BOSS MAFIA & BABY ARTIST

By Cecenlyee

37.1K 1K 8

⚠️🔞⚠️ On Going Lelaki seniman yang manis milik si mafia tampan yang sebelumnya tak sengaja bertemu karna sua... More

Prolog
chp 01
chp 02
chp 03
chp 04
chp 05
chp 06
chp 07
chp 08
chp 09
chp 10
chp 11
chp 12
chp 13
chp 15
chp 16
chp 17 🔞

chp 14

1K 32 1
By Cecenlyee

Votenya!








"Emang urusan om apa? Kok ke mall sih.." tanya Leon sekarang yang sedang berjalan beriringan dengan sang dominan.

Alpha hanya tersenyum sambil mengelus lembut kepala Leon, sontak Leon menundukan kepalanya karna merasa nyaman sekaligus malu.

"Ada pertemuan penting sama manajer cabang perusahaan.. dia terlalu bodoh untuk mengatur anggota anggotanya.." jawab Alpha dengan mengambil tangan Leon untuk bergandengan.

Leon tak menolak justru ia membalas genggaman Alpha. Sekarang Leon akan pulang bersama Alpha, mereka sudah berpisah dengan rombongan tadi. Mereka berjalan ke basemant karna Alpha meletakkan mobilnya disana.

Rasa canggung mulai menghiasi perjalanan mereka ke arah mobil Alpha yang cukup jauh dari pintu sambung basemant ke mall. Leon menatap Alpha yang hanya diam dengan wajah datarnya, namun masih menggenggam erat tangan Leon. Rasanya mereka sudah seperti pasangan saja.

"Om.. besok sore om sibuk gak?" Alpha menatap ke arah Leon dengan satu alis terangkat.

"Tidak.. saya bisa jemput kamu besok.." Leon langsung menampakkan senyum manisnya.

"Jalan jalan sore ya om! Leon bosen dirumah.." Leon menatap Alpha dengan mata yang berbinar seperti anak anjing yang menginginkan makanan.

Alpha tersenyum lalu terkekeh sambil mengacak pelan rambut si kecil dengan tangan lainnya. Sontak Leon ikut terkekeh dan kembali tersenyum menatap Alpha.

"Baiklah.." Alpha sebenarnya tak menyangka melihat tingkah Leon sekarang yang mulai menurut kepadanya.

Tapi Alpha tak peduli. Mungkin saja Leon takut dengan ancamannya. Lagi pula Alpha tak mungkin bisa membunuh si manis hanya karna ia tak mendengarkan Alpha. Paling Alpha menghukumnya dengan hukuman ranjang. Seumur hidup Alpha tak pernah tertarik kepada orang lain, sekalinya tertarik sampai dikurung harus menjadi miliknya seutuhnya.

"Biasanya juga kamu melukis kalau bosan.. tumben sekali ingin keluar jalan jalan.." lanjut Alpha sambil mengelus tangan Leon dengan jempolnya. Mereka benar benar tampak seperti sepasang kekasih, namun mungkin orang orang ada juga yang mengira mereka adalah ayah dan anak.

"Nah justru itu om.. Leon kepingin melukis diluar rumah gitu, tapi ditemenin sama om, hehe.. emang om ga mau sesekali ngehabisin waktu sama Leon? Kalau iya, Leon sama om Nathan aja.." Jawab Leon dengan diakhiri pertanyaan lagi dan suatu ejekan kecil. Bahkan Leon menunjukkan wajah mengejeknya yang tersenyum penuh arti.

Justru perkataan Leon malah membuat wajah Alpha mengkerut kesal, sangat kusut. Bahkan Leon dapat merasakan tangannya yang sedikit sakit karna dicengkram kuat oleh Alpha.

"Saya ga akan pernah menyuruhnya untuk jemput kamu lagi." Ucap Alpha mutlak sambil mengendurkan cengkramannya pada tangan Leon.

Leon yang melihat itu hanya bisa menghela napas pasrah sambil menggelengkan kepalanya, tapi tak lama ia terkekeh kecil. Sepertinya orang tua ini sedang cemburu, lucu sekali.

"Astaga.." ketus Leon kembali menatap kearah depan.

Mereka akhirnya sampai di mobil Alpha. Namun naas, saat Leon ingin masuk ia menabrak seseorang dan Leon juga dapat melihat itu seorang wanita. Leon hampir terjatuh kalau tidak ditangkap Alpha dibelakangnya.

Saat Leon ingin meminta maaf, ia mengurungkan niatnya karna mendapati wanita murahan yang ia tabrak. Leon sontak memberikan ekspresi dingin dengan tatapan sinis, sedangkan Alpha hanya menatapnya datar.

"Oh.. maafkan saya! Saya tak melihatmu.." wanita itu membuka kacamata hitamnya sambil mengibaskan rambut panjangnya yang berwarna merah maroon.

Leon rasanya ingin meludah saja melihat tingkah menjijikannya. Entah kenapa Leon merasa orang didepannya itu sudah menjadi saingannya secara tersirat maupun tersurat.

"Loh! Tuan muda Gameel ternyata! Maafkan saya tuan.. saya tak melihatnya karna memakai kacamata ini, bahkan saya juga membawa banyak barang.." ya mereka bisa melihat jika wanita itu sepertinya baru pulanh dari shoping.

"Lepaskan saja kacamata mu itu agar tak menabrak orang lain lagi.." ketus Alpha dengan wajah datar, sedangkan Leon hanya diam sambil berdiri dibelakang Alpha sekarang.

"Oh my gosh! Tuan muda Gameel mengkhawatirkan saya.. saya cukup tersanjung.." jawab wanita yang menjadi sekretaris Alpha bernama Kaniza Lyn itu kepada sang atasan.

Leon yang mendengar itu hanya mendengus kesal dan memutar bola matanya malas sambil berkacak pinggang. Alpha hanya menyipitkan matanya dan menghela napas pelan sambil berbalik badan untuk menyuruh Leon masuk.

Leon hanya mengangguk dan berjalan untuk masuk ke dalam mobil, ia juga melihat Alpha yang berjalan ke arah pintu supir untuk masuk. Ternyata Alpha tak peduli dengan wanita itu. Sontak Leon terkekeh melihat ekspresi wanita itu yang kusut.

"Namanya cewe murahan gampang baper.. kasian ya.." ketus Leon sambil tertawa kecil dan masuk ke dalam mobil begitu saja.

Padahal Leon sedari menahan diri untuk tidak berkata yang tidak tidak, tapi dia sudah tak tahan melihat tingkah centil dari sekretaris sang dominan. Mereka pergi meninggalkan Kaniza yang mengumpat dengan menghentak hentakan kakinya. Bahkan wajahnya yang sudah memerah karna kesal.

"Sial! Anak itu...!" Geram Kaniza sambil mengepalkan tangannya, namun tak lama ia mulai menampakan seringai jahatnya.

"Tunggu saja kau.."

▪︎▪︎▪︎

"Ihh! Lu nyusahin aja sih kampret!" Marah Matthew sambil membenarkan posisi menggendong orang yang masih saja terisak dengan memeluk leher Matthew.

Matthew mendengus kesal dan berjalan kearah pintu mobil bagian supir dan sedikit membungkuk melihat sang supir taksi. Yeah disinilah Matthew berada bersama Yohaan yang ia gendong, mereka sudah pulang ke rumah Matthew.

Kenapa harus dirumah Matthew? Bahkan Matthew sedari tadi terus mengumpat tak berhenti, supir taksinya hanya bisa diam dengan menggelengkan kepalanya dalam perjalanan menuju rumah Matthew.

