Meera baru saja membuka matanya, namun ia bingung karena di kamarnya tidak ada orang. Meera beranjak dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi, setelah rapi dan memakai hijabnya. Meera keluar kamar dan mulai mencari keberadaan suami dan anaknya.
"Bi, liat mas Lian gak?" Tanya Meera
"Itu mbak, di halaman belakang lagi jemur tuan kecil" Balas Bi Sumi
"Ohh oke Bi, makasih" Balas Meera
Meera langsung menuju halaman belakang rumah nya dan terlihat Lian dan Mario tengah ikut menjemur baby Kai. Dua laki-laki itu benar-benar bucin pada Baby Kai, hingga tak sedetik pun bisa jauh dari anak dan cucunya.
"Selamat pagi yah, mas" Sapa Meera
"Pagi anak ayah" Balas Mario
"Hay sayang, kok udah bangun? Laper ya? Mau mam?" Tanya Lian
"Gak kok, aku kebangun karena kamu sama Adek gak ada di kamar jadinya aku keluar deh nyusulin kamu" Balas Meera
"Ohh, ini loh sayang. Tadi kata ayah anak bayi tuh harus lebih sering di jemur tiap pagi. Biar makin sehat, jadi Adek aku jemur deh mumpung matahari pagi nya lagi cerah nih" Balas Lian
"Iya sih, aku juga pernah baca-baca tentang ini tapi lupa hehe. Untung ada ayah yang ingetin. Makasih ya ayah" Ucap Meera
"Sama-sama nak"
"Wajar kalo kalian masih banyak gatau nya. Kalian kan baru punya anak, apalagi gak ada perempuan dewasa disini. Gak ada yang bisa bantu kalian buat ngasih tau ini dan itu. Palingan cuma Bi Sumi yang bisa bantuin mandiin doang. Bi Sumi juga pasti sungkan mau ngasih tau ini itu sama kalian"
"Jadi udah tugas ayah, ayah kan belajar dari pengalaman nih gedein dua anak laki-laki. Apalagi yang satu udah punya anak nih, anak ayah yang paling manja sama ayah haha" Ucap Mario sembari merangkul pundak Lian
"Manja nya sekarang pindah ke Meera yah, bukan ke ayah lagi" Balas Meera
"Kurang kurangin bi manja nya. Inget udah punya anak sekarang. Kasian istri kamu, malah punya dua bayi sekarang" Balas Mario
"Hehe iya yah, makasih ya untuk semua bantuan ayah buat ikut ngurusin Adek"
"Abi manja nya juga gak tiap hari kok, kalo lagi pengen manja aja sama Al yah. Abi juga ngerti kalo Al cape ngurusin anak Abi. Jadi Abi gak mungkin maksain Al buat manjain Abi juga" Balas Lian
"Ututututu bayi gede nya aku. Gemes amat, sini mau cium" Ucap Meera gemas
"Heh! Ada ayah, gak malu apa?" Omel Lian
"Hahahaha gapapa Bi, udah kalian berdua aja jemur Kai ya. Ayah masuk dulu, nanti kalo udah jam delapan bawa masuk aja. Kasian Kai kepanasan" Ucap Mario
"Siap yah" Balas Lian
Setelah kepergian Mario, Meera masih menatap Lian dengan gemas. Lian juga merasa heran, mengapa semenjak melahirkan Meera semakin manja dan gengsinya hilang entah kemana. Meera lebih clingy dan suka sekali memeluk atau bahkan minta cium pada Lian.
"Kenapa sayang?" Tanya Lian heran
"Mau cium kamu" Balas Meera
"Aku belum mandi loh, tadi baru bangun langsung jemur Adek kesini. Nih buktinya aku belum pake kaos" Ucap Lian yang memang tengah bertelanjang dada
"Gapapa, aku suka wangi kamu kok. Meskipun bau acem juga aku mau" Balas Meera
"Hahahaha gemes banget sih sayang! Kamu kapan sih selesai nifasnya, udah pengen ngekepin kamu tau gak!" Ucap Lian
"Yeuh, sabar dong pak. Adek aja baru menghirup udara di bumi seminggu yang lalu. Udah nanya aja kapan selesai nifas" Balas Meera
"Ya kamu jangan suka mancing mas dong, udah tau suaminya lemah kalo udah kamu mode clingy gini" Ucap Lian
"Hehe aku juga gatau mas, kenapa semenjak lahiran maunya cuma Deket sama kamu terus. Pengen meluk kamu lama-lama sambil cium-cium pipi kamu" Balas Meera
"Masa kamu hamil lagi yang? Kan aku belum nyebar benih nya" Ucap Lian polos
"Heh! Ya mana bisa, gila aja langsung hamil lagi! Sakitnya aja masih berasa sampe sekarang yaa mas!"
"Minimal tunggu Adek SMP kali ya, baru punya adek" Ucap Meera
"Heh! Enak aja, keburu mas tua dong. Gamau ah, pokoknya Adek umur dua tahun, kita gass lagi" Balas Lian
"Mas, kasian ih. Masa dua tahun sih, kalo Adek kekurangan kasih sayang gimana? Karena aku sama kamu fokus ke Adeknya nanti?" Tanya Meera
"Dua tahun itu jarak yang pas menurut mas sayang. Adek juga gak bakalan kekurangan kasih sayang. Mas janji, kita pasti bisa adil nanti" Balas Lian
"Yaudah deh, liat nanti. Ini anak kamu aja baru keluar seminggu yang lalu, udah mikirin Adeknya aja"
"Urus aja dulu yang ini, si gembul ku yang gemoy gemoy ini" Ucap Meera sembari mencium Kai
"Ck, udah di kasih nama bagus-bagus masih aja di panggil si gembul. Padahal kemarin kamu marahin Varro karena dia panggil Adek si gembul. Ini malah Ibun nya sendiri yang manggil si gembul" Omel Lian
"Ya maaf, Adek gemesin banget soalnya. Apalagi kalo cuma pake popok begini hahaha makin gemes" Balas Meera
Lian tak menjawab, Lian justru fokus mengusap-usapnya punggung anaknya yang memang posisinya tengah tengkurap di paha Lian.
Meera yang sudah terlanjur gemas pada Kai, akhirnya menarik wajah Lian dengan kedua tangannya. Di hadapkan pada wajahnya lalu menggigit pipi Lian.
"Awwww sayanggg!! Sakitttt" Rengek Lian
"Gak kuat aku, aku gemes sama anak kamu. Gak mungkin kan aku gigit Adek, jadi aku gigit pipi kamu aja" Balas Meera seolah tak bersalah
Lian mengusap pipi nya sembari sedikit meringis. Pasalnya Meera menggigit pipi nya lumayan kencang
"Ya tapi kan sakit sayang" Ucap Lian
"Hehe maaf yaa, sini sini mana pipinya yang sakit?" Tanya Meera
Meera kembali mengapit wajah Lian dengan kedua tangannya. Lalu ia mencium pipi Lian yang telah ia gigit. Ia kecup berkali-kali. Dan terakhir ia mengecup bibir suaminya. Lian hanya pasrah mendapatkan perlakuan seperti itu oleh Meera.
"Dah ya, sembuh. Maafin Ibun ayah, Ibun terlanjur gemas sama Adek" Ucap Meera manja
"Iya gapapa, udah di cium juga. Jadi udah sembuh" Balas Lian pasrah
"Tapi kalo sama Adek gaboleh gigit-gigit gitu ya yang. Kasian anak aku" Ucap Lian
"Ya itu kenapa aku gigitnya kamu, ya karena aku gak mungkin gigit Adek lah mas. Itu juga anak aku, bukan anak kamu doang! Aku gak mungkin lah nyakitin Adek, kamu pikir aku tega apa!" Tegas Meera
Hmm mampus, salah omong kan lu. Alamat perang ini mah *batin Lian
"Sayang, bukan gitu maksud mas. Maaf yaa, iya Adek anak kita. Bukan cuma anak mas, maaf ya sayang" Ucap Lian panik
"Terserah! Mau maksud kamu emang begitu juga gak peduli. Yang penting aku gak bakalan nyakitin anak aku"
"Oh iya, maaf soal tadi gigit pipi kamu! Lain kali gak akan begitu kok, gak akan aku ulangi lagi"
"Aku masuk dulu, nanti selesai jemur kasih aja ke Bi Sumi biar di mandiin" Ucap Meera dingin
"Yang, yang. Jangan ngambek yang. Maaf yang. Maksud mas gak gitu" Teriak Lian
Meera tak mempedulikan Lian, ia masuk ke dalam rumah. Lalu pergi ke kamar Qeela.
Qeela juga di buat bingung melihat kakaknya tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
"Kak kenapa?" Tanya Qeela
"Hiks hiks Mas Lian jahat dek, kakak kesel sama dia hiks hiks" Balas Meera terisak
"Kenapa? Kak Lian bikin salah apa sama kakak?" Tanya Qeela
"Masa Mas Lian nuduh Kakak bakal nyakitin anak kakak dek, kan kakak gak Setega itu hiks hiks" Balas Meera
"Kok bisa? Emang awalnya gimana?" Tanya Qeela
Meera pun menceritakan kejadian tadