BOSS MAFIA & BABY ARTIST

By Cecenlyee

37.2K 1K 8

⚠️🔞⚠️ On Going Lelaki seniman yang manis milik si mafia tampan yang sebelumnya tak sengaja bertemu karna sua... More

Prolog
chp 01
chp 02
chp 03
chp 04
chp 05
chp 06
chp 07
chp 08
chp 09
chp 10
chp 11
chp 12
chp 13
chp 14
chp 15
chp 17 🔞

chp 16

1K 38 2
By Cecenlyee

Votenya!






"Ahh.. lukisan yang sangat indah.. kau anak yang berbakat.." Leon tersontak mendengar suara wanita yang terdengar seperti wanita tua.

Masih dengan dihari sore yang sama, namun sekarang bersama Leon dan dominannya. Leon melihat wanita tua berdiri dibelakangnya dengan tersenyum lembut yang membuat Leon ikut tersenyum. Sedangkan Alpha hanya menatap dengan wajah datar.

Sekarang mereka berada di taman tengah kota dengan pemandangan matahari yang terbenam dibelahan antara gedung gedung pencakar langit. Alpha tak menolak diajak si manis ke tempat seperti ini, lagi pula ini terasa nyaman. Sudah lama Alpha tak bersantai sejenak seperti ini. Mereka seperti berpiknik dengan Leon yang sibuk melukis pemandangan indah itu.

"Terimakasih, nenek.." ucap Leon sambil tersenyum dan kembali melanjutkan acara melukisnya.

Alpha melihat wanita tua itu berjalan pergi sambil terkekeh pelan dan tersenyum, sepertinya dia orang yang baik. Alpha juga melihat beberapa orang yang menonton Leon melukis disampingnya, ia hanya memperhatikan orang orang itu yang menatap Leon sambil tersenyum dan ada juga yang sambil berbisik dengan temannya, mereka tampak orang normal. Alpha sudah seperti bodyguard Leon saja.

Alpha menatap Leon yang masih sibuk melukis sambil tersenyum, sepertinya ia sangat menikmati hobinya itu. Tanpa sadar Alpha ikut tersenyum tipis, ada desiran aneh dalam diri Alpha saat melihat Leon disampingnya yang terlihat sangat manis itu.

"Om.." panggil Leon yang membuyarkan lamunan sang dominan.

"Mikirin apa tuch?" Goda Leon sambil terkekeh pelan dan mengambil sepotong buah pir yang tersedia didepan mereka berdua, sudah dibilang mereka seperti piknik.

Alpha seketika diam dengan wajah datarnya yang masih terlihat lembut dan santai sambil memalingkan pandangannya sebelum kembali menatap sang sub.

"Bagaimana kamu hidup selama ini?" Leon yang mendengar itu mengangkat satu alisnya bingung, namun seketika paham ia tersenyum dan kembali melukis sambil mengunyah sepotong buah pir di mulutnya.

"Leon open commission art di media sosial.. yeah walaupun sering kena tipu, tapi cuman itu sumber duit Leon.." Leon tersenyum dan tetap fokus pada lukisan nya tanpa melihat reaksi Alpha yang tetap datar.

"Kamu pernah bilang ngebantu polisi.." ucap Alpha yang tetap menatap Leon yang sekarang menatap Alpha.

"Itu kerja yang tak terduga, om.. tapi kalo ada yang nawarin Leon kayak gitu lagi, Leon terima.. lumayan nambah duit untuk bertahan hidup.." Alpha yang mendengar jawaban Leon itu hanya mengkerutkan keningnya.

"Tidak usah.. kan ada saya.." ketus Alpha dengan wajah serius yang malah terlihat lucu bagi Leon.

Begitu juga dengan Leon yang sedikit terkejut dengan jawaban Alpha yang tak terduga itu. Namun Leon hanya bisa terkekeh seakan paham apa yang dimaksud Alpha, si paling om om berduit.

"Terserah om deh.." akhirnya Leon kembali sibuk dengan lukisannya yang sudah hampir jadi, namun seketika Leon tersenyum lembut dengan menghentikan acara lukisnya.

Alpha tetap diam dengan pikiran yang bercampur aduk, bagaimana ia bisa mengatakan hal seperti itu? Apa dia benar benar menerima kedatangan Leon dengan hormat?

Selain itu Alpha juga ingin mengetahui penyebab kematian orang tua dari anak seniman disampingnya itu. Seingat Alpha, Leon pernah bilang kalau kedua orang tuanya memiliki hutang pada mafia dan tak dapat membayarnya, namun Leon saja memikirkan jika itu tak masuk akal. Begitu juga dengan Alpha yang sudah curiga tak tertolong, namun harus tetap berpikir tenang. Ia juga memasukkan hal itu kedalam list misinya dengan samar samar.

