat gemas.

Apalagi karna kejadian tadi siang. Entah kenapa, Cara mendapat firasat kalau yang menembak senjatanya dan menggagalkan rencananya itu Dove. Tapi apa tujuannya? Kenapa tiba-tiba dia ingin menggagalkan misi Cara? Jangan-jangan gosip itu memang benar? Dove kini masuk di organisasi lawan dan berencana untuk menggagalkan misi Nazi?

Cara tertegun. Kalau begitu… apa benar Dove masuk Freemason? Apa tujuannya?

“Hey, Cara!” pekikan Ansel membuatnya menoleh. “Lihat ini!”

Cara bangkit dengan malas, mendekati Ansel yang duduk di sofa. Layar macbook menampilkan sebuah video CCTV yang agak buram. Sebuah kamar rumah sakit? “Aku menghack CCTV rumah sakit dan lihatlah! Chloe dan Asa ternyata belum mati, huh, syukurlah!”

“Wow, kau menghack dalam jarak sejauh ini? bisa?” Cara tak bisa menahan rasa kagumnya pada laki-laki tengil itu.

“Hei, jangan remehkan seorang Ansel Elgort, Nona Cara. Aku bisa melakukan apapun, termasuk mendapatkanmu,” cengir Ansel sambil merangkul bahu Cara. Pelototan Cara langsung terarah pada Ansel yang terkekeh. “Ayolah, jangan menyeramkan begitu!”

“Dasar gila,” Cara tak mengerti kenapa Ansel suka menggodanya begitu. Diperhatikannya layar macbook kembali.

Hmm… dua buronannya rupanya masih berhasil selamat. Tapi lihat saja, Cara pasti bisa menghabisi kesembilan nyawa mereka secepatnya. Harus.

-----*****-----

Greyson dan Logan baru kembali dari kantin rumah sakit dan duduk di kursi di depan kamar Chloe dan Asa. hingga seorang suster menghampiri mereka dan berkata dalam bahasa inggris yang terbata-bata kalau kedua pasien telah sadar.

Greyson dan Logan langsung bangkit dengan bersemangat. “Aku tengok Chloe, kau lihat Asa!” seru Greyson sambil berlari kearah pintu kamar Chloe. Keduanya pun terpisah.

Kesan pertama yang Greyson dapatkan dari kamar Chloe adalah bau obat-obatannya yang sangat menyengat hingga Greyson serasa mabuk kepayang dalam seketika. Greyson mendekati Chloe yang… entahlah, mungkin tertidur? Greyson mendekat pelan-pelan, lalu duduk disamping ranjang Chloe. Hatinya seperti tertonjok melihat tubuh Chloe dihiasi perban disana-sini, lebam dan luka gores.

Kau gagal, Greyson. Kau gagal melindunginya! Greyson ingin menjambak rambutnya kuat-kuat dan menangis saking kesalnya. Dia benar-benar kesal akan fakta itu!

Greyson menarik nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya sejenak. Masih banyak waktu untuk menyesali kelalaiannya. Sekarang, dia harus memastikan apakah Chloe sudah sadar apa belum, sebelum suster menyuruhnya keluar.

Greyson meraih lengan Chloe yang terbalut perban dan ditusuk infus, lalu mengguncangkannya pelan. kulit Chloe terasa kering dan rapuh, entah hanya di pikiran Greyson saja atau memang kenyataannya begitu. Greyson terus mengguncangkannya dengan sangat pelan, seakan takut tangan Chloe bisa copot.

“Chloe?” bisik Greyson sendu. “Chloe?” bisiknya lebih keras.

Kelopak mata Chloe mulai bergerak, membuat Greyson benar-benar bahagia. Astaga, Chloe-nya belum mati! Chloe-nya masih hidup!

“Chloe? Bangun, ini aku, Greyson!” seru Greyson bersemangat.

Pelan-pelan, kelopak mata itu terbuka. Greyson ternganga senang ketika mata itu berkedip beberapa kali dan memandangnya sambil mengernyit.