Matthew hari ini penuh kesialan, bertarung dengan musuhnya dikantin, membersihkan toilet sekolah, menonton film horor yang terus mendengar teriakan Yohaan, sampai sekarang ia ditempelin Yohaan hingga dirumahnya, itu juga karna ulah abang dari orang yang ia gendong sekarang.

"Berapa pak?" Tanya Matthew sambil merogoh saku celananya dengan satu tangan karna tangan satunya menahan tubuh Yohaan yang ada digendongannya.

"Lima puluh enam ribu, mas.." Matthew mengangguk dan memberikan selembar uang biru dan selembar uang hijau. Awalnya Matthew ingin pulang dengan ojol aja biar hemat, taunya kena jebakan begini.

"Kembaliannya ambil aja ya pak.. makasih.." Sang supir hanya tersenyum dengan mengucapkan terimakasih kembali juga dan Matthew hanya pergi begitu saja, segera masuk ke dalam rumahnya karna lama kelamaan ia lelah menggendong tubuh Yohaan.

"Lu punya abang gila bener ya.. gue dijebak begini babik! Udah setres abang lu.." Ketus Matthew sambil melirik Yohaan yang tetap dengan kepala tersandar dibahu Matthew dan wajah menghadap ke Mattew.

Yohaan membuka sedikit mata sembabnya yang dikarnakan terus menangis dari pertengahan menonton film horor tadi. Bahkan ia masih terisak pelan sedikit sedikit saat ini.

Bisa dibilang Yohaan itu sangat takut dengan hantu atau film horor begitu, bahkan ia bisa sampai satu hari full ketakutan karna bayangan horor yang ia lihat masih melekat di pikirannya.

Maka dari itu Nathan sengaja membuat semua rencana ini untuk menjebak Matthew. Matthew juga ga tau maksud si dokter tua itu apa dan ini sangat tidak bermutu baginya. Menurut Matthew, Nathan sengaja melakukan ini agar Yohaan lengket ke dirinya, bahkan saat bubar tadi Nathan dan Ryo menghilang begitu saja meninggalkannya yang masih menggendong Yohaan yang terus menangis.

Jujur saja Matthew disitu ingin berteriak kata 'kontol' tapi masih punya urat malu karna di tempat umum. Ia merasa sudah lelah mendengar teriakan dan tangisan Yohaan di dalam teater saat menonton tadi, saat itu Matthew malah kembali setres karna ditinggalkan oleh teman temannya dengan si Yohaan anjing itu. Bahkan abang nya sendiri meninggalkan sang adik, Matthew menganggap semua ini tak beres.

"Lu juga ngapa sih takut bener sama hantu! Padahal waktu lu pulang kerja malam malam pas itu ga ada keliatan takut.. lu samanya sinting kek abang lu dah.." ucap Matthew yang tak perduli jika Yohaan tak menjawab juga.

Matthew membawa Yohaan ke kamarnya, entah kenapa saat ia masuk keluarganya tidak ada diruang keluarga. Biasanya masih saja ribut diruang keluarga walaupun sudah malam begini.

Matthew masuk ke kamarnya dan menurunkan Yohaan secara perlahan di kasurnya. Ia mendudukan Yohaan di pinggir kasur sambil mengusap pipi Yohaan yang terlihat basah itu dengan wajah mengkerut kesal.

"Jorok lu anjir.. jadi jelek juga.. udah ah berhenti nangisnya.. orang orang mikir gue ngapa ngapain lo tau ga.." tentu saja saat keluar dari teater Yohaan terus menangis histeris sambil memeluk Matthew. Matthew hanya bisa menghela napas pasrah, ingin berteriak juga ntar di kira gila. Kelakuan itu mengundang banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.

Yohaan hanya menunduk masih dengan isakan kecilnya sambil memainkan jari jarinya dengan gelisah. Matthew yang udah selesai dengan urusan mengelap elap sisa air mata Yohaan, sekarang ia berjalan ke arah lemarinya untuk mengambil pakaian tidur dan segera masuk kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Setelah siap ia keluar dan mendapati Yohaan yang bersandar di kasurnya dengan tatapan kosong, ia sedang termenung sekarang. Namun tak lama Yohaan menyadari kehadiran kembali Matthew yang berjalan kearahnya. Sontak Yohaan menarik ujung baju Matthew sambil menunduk.

"Apa? Eh mau ganti baju gak?" Tanya Matthew dengan wajah datarnya yang masih terlihat sedikit kekesalan, namun juga terlihat sedikit kepeduliannya.

Yohaan menggeleng dan menarik ujung baju Matthew lagi dengan sedikit kuat kali ini tapi ia masih menundukkan kepalanya. Sontak Matthew bingung dengan satu alis terangkat.

"Iya, kenapa monyet?" Matthew bingungnya karna dia tak pernah melihat tingkah Yohaan yang seperti manja kayak gini.

"Tidur.. nga- ngantuk.." Matthew menyipitkan matanya tak percaya, ini serius Yohaan? Atau lagi kesambet setan karna habis nonton horor?

"Ya udah tidur sana anjrot! Ngapain laporan ke gue!" Jawab Matthew sambil menepis pelan tangan Yohaan yang terus menarik ujung bajunya.

"Gue tidur dibawah.. udah sana lu tidur.. jangan sampe lu kesurupan deh, serius ngeri gue.." lanjut Matthew saat tak mendapat jawaban dari Yohaan yang terdiam dengan mata sembab bengkaknya yang menatap insten Matthew.

Matthew berjalan mengambil satu bantal didekat Yohaan dan melemparnya kebawah, untung saja kamar Matthew itu lantainya dilapisi karpet semua, jadi tanpa tilam atau alas lainnya pun tak masalah bagi Matthew. Ia tak mau lagi tidur berdua diatas bersama Yohaan, bisa bisa ia ditendang lagi seperti waktu itu.

Matthew merebahkan dirinya dibawah dan membiarkan Yohaan yang masih terdiam disana walaupun masih dengan isakan kecilnya. Akhirnya Yohaan hanya menatap Matthew dengan tatapan sendu sebelum berbaring dikasur Matthew itu.

'Ga bisa tidur..' batin Yohaan sambil mencoba memejamkan matanya untuk tidur.

Ada sesuatu yang harus dilakukan agar Yohaan dapat tertidur sekarang, walaupun ia mengantuk tapi dia tetap tidak bisa melakukannya karna pikirannya yang masih saja ada hal horor.

"Ma- Matthew.." panggil Yohaan ragu sambil membalikan badannya untuk melihat keberadaan Matthew dibawah.

Yohaan sangat amat terkejut tak mendapati Matthew dibawah. Ia bangkit dan duduk di tepi kasur dengan mata bengkaknya yang melotot sambil mencari Matthew di setiap sisi ruangan, namun nihil.

"Matthew dimana?" Panik Yohaan dengan ketakutan dan pikiran negatifnya.

Ia berpikir sedari tadi ia bersama hantu yang menyerupai Matthew, sebenarnya Matthew tidak ada bersamanya. Yohaan mulai panik dan ketakutan, ia langsung teringat kejadian horor di film yang ia tonton tadi. Sumpah saja Yohaan tak akan mau menonton horor lagi jika begini.

Yohaan kembali merebahkan dirinya dikasur dengan tubuh gemetaran, ia menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Yohaan terus berpikiran negatif, bahkan ia mendengar suara pintu kamar seperti terbuka.

'Itu hantu? Itu pasti hantu..' batin Yohaan yang mulai menangis sambil memejamkan matanya erat.

Tiba tiba Yohaan merasakan bahunya dipegang, ia terkejut dan mulai menangis dalam diam. Air matanya terus berjatuhan, ia benar benar mahasiswa psikologi yang takut dengan hal horor.

"Woi! Lu kenapa anjing?!" Sontak Yohaan melotot dan membalikkan kepalanya untuk melihat siapa yang berbicara, ternyata Matthew.

Yohaan melihat Matthew yang berwajah kesal dan bingung berdiri ditepi kasurnya. Yohaan kembali menangis tersedu sedu sambil mencengkram ujung baju Matthew. Matthew yang melihat itu hanya bisa menghela napas pasrah, ia tak pernah berpikir kalo Yohaan bisa melakukan ini semua.

"Takut.. Matthew hilang.. Ma- hiks! Matthew.. tidur si- nii.." lirih Yohaan asal asal sambil duduk dikasur dan masih memegang ujung baju Matthew yang sesekali ia tarik tarik untuk membujuk Matthew, tangan lainnya ia gunakan untuk mengusap air matanya yang terus terjatuh.

Matthew yang melihat tingkah kekanak kanakan Yohaan mulai menyerngit bingung. Ia melihat itu seperti bukan Yohaan, apa dia benar benar kesurupan setelah ditinggal sebentar keluar kamar? Tapi Matthew hanya berdehem dan naik ke atas kasur dengan tak lupa membawa bantalnya yang berada dibawah tadi.

Entah kenapa Matthew juga tak tega melihat Yohaan yang terus menangis seperti ini. Dari yang ia dengar barusan, mungkin Yohaan ketakutan karna ditinggal dalam kamar sendirian tadi. Padahal hanya sebentar dan kenapa Yohaan tak sadar suara pintu terbuka saat Matthew keluar.

Matthew merebahkan dirinya di samping Yohaan sedikit berjauhan dan membelakanginya juga. Yohaan juga merebahkan dirinya dan memiringkan tubuhnya kearah Matthew yang membelakanginya.

Yohaan tak kenal malu lagi sekarang, ia hanya ingin rasa takutnya hilang. Yohaan langsung memeluk tubuh Matthew yang membelakanginya masih dengan menangis walau tak separah tadi. Matthew yang terkejut langsung membalikkan tubuhnya, ia melihat wajah Yohaan yang sudah benar benar berantakan dan ia juga melihat Yohaan yang hanya memejamkan mata sembabnya.

Matthew sontak terkekeh, namun ia dapat merasakan desiran aneh pada dirinya dan ia juga merasakan wajahnya yang memanas. Matthew berdecak kesal karna sekarang tangan kekar nya harus menjadi bantal untuk anak yang memeluknya itu.

"Ngapa lu?" Tanya Matthew dengan tangannya yang tiba tiba bergerak mengusap air mata Yohaan.

Namun Yohaan tak menjawab dan mengeratkan pelukannya pada tubuh Matthew, ia juga langsung menyembunyikan wajahnya diceruk leher Matthew sambil terisak. Matthew hanya bisa menghela napas dan menatap langit langit kamarnya dengan ekspresi datar.

"Bisa gila gue.." gumam Matthew sebelum membalas pelukan Yohaan yang berakhir ia menenggelamkan Yohaan dalam tubuhnya.








BERSAMBUNG...

Continue Reading

You'll Also Like

80.9K 5.9K 24
________________________________________ Cerita ini tentang BL,Mafia,Harem dan tolong jangan ber komentar hal hal yang tidak ber etika! Terkecuali me...
16.8K 2.2K 27
Seorang gadis yang hanya menginginkan kehidupan tenang dan keluar dari masa lalu nya yang kelam itu tapi malah terseret kedalam organisasi khas krimi...
166K 4.3K 14
Ini hanya kisah Boboiboy dan (Name) yang dinikahkan pada umur 17 tahun dengan dalih perjodohan. Lantas bagaimana kisah mereka kedepannya? Warning...
14K 2K 19
Sekolah menengah atas 48, Sekolah khusus wanita, Sekolah berandalan yang ada di Distrik 8 kota Nagasaki, Sekolah para berandalan yang mencari kebebas...