Tidak ada alasan khusus Alpha ingin melindungi Leon sekarang, yang jelas Leon hanya miliknya.

"Leon pikir om cuman kerja jadi mafia.." ketus Leon yang kembali mengoleskan kuas dengan cat ke kanvasnya.

Alpha yang mendengar tersontak dengan wajah datarnya yang malah terlihat lucu, kapan lagi seorang gangster atau mafia dengan wajah tampan nan sangar bisa terlihat seperti itu sekarang. Sedetik kemudian setelah bingung dengan perkataan Leon, akhirnya Alpha sadar dan paham. Mungkin bukan hal buruk untuk memilih memberitahu kepada sang sub.

"Saya jadi CEO atas keinginan saya sendiri.. pekerjaan kotor lainnya adalah pekerjaan yang diserahkan keluarga besar saya.. bisa dibilang kami keluarga besar mafia dengan komunitas GOB, Galery Of Blood.. saya ingin menolak pekerjaan itu, namun tak bisa berbuat apa apa.. nikmatin saja.. lagi pula menjadi CEO itu juga atas bantuan dari keluarga saya.. makanya perusahaan saya namanya Meelph.." Leon tak pernah mendengar Alpha berbicara sebanyak ini sebelumnya, cukup membuat Leon terpukau.

Leon memperhatikan wajah Alpha yang tak banyak berekspresi, sekarang terlihat ia sedang tersenyum tipis. Sungguh ini adalah fenomena yang langka, Leon tak percaya ini. Leon hanya mengangguk paham sambil ikut tersenyum menatap Alpha.

"Om terlihat sangat menikmatinya.. tapi.. jangan pernah sampai salah target.." Leon tau, Alpha tak seburuk dan separah itu untuk membunuh orang yang tak bersalah. Apa lagi keinginan nyata Alpha hanya ingin menjadi CEO, mafia hanyalah pekerjaan sampingannya yang kotor dan menyenangkan.

Berakhir dengan mereka yang saling tutup mulut. Terkadang Leon memakan buah yang tersedia, berbeda dengan Alpha yang lebih memilih menatap pemandangan yang dilukis oleh si manis. Alpha juga sesekali melirik apa yang dilakukan Leon, anak itu juga sebisa mungkin untuk menjawab pertanyaan pertanyaan orang yang kagum dengan lukisannya.

Alpha merasa beban hidupnya musnah begitu saja setelah anak ini hadir, padahal bertemu dalam hal yang tidak elite.

"Kenapa sekarang kamu sama sekali terlihat tak takut pada saya? apa lagi.. kamu juga sudah tau kebenarannya.." tanya Alpha sambil menatap dalam kearah mata Leon yang kini juga menatapnya.

Leon sempat terdiam sesaat untuk memikirkan jawaban yang tepat dan ia segera tersenyum kemudian terkekeh pelan. Alpha yang melihat itu hanya menyerngit heran. Jika dilihat selama ia mengenal Leon, anak itu adalah anak pemberani tapi lembut, menggemaskan sekali.

"Om sadar ga sih.. om itu udah ngelakuin hal yang buat Leon nyaman.. walaupun Leon awalnya takut, tapi setelah Leon mencoba sabar.. ini semua tidak buruk-" Leon terdiam sesaat sambil tetap tersenyum dan sedikit menunduk.

"-Leon juga kangen dapat perhatian orang tua.. Leon ga masalah apa pekerjaan om.. Leon udah percaya sama om.. tapi.. jangan buat Leon kecewa.. kayak orang tua Leon.." lanjut Leon yang terdengar sedih, namun Leon tetap tersenyum. Bahkan sekarang ia tersenyum kepada Alpha dengan menampakan deretan giginya.

Sumpah serapah Alpha ucapkan dalam hati karna menahan gemas. Dia tetap menampakan wajah datarnya dan senyum tipisnya. Semoga ia benar benar dapat dipercaya oleh Leon. Alpha juga tak ingin dikecewakan dan tak pernah ingin merasa kecewa, lagi pula dia ini bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan.

Namun ini adalah hal yang baru untuknya. Alpha tidak pernah merasakan cinta, bahkan sekretarisnya yang sudah menggodanya selama bertahun tahun saja ia tak menanggapinya. Mengapa aura lelaki manis seperti Leon yang masih anak remaja yang duduk dibangku SMA bisa menaklukan hati seorang CEO sekaligus mafia.