“Kau siapa?” bisik Chloe serak, matanya menyipit melihat Greyson.

“Greyson, aku Greyson!” seru Greyson senang, nyaris tak bisa menahan haru. Baiklah, entah kenapa dia terdengar sangat lebay sekarang.

Chloe tertegun sejenak. Senyum Greyson hilang menanggapi keheningan Chloe.

“Grey… son?” gumam Chloe pelan. Greyson mengangguk cepat.

“Greyson…. Kau… siapa?”

Jantung Greyson mencelos hingga ke bawah tanah. Jantungnya seperti berhenti berdetak, nafasnya tersekat.

Chloe… lupa ingatan?!

-----*****-----

Logan mendorong pintu kamar Asa dengan bersemangat hingga suara berdebumnya membuat suster di koridor meliriknya kesal. Logan tak peduli, dia tetap masuk dan melihat Asa yang tengah memandang langit-langit dengan muka kosong.

“Asa?! Asa Butterfield?! Sialan, kukira kau akan mati!” Logan memekik kegirangan. Asa menoleh, mukanya terlihat lega karna melihat orang yang dikenalnya. Asa berusaha duduk, lalu memeluk Logan erat.

“Logan! Duh, leganya aku melihatmu disini! Para suster itu terus bicara dengan bahasa yang tidak kumengerti! Untunglah para dokternya bisa bahasa inggris. Dia bilang kondisiku cukup parah, apalagi kakiku. Tapi untunglah, aku selamat dari kecelakaan sialan itu,” oceh Asa cerewet.

“Dasar Nazi keparat, kita harus segera memenggal kepala Jack si pemimpin tak berhati itu secepatnya,” gerutu Logan. Dia duduk di samping ranjang Asa, memperhatikan luka-luka yang Asa terima karna kecelakaan itu.

Memang benar. Bagian kaki Asa memang yang paling parah. Hampir seluruh permukaan kakinya di perban. Selain bagian kaki, Asa hanya menerima luka-luka kecil. “Kata dokter, benturan yang diterima kakiku cukup keras. Aku jadi takut untuk menggerakkan kakiku,” gumam Asa ngeri.

“Tenang, pelan-pelan saja. kakimu takkan copot, percaya padaku,” Logan berusaha membuat Asa percaya diri. “Nah, sekarang coba di gerakkan saja pelan-pelan. jangan berjalan dulu, cukup digerakkan, oke?”

Asa mengangguk ragu. Dia menarik nafas panjang. Logan terus menatap kaki Asa yang tak kunjung bergerak. Beberapa lama kemudian, muka Asa pucat pasi.

“Logan… kakiku… mati rasa! tak bisa digerakkan!” pekik Asa panik. Logan bangkit tak percaya.

“Tunggu, jangan panik! Mungkin… mungkin… mungkin ini efek obatnya!” Logan jadi ikutan panik. Asa meneguk ludah ngeri.

“Tetap tak bisa, Logan!” Asa menjerit panik.

“Panggil… panggil dokter!” Logan menjerit sendiri. dia menghampiri tombol untuk memanggil dokter dan menekannya berkali-kali. Setelah menunggu dua menit yang sangat lama, seorang dokter muncul dengan cepat.

“Ada apa?” seru dokter itu cepat.

“Kakiku, Dok! Kakiku tak bisa digerakkan sedikit pun!” rengek Asa panik. Dokter itu mendekat, memandang kaki Asa sejenak. Asa terlihat berupaya untuk menggerakkan kakinya, tapi tak berhasil.

Dokter itu mencubit bagian kaki Asa yang tidak diperban beberapa kali. “Bagaimana rasanya?” tanya dokter itu. Asa memucat, sebelum akhirnya menggeleng.

“Tidak sakit,” bisik Asa nyaris menangis. “Kakikuuu!”

Logan ikut panik. Dicubitinya kaki Asa berkali-kali, tapi responnya masih sama. Indra di kaki Asa tak merespon rasa sakit yang seharusnya. Tubuh Logan limbung. Tanpa membaca pikiran Asa atau dokter, dia sudah menemukan jawabannya sendiri.

