AMBIVALEN [END]

By liddia4

70.2K 3.2K 177

Ambivalen; perasaan bercabang dua yang bertentangan. Seperti ... Mencintai dan membenci dalam waktu yang bers... More

00 || Prolog
|| 01 | Kilas Balik // Pembawa Sial ||
|| 02 | Sebuah Keharusan ||
|| 03 | Hampir Bukan Sudah ||
|| 04 | Hilang Arah ||
|| 05 | Hari Kelulusan ||
|| 06 | Pernikahan ||
|| 07 | Harus Terbiasa ||
|| 08 | Tidak Sebanding ||
|| 09 | Keduanya Adalah Takdir ||
|| 10 | Apa ... Terlambat? ||
|| 11 | Seharusnya Jangan Berubah ||
|| 12 | Mampu Tapi Tidak Mau ||
|| 13 | Sekali Lagi, Maaf ||
|| 14 | Sangat Sakit ||
|| 15 | Harus Bagaimana? ||
|| 16 | Jika Bisa Aku Ingin ... ||
|| 17 | Hancur Yang Coba Di Perbaiki ||
|| 18 | Dua Sisi Koin ||
|| 19 | Langkah Yang Baru ||
|| 20 | Maaf Berulang Kali ||
|| 21 | Akan Jadi Boomerang ||
|| 22 | Lagi dan Lagi ||
|| 23 | Bimbang ||
|| 24 | Apa Aku Boleh Percaya? ||
|| 25 | Kebahagiaan Yang Aku Impikan ||
|| 26 | Jawaban Adalah Tidak ||
|| 27 | Kita Bukan Takdir ||
|| 28 | Ketakutan Yang Menjadi Nyata ||
|| 29 | Badai Besar ||
|| 30 | Kekecewaan ||
|| 31 | Datang dan Pergi ||
|| 32 | Anggota Keluarga Baru ||
|| 33 | Tidak Diterima ||
|| 34 | Dia Kuat Untuk Kalian ||
|| 35 | Keandra Naaventara ||
|| 36 | Ingin Mencoba Menerima ||
|| 37 | Jangan Takut Untuk Sembuh, Ya? ||
|| 38 | Penjelasan ||
|| 39 | Mencoba Memulai Lembaran Baru ||
|| 40 | Rumit ||
|| 41 | Apatis ||
|| 42 | Melupakan Tidak Secepat Jatuh Cinta ||
|| 43 | Masalalu Yang Terulang ||
|| 44 | Setiap Langkah Mempunyai Titik Untuk Berhenti ||
|| 45 | Tidak Ada Yang Salah, Hanya Saja Kamu Belum Bisa Menerima ||
|| 46 | Memulai Lembaran Baru Itu Tidak Mudah ||
|| 47 | Sebuah Usaha ||
|| 48 | Perubahan Itu Pasti Ada ||
|| 49 | Sebuah Janji (Lagi) ||
|| 50 | Keputusan Yang Masih Menjadi Angan ||
|| 51 | Aku Sungguh Berusaha Untuk Kali Ini ||
|| 52 | Ungkapan ||
|| 53 | Mati Rasa ||
|| 54 | Faktanya ||
|| 55 | Untuk Kata Maaf ||
|| 56 | Harusnya Sejak Awal Memang Tak Pernah Ada 'Kita'
|| 57 | Kesempatan Lain Setelah Pertaruhan Terakhir ||
|| 58 | Fakta Baru? ||
|| 59 | Dua Rasa Yang Berbeda ||
|| 60 | Perihal Masa Depan ||
|| 61 | Siapa Yang Tahu Tentang Masa Depan? ||
|| 62 | Masih Cinta ||
|| 63 | Untuk Bahagia ||
|| 64 | Tolong Beri Waktu Untuk Terbiasa ||
|| 65 | Takdir dan Pilihan ||
|| 66 | Luka Yang Lain ||
|| 67 | Mungkinkah Ini Akhir? ||
|| 68 | Hanya Satu Yang Berhasil Aku Tepati [Selesai] ||
|| Epilog ||
Extra Part 1

Extra Part 2

956 41 1
By liddia4

"Mama."

Senyuman hangat terukir di bibir pria yang memperhatikan langkah kecil putranya dari belakang. Putra kecilnya terlihat sangat bahagia saat menghampiri sang istri.

"Mama ... Kean udah punya banyak temen," adu Keandra sambil membungkuk memeluk nisan ibunya.

Kalandra ikut berjongkok di sebelah putranya kemudian ikut mengelus nisan yang sudah jauh lebih baik dari saat pertama kali.