"Oh ya! Kalau begitu.. mari menjalin hubungan! Agar Leon hanya menjadi milik Alpha Gameel.." Kali ini Alpha benar benar tak dapat menyembunyikan wajah kagetnya.

Alpha juga tak tau harus merasa bahagia atau bagaimana. Untuk kesekian kalinya dikatakan bahwa ini semua hal baru untuk keduanya, namun keduanya juga orang yang to the point.

Tapi tetap saja tidak ada yang menyangka jika Leon akan mengatakan hal seperti itu. Ia sudah membuat mafia jatuh cinta secara diam diam, dan sekarang dia ingin membuat mafia jatuh cinta secara ugal ugalan gitu?!

"Kamu kan sudah menjadi milik saya.. siapa yang berani nyentuh?" Kali ini Leon kicep, dia memang berhasil membuat Alpha jadi ugal ugalan bukan.

Emang bukan. Hanya saja sedari dulu apa yang Alpha katakan adalah mutlak dan apapun yang ia inginkan, selagi masuk akal, maka ia akan mendapatkannya dengan mudah.

Leon terkekeh pelan sambil membereskan barang barangnya yang berserakan. Alpha juga membantu sedikit dan akhirnya ia mengambil sepotong buah pir diatas piring. Sedari tadi ia tak ada memakan makanan yang tersedia.

Setelah semua beres dengan Leon yang masih tersenyum, ia terlihat bahagia. Mungkin karna ia sudah menjalin hubungan? Atau karna ia benar benar mutlak menjadi milik Alpha? Dengan begini ia bisa leluasa memarahi siapapun yang menggatal dengan Alpha.

"Sebelum pulang.. Leon kepikiran sesuatu deh.." Alpha yang mendengar itu segera menatap Leon dengan mengangkat alisnya, seolah ingin tau apa yang Leon pikirkan.

"Om kok mau sih dipanggil 'Om'? Ga mau ganti aja? Leon bisa panggil apapun yang om merasa nyaman.." sebenarnya Leon juga merasa sedikit aneh jika sudah memiliki hubungan harus memanggil om, jatuhnya Alpha seperti pedofil dan Leon yang menyukai om om.

Alpha menatap Leon lama sebelum memalingkan wajahnya, ia tampak berpikir padahal otaknya bergulat panggilan apa yang bagus dan tidak terdengar aneh bagi Leon.

"Panggil nama juga tak masalah.."

"Al"

Leon tampak tersenyum lebar kepada Alpha yang menatapnya dengan dahi mengkerut. Sepertinya Leon sudah merencanakannya.

"Bagus.."

"Yes! Makasih, Al!" Alpha merasa wajahnya memanas, apakah wajahnya terlihat merah sekarang? Jika iya, sangat memalukan.

Tapi yang benar saja. Tak pernah ada orang, bahkan keluarganya sendiri yang memanggilnya dengan sebutan itu. Terdengar singkat, padat dan membuat jantung disko. Namun Alpha tetap staycool, walau sekarang ia menunjukan senyum tipisnya kepada Leon. Sepertinya sekarang Alpha hanya akan tersenyum pada Leon.

Mereka sudah membereskan barang barang yang mereka bawa untuk berpiknik dan sekarang mereka berjalan bergandengan dengan Alpha yang membawa semua barang tersebut ditangan kirinya karna tangan kanannya yang menggandeng erat tangan Leon. Begitu juga tangan kanan Leon yang membawa barang seninya karna tangan kirinya yang digandeng erat oleh pacar barunya itu.

Mereka sampai di parkiran mobil taman dan juga sampai di mobil mereka yang terparkir disana. Alpha memasukkan semua barang di jok belakang, begitu juga dengan barang Leon. Berbeda dengan Leon yang fokus pada sesuatu tak asing baginya.

"Al.. tunggu ya.. Leon mau kesana sebentar.." tanpa menunggu jawaban sang dominan, Leon langsung saja berlari kearah yang ia tuju.

Alpha yang melihat itu hendak menahannya, namun gagal dan sekarang wajahnya mengkerut antara bingung dan kesal. Alpha lebih memilih masuk ke dalam mobil, kursi supir. Ia dengan cepat menghidupkan mesin mobil untuk menyusul Leon.

Sedangkan sekarang Leon melakukan hal yang membuat orang terkejut dengan wajah tak bersalahnya, ya memang ia tak melakukan hal yang salah.

"Bray?"

"Eh monyet!" Latah orang yang dikejutkan oleh Leon yang tak lain adalah temannya sendiri, Brayden Elrick.

Bray mengelus dadanya sambil mengatur napas, padahal Leon sama sekali tak melakukan suatu hal yang ingin mengejutkan temannya. Lagi pula awalnya Leon ragu untuk menyapa karna Bray yang memakai topi dan masker. Tapi Leon cukup hebat bisa mengetahui jika itu Bray.

"Anak setan.. kirain siapa anjing.." Leon tertawa sambil memegang perutnya yang terasa sakit.

"Lagian lu- uhuk! Ngapain sih kek begini?! Hahaha! Kek maling tau gak!" Bray yang mendengar itu hanya bergumam kata kasar.

Mereka sebenarnya tak begitu akrab, tapi yang namanya laki laki adalah makhluk hidup yang paling mudah berteman dengan makhluk lainnya, apa lagi dinegara +62 seperti ini.

"Lu ngapain disini? Mana penampilannya begitu.." tanya Leon sambil terkekeh pelan. Yang ditanyai langsung memutar bola matanya malas dengan kamera ditangannya. Oh, Leon baru menyadari hal itu.

"Gue baru dari toko kamera disana.. barusan beli lensa kamera.." Leon terlihat bingung, buat apa temannya melakukan hal itu, apa lagi dia kan anggota dari geng sahabatnya. Seakan paham dengan ekspresi konyol Leon, Bray langsung menghela napas pasrah.

"Gue anak fotografi di sekolah.." sontak Leon langsung membulatkan matanya tak percaya, yang benar saja.

"Udah cocok lu jadi mata mata dari geng lu.." jawab Leon dengan menyeringai jahil. Apa yang ia katakan membuat Bray ikut menyeringai bangga, padahal tak ada yang terdengar dapat di banggakan.

"Jelazzzzz.."

"Wong setres.."

"Lu yang setres.."

"Anjing! Eh.. sejak kapan kita akrab?"

"Ada gue peduli?"

Mereka yang sibuk bertengkar masalah sepele, seketika melihat Bray yang terdiam begitu saja dengan maskernya yang masih menutupi bagian mulutnya. Leon yang melihat itu malah dibuat bingung dengan wajah seperti bertanya 'kenapa?' pada Bray. Bray memainkan bola matanya dengan menatap Leon lalu beralih menatap kearah belakang Leon. Leon langsung paham dan membalikkan kepalanya hanya untuk mendapati seseorang yang baru menjadi miliknya menatap marah.

Leon kembali menatap Bray dengan wajah panik nan berkeringat, sedangkan Bray yang tak paham hanya mengangkat bahu acuh, tapi Bray merasa ini situasi yang dirinya tak perlu ikut campur.

"Ehm.. yaaa.. hehe.. gue pergi dulu ya, Le.. selamat malam!" Bray langsung pergi begitu saja dan menyisakan Leon yang kepalang panik saat ingin meraih Bray yang hendak pergi namun gagal karna Alpha menahan lengannya.

"Udah..?" Tanya Alpha dengan suara beratnya yang membuat siapapun bisa mati ketakutan.

Leon kembali menatap Alpha dengan wajah paniknya dan terkekeh kikuk untuk mencairkan suasana agar tak terlalu tegang.

"Ah.. hehe.. Al.. tadi- tadi itu.. teman.. iya.. teman kok.. hehe.." jelas Leon dengan cengengesan karna ia tau kalo Alpha tak semudah itu membiarkannya hidup damai.

Tanpa aba aba, Alpha langsung mengangkat Leon ala koala menuju mobilnya yang terparkir sembarang karna melihat Leon dengan lelaki lain ia sudah kepalang emosi. Leon mencoba memberontak dengan bermohon dan meminta maaf, ia tau ia akan dihukum cepat atau lambat, dirinya tak akan selamat.

'Matilah aku...'





BERSAMBUNG...

Continue Reading

You'll Also Like

107K 12K 39
[ On going ] "Kalian diperbolehkan untuk membunuh satu sama lain." "Saat di akhir, satu orang dari kalian akan menjadi MVP." • • • Bukankah sekolah t...
166K 4.3K 14
Ini hanya kisah Boboiboy dan (Name) yang dinikahkan pada umur 17 tahun dengan dalih perjodohan. Lantas bagaimana kisah mereka kedepannya? Warning...
88.2K 6.2K 24
________________________________________ Cerita ini tentang BL,Mafia,Harem dan tolong jangan ber komentar hal hal yang tidak ber etika! Terkecuali me...
11.6K 890 10
transmigrasi menjadi protagonis? udah biasa transmigrasi menjadi antagonis? apalagi transmigrasi menjadi figuran? banyak transmigrasi menjadi kembara...