Kaki Asa terancam lumpuh.

-----*****-----

Dove memandang bangunan di hadapannya sambil meneguk ludah. Dia sudah tahu soal kecelakaan itu. Cara ternyata tidak main-main dalam misi ini! sungguh sadis permainan Cara pada misi ini. pasti Jack benar-benar kesal pada The Fourhorsemen.

Dove khawatir setengah mati pada Chloe dan Asa, terutama Asa. tapi dia merasa agak ngeri masuk ke rumah sakit, karna ketakutan konyolnya akan bau obat-obatan. Setelah berusaha menahan diri untuk tidak mual, Dove masuk ke dalam rumah sakit dan mendekati resepsionis.

Dengan bahasa Indonesia yang lihai, Dove membayar biaya rumah sakit Chloe dan Asa dengan berpura-pura sebagai keluarga. setelah selesai Dove dapat menarik nafas lega. Dia tak mungkin menjenguk keduanya sekalipun dia sangat ingin. Dia harus menahan diri. Lebih baik jangan menampakkan diri terlebih dahulu di depan The Fourhorsemen, apalagi setelah insiden dia yang nyaris ketahuan oleh Asa itu.

Dove mendekati pintu, bergegas keluar secepat-cepatnya karna perutnya sudah semakin mual ketika suara percakapan dua orang suster tertangkap telinganya.

“Ooh… bule yang kecelakaan itu? yang cakep itu kan?”

“Iya, sama yang pirang itu….. katanya yang cowok kakinya lumpuh karna benturan kecelakaan…. Pasti benturannya benar-benar keras!”

“Astaga, kasihan ya… niatnya mau jalan-jalan kesini malah kena musibah….”

Kaki Dove melemas. Seketika, mualnya hilang tanpa sisa.

Asa… terancam lumpuh?!

TO BE CONTINUED

UYEEEE IAM BACK!

Okeeee mungkin aku bakal kena protes banyak banget nih. Udah updatenya SUPER NGARET terus pendek lagi :3 oke, biar aku jelasin dulu.

Jadiii aku kemarin ikut porprov selama 10 hari daaan itu super padat. Gabisa update jadinya. Sebelum porprovnya aja udah ribet banget. Latihan, latihan, teruuuus sampe bosen.

But, akhirnyaaaa selesai juga :D kangen banget sama readers wattpad uwuwuwuwu

Sooo wdyt about this chapt? Maunya aku buat panjangan, tapi karna memang dasarnya aku author paling jahat sedunia, aku berniat ngegantungin kalian hahaaa

*udah ngaret mulu updatenya, digantungin terus lagi* *timpuk authornya rame rame yuk*

Jadiii apa Chloe bener bener amnesia? Asa beneran lumpuh gak?

Jawabannya di next chapt yaaa! Vomment yang banyak pliis insyaallah updatenya gak terlalu lama karna next chapt on progress! Yeayy!

Comment masukan dan kritik kalian. Saran juga boleh mau scene dimana aja, mumpung The Fourhorsemen lagi mampir ke indo wkwk

Good night and love you all to the moon and back :*

Continue Reading

You'll Also Like

308K 12.8K 11
Di masa depan, jika seorang anak sudah berumur 13 tahun mereka harus dipindahkan ke distrik yang sesuai dengan tahun, bulan, dan tanggal kelahiran me...
707K 91.2K 200
Novel ini bukan karya saya. THIS STORY AND NOVEL Isn't Mine I DO NOT CLAIM ANY RIGHTS SELURUH KREDIT CERITA NOVEL INI MUTLAK MILIK AUTHOR (PENGARANG...
30.3K 2K 28
Bagi yang suka sama asal usul mitologi ayo mampir^^ Rank: 02 Lampau, 11 Jun 2k19
145K 11.1K 45
Kim Seokjin, anggota boy grup yang sangat terkenal, bts dan Bae Irene, anggota girl grup yang juga sangat terkenal, red velvet. berawal dari kedua or...