"Hai ... aku kangen banget, Ay," ungkap Kalandra seraya memperhatikan nama yang terukir di sana.

Sudah tujuh tahun berlalu, bolehkah Kalandra bangga karena dirinya mampu bertahan selama ini?

Butuh berapa tahun untuk menyembuhkan rasa sakit kehilangan karena kematian? Satu tahun? Dua tahun? Bahkan menginjak tahun ketujuh, Kalandra masih menyimpan sakit yang sama.

Rasa sakit kehilangan bukan perihal tidak lagi bisa memandang wajah seseorang yang hilang, namun, saat kau mulai melupakan hal-hal kecil tentang orang itu.

Seperti suara, setiap malam Kalandra berusaha menggali ingatannya untuk mengingat bagaimana suara istrinya. Rasanya sangat menyakitkan, bahkan jauh lebih menyakitkan dari hari-hari pertama.

"Kean juga kangen Mama, Pa."

Suara kecil itu mampu membuat dunia Kalandra kembali, pria itu tersenyum sembari mengangguk.

"Ayo cerita tentang hari ini sama Mama, sayang," suruh Kalandra sambil mengelus rambut lebat putranya.

Keandra tersenyum senang, tangan mungilnya kembali mengelus nisan sang ibu, "Hari ini hari pertama Kean masuk sekolah, Ma. Kean senang, punya banyak temen, mereka juga senang temenan sama Kean, kan, Ma?"

"Pasti, sayang."

Keandra tertawa pelan mendengar ayahnya yang menjawab, anak laki-laki itu kemudian berjongkok seperti ayahnya.

"Tadi, Papa, Nenek, dan Kakek yang anter Kean ke sekolah, Kean senang di anter banyak orang," ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya, "tapi, Kean juga mau di anter sekolah sama Mama, kaya temen-temen."

Kalandra menatap sendu putranya, keinginan kecil yang mustahil untuk Kalandra wujudkan.

Di tengah kesibukannya bekerja, Kalandra selalu berusaha untuk menemani tumbuh kembang putranya. Kalandra berusaha agar Keandra tidak merasa sendirian, walaupun di bantu oleh Lana, Kalandra tidak ingin putranya kehilangan figur seorang ayah.

Namun, dirinya saja tidak cukup, putra kecilnya masih sangat membutuhkan ibunya. Kadang, Kalandra takut saat Keandra menginjak dunia baru anak itu akan mulai menanyakan hal seperti ini.

Benar saja, semua ketakutan Kalandra menjadi nyata.

"Papa bilang, Mama udah bahagia di surga. Kenapa Mama nggak ajak Kean?"

"Jangan, sayang," balas Kalandra langsung, hatinya mencelos saat pertanyaan polos itu keluar dari mulut putranya, "nanti siapa yang nemenin Papa kalo Kean ikut Mama, hm?"

"Kan ada Nenek sama Kakek," jawab Keandra dengan mata berkilat polos.

Kalandra menghela nafasnya pelan, tangannya kembali bergerak untuk mengelus rambut putranya.

"Ayo, kasih bunganya sama Mama."

Keandra langsung menoleh kearah buket bunga yang tadi sempat ia letakan di tanah, tangan kecil itu mengambilnya kembali kemudian meletakan benda itu untuk bersandar di nisan Zendaya.

"Bilang apa ke Mama?"

"Mama ... Kean sayang banget sama Mama, Kean selalu doain Mama biar Mama bahagia terus, Mama baik-baik, ya, di sini. Kean bakal sering jengukin Mama, iya, kan, Pa?" tanya Keandra meminta persetujuan sang ayah.

Kalandra mengangguk pasti, "Iya, sayang. Aya, tolong selalu liatin aku dari sana, tolong tetep perhatiin aku dalam besarin Kean, aku harap kamu bahagia, aku bakal jagain Kean, Aya. Aku ... sayang kamu."

Ucapan 'aku mencintaimu' terasa sangat kelu untuk Kalandra ucapkan. Rasanya sangat berat untuk mengatakan kalimat sederhana itu.

"Papa, ayo. Katanya Papa mau ajak Kean ke rumah," ucap Keandra sembari berdiri, anak laki-laki itu menyempatkan untuk memeluk lagi nisan sang ibu, "Bye, Mama. Jangan lupa bahagia, ya?"

...

Kalandra berdiri mematung di depan rumah yang terlihat sama seperti dulu. Sebelah tangannya menggandeng lembut lengan kecil sang putra.

Keduanya mulai melangkah memasuki area rumah, Kalandra menatap ke sekeliling rumah ini. Nuansanya masih sama, hanya saja rasa dan aromanya yang berbeda.

Kalandra memutar kunci kemudian membuka lebar rumah ini, rumah yang menjadi awal dan akhir dari cerita hidupnya.

Rumah yang hampir tujuh tahun tidak pernah Kalandra datangi.

Semuanya masih tersusun rapi, hanya terlihat beberapa tempat yang sedikit berdebu. Kalandra tau ibunya selalu datang setiap minggu ke tempat ini hanya untuk menjaganya tetap aman.

"Papa, itu fotonya sama kaya di kamar Papa, ya?" tanya Keandra saat melihat foto pernikahan yang terpajang di dinding rumah.

Kalandra menghapus air matanya dengan kasar, "Iya, Kean. Itu foto Papa sama Mama."

Kalandra kembali memperhatikan ke sekeliling ruangan yang sangat tidak asing di matanya. Ada setitik kerinduan yang semakin membesar ketika Kalandra menatap setiap sudut rumah ini.

Matanya berhenti tepat di pintu kamar yang tertutup rapat. Kalandra mulai melangkah lagi, menarik lembut tangan putranya untuk mengikuti langkahnya.

Pintu terbuka, berbagai kilatan masa lalu kembali melintas di hadapan Kalandra. Kebahagiaan pertama, kebahagiaan terakhir, rasa sakit pertama, bahkan rasa sakit terakhir, semuanya terjadi di sini.

Kalandra melepaskan tangan sang putra, membiarkan langkah kecil itu berlari menyusuri kamar sederhana ini.

"Wah! Papa liat, ini Mama," ucap Keandra sambil mengambil foto yang terletak di atas meja.

Mata polos Keandra kembali menatap ke sekeliling kamar, "Papa, ini kamar siapa?"

Keandra memperhatikan sang ayah yang berjongkok di hadapannya, "Rumah kita."

Mulut kecil itu membulat, "Jadi tempat kita tinggal itu apa kalau ini rumah kita?"

"Itu rumah Nenek, jagoan. Ini rumah kita, Kean mau tinggal di sini?"

Kedua tangan kecil Keandra mendarat di wajah sendu Kalandra, "Apa dulu Mama juga tinggal di sini?"

Kalandra memiringkan wajahnya hanya untuk mengecup pelan tangan mungil itu, "Mama tinggal di sini, semua yang ada di rumah ini, Mama yang susun."

"Kean mau tinggal di sini, Kean mau tinggal di rumah Mama."

Senyum ceria terbit di wajah lugu Keandra, matanya kembali menatap kesana kemari, "Kean mau liat ruangan lain, boleh?"

Kalandra mengangguk, membiarkan putranya berlari keluar kamar dengan tawa riangnya.

Pria itu berdiri, kemudian melangkah menuju tirai yang masih tertutup. Perlahan Kalandra membuka tirai itu, membiarkan cahaya matahari memasuki ruangan ini.

Kalandra tersenyum lembut, sekeras apapun dirinya menghindari tempat ini, nyatanya berada di sini adalah hal yang paling Kalandra rindukan.

Pria itu memejamkan matanya, mengingat memori bahagia yang pernah dirinya ukir bersama Zendaya di tempat ini. Walaupun hanya sedikit, setidaknya mereka pernah hampir bahagia, kan?

Kalandra tersenyum lembut, dirinya tidak berhenti membayangkan wajah cantik istrinya.

Jika tidak di kehidupan ini, Kalandra berharap mereka kembali bertemu di kehidupan selanjutnya. Walaupun tidak di takdirkan untuk bersama, setidaknya beri Kalandra kesempatan untuk mengatakan kalimat 'aku mencintaimu'.

.

.

.

.

haii semua,
wah siapa sangka double up wkwk
EXTRA PART END.
yang artinya, kisah ambivalen berhenti di sini, sampai jumpa di kisah yang lain.
semoga ada yang terus mengingat kisah sederhana ini, ya?

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 138 3
[Bagian ketiga dari Ideal Husband] Menjadi dewasa ternyata tidak sebaik yang di bayangkan, namun hal ini menjadi jauh lebih mengerikan ketika kami s...
18.6K 1.6K 53
πŸ’œLavenderWriters Project Season 06πŸ’œ ||Kelompok 03|| #Tema; Past Time β€’Ketua : Patimah β€’Wakil Ketua : Maharani --- Masa lalu hanyalah angan belaka u...
863K 31.8K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...