Trang...
Trang....
Suara itu terdengar keras disebuah ruangan yang hanya menampilkan samar samar cahaya didalamnya.
Seseorang terlihat tengah memejamkan matanya atau mungkin tidur atau pingsan? Tidak tahu yang jelas ia tidak sadar, dengan kaki dan terikat rantai disebuah kursi yang menopang tubuhnya.
Lambat laun orang itu terdengar seperti meringis, membuka matanya yang terasa memberat, tapi harus ia buka karena mendegar suara yang berisi di pendengarannya.
"Di-mana ini?"
"Lama banget Lo sadar! Gua udah bosen disini! Sialan! Kalo gitu tadi gua ke baby aja main bareng sama dia."
Pria itu menatap orang didepan dengan mata yang menyipit, ia ingin berteriak tapi baru sadar jika ia tengah terikat.
"Siapa kau! Apa yang kau lakukan! Kenapa kau mengikatku seperti ini!"
"Tenang bro! Gua cuma mau ngasih Lo sedikit hadiah."
"Siapa kau! Siapa yang menyuruhmu! Lepaskan aku!"Ia memberontak tapi tetap saja tidak bergerak, seolah kursi itu memang ditanamkan pada lantai agar tidak jatuh saat menopang sesuatu.
"Gua? Kenalin nama gua Calvin, panggil aja sesuka Lo! Dan gua udah kenal sama Lo jadi kita nggak perlu kenalan, nama Lo Angkasa kan?"
Sungguh Angkasa sedikit terkejut saat orang didepannya ini mengenalnya, tapi kenapa ia ditangkap seperti ini.
"Oh kenapa ditangkap gini? Ya karena Lo udah ngebiarin ponakan gua sekarat lah! Dan Lo juga nggak peduli sama dia! Jadi gua mau ngasih pelajaran buat Lo."Calvin tersenyum miring, dengan menenteng sebuah besi pada tangannya, ia tampak sedikit menyeramkan.
"Kau ini berbicara apa! Aku tidak pernah melukai siapapun!"Angkasa emosi, rahangnya mengeras, terlihat urat dilehernya timbul karena menahan amarahnya.
"Oh jadi Lo nggak inget? Bentar..."Calvin mengayunkan besi yang ada ditangannya pada kepala Angkasa.
Klang...
"Arggg!"
Angkasa tidak bisa menahan rasa sakit dikepalanya, rasanya begitu menyakitkan seperti ingin meledak, tampak samping kepala Angkasa sudah sedikit menonjol berati pukulan Calvin membuat kepala Angkasa sedikit membengkak.
"Udah inget?"
Angkasa diam, tidak dapat mencerna apa yang dikatakan oleh orang didepannya ini, kepalanya sangat sakit dan berdengung.
"Oh belom ya? Bentar....."
Klang....
"Aaargg...."
Kembali besi itu memukul kepala Angkasa, kali ini kepala Angkasa langsung sedikit mengeluarkan darah.
"Belom juga inget?"Calvin mendesah kecewa, ia berjongkok dan mendekati Angkasa, menjambak rambut Angkasa hingga Angkasa mendongak.
"Kalo gitu gua kasih tahu aja, kenal LANGIT kan? Nah itu ponakan gua, atau bisa dibilang masih ponakan baru sih, tapi gua denger denger dan cari tahu tentang dia, katanya Lo pernah mukul dia, terus Lo biarin dan nggak nolong dia jatuh dari tangga? Kasian banget dedek gemes gua, kalo Lo jadi gua apa yang Lo lakuin? Astaga Calvin!"Calvin menepuk jidatnya,"gua lupa, mana bisa Lo lakuin apa apa, ken Lo nggak peduli, Lo hanya mentingin diri Lo sendiri dari pada orang lain, mana mau Lo lakuin sesuatu kan?"Calvin tertawa pelan.
"Belom mati kan?"Calvin mengecek mata Angkasa yang masih tertutup, "untung belom, kalo mati bisa kena hukum gua, kita lanjut lagi ya."Calvin kembali menjambak rambut Angkasa keatas.
Angkasa? Dia sedikit sadar dan melihat,"apa maksudmu? Aku tidak....."
"Alah bacot banget Lo!"Calvin menyumpal mulut Angkasa dengan sepatunya.
Angkasa menggelengkan kepalanya tapi terus saja Calvin memasukkan sepatunya pada mulut Angkasa.
"Bentar ya, gua mau minum dulu."Calvin mendekati leher Angkasa membuat Angkasa ingin mundur, tapi tengkuknya ditahan oleh Calvin.
"Emmmm!"Angkasa mengigit sepatu yang aneh masih melekat pada mulutnya, merasakan lehernya bagaimana ditusuk oleh neda tajam, tidak ini tepatnya digigit oleh manusia aneh didepannya ini.
Dengan senangnya Calvin mengigit leher Angkasa, tidak hanya satu melainkan tiga gigitan disana, sedikit menyesap darah Angkasa yang sudah mengalir.
Calvin menyeka bibirnya,"pahit dikit, makanya jangan banyak dosa, pahit darah Lo, gua kurang suka."
"Emmm!"
"Apaan? Gua nggak denger?"
"Astaga lupa gua."Calvin menarik sepatunya dari mulut Angkasa.
"Ku-rang ajar! Sebenarnya apa yang kau mau! Kenapa kau melakukan ini! Kau siapanya Langit ha!"Nafas Angkasa sedikit memberat karena menahan sakit dari lehernya.
"Eh? Baru dua kali pukul aja Lo udah budeg!"Calvin menggeleng tidak percaya,"gua males ngulang, biar yang lain aja ngomong sama Lo! Oh iya satu lagi..."
Calvin menatap Angkasa dengan datar,
"AKU INGIN KAU SADAR SEBELUM KAU MATI."
Calvin tersenyum, "jadi renungi salah Lo apa, gua masih belum aku bunuh Lo! Karena yang lain belum mau main."
"Gua pergi dulu ya, gua mau liat ponakan gua, bye!"Calvin melambaikan tangannya pada Angkasa yang tertunduk lemas disana.
* * *
Kediaman Wijaya, Cahaya yang baru saja menginjakkan kakinya dirumah menerima kemarahan dari Bintang.
"Kau kemana saja Cahaya! Daddy mencarimu!"
"Apa urusannya dengan daddy!"Ketusnya ingin beranjak dari sana tapi pergelangan tangannya ditahan oleh Bintang.
"Apa yang kau katakan! Jangan tidak sopan! Daddy khawatir denganmu!"
"Lepas!"Cahaya mendorong Bintang menjauh," daddy jahat! Daddy udah duain mommy!"
Deg
Bintang terkejut saat mendengar itu, jadi Cahaya sudah tahu, tapi dari mana? Ah benar, dia yakin jika Dion belum sepenuhnya mengurus berita ini.
"Apapun yang kau dengar itu tidak benar Cahaya."Bintang ingin memeluk Cahaya tapi ia menghindar.
"Daddy jahat! Cahaya nggak mau dekat sama daddy! Cahaya mau ikut sama mommy aja! Biar Cahaya sama mommy tinggal berdua!"
"Apa maksudmu!"
"Mommy udah mau ceraikan daddy kan! Cahaya mau ikut mommy! Cahaya nggak mau ikut daddy!"Cahaya ingin pergi tapi Bintang memeluk dengan erat
"Jangan begini, kau anakku, dan tidak akan ada yang bercerai, tidak ada satupun yang pergi dari rumah ini!"Takan Bintang.
Cahaya hanya memukul dada Bintang dengan sebelah tangannya, menangis dipelukan daddynya itu.
"Tenang, maafkan daddy, daddy hanya dijebak, jadi jangan percaya dengan apa yang dikatakan mereka, kau mengerti?"Bintang mengecup kening Cahaya, mengusap punggung Cahaya agar anaknya itu tenang.
"Cahaya nggak mau mommy dan daddy pisah..."Cahaya mengeratkan pelukannya pada Bintang.
"Daddy juga tidak menginginkan itu, jadi jahan mengungkitnya lagi. Sudah sekarang Cahaya istirahat, kondisi mu belum pulih, daddy akan mengatasi masalah ini jangan khawatir."Mengusap air mata Cahaya.
"Ini semua gara gara Langit!"Geram Cahaya.
"Maksudmu? Kenapa ini gara gara anak itu?"Heran Bintang mendegar ucapan Cahaya.
"Iya daddy, sebenarnya Cahaya nggak pulang karena ketemu sama Langit, dia sekarang ada keluarga baru, Cahaya denger dia mau balas apa yang daddy lakuin ke dia!"
"Apa maksudmu Cahaya!"
"Langit udah ngadu kekeluarga barunya supaya buat daddy dan mommy jadi gini."Mata Cahaya berlinang air mata.
"Apa! Sialan! Anak itu! Ternyata ini semua ulahnya! Pantas saja aku terkena sial terus menerus! Siapa keluarga yang mengangkat anak itu!"
"Keluarga Robert."
Bintang diam sebentar, die mengepalkan tangannya dengan kuat, "aku harus berbicara dengan mereka!"Pantas saja ia tidak menemukan Langit dimana-mana, ternyata dia berlindung dibawah kekuatan yang besar, Bintang pergi, tidak tahu kemana tapi yang pasti, ia akan membalas apa yang Langit lakukan terhadap keluarganya.
Cahaya tersenyum miring, mengusap air matanya,"Langit yang malang, sebaiknya aku mengeluarkan mommy."
(☞゚∀゚)☞Vote→comment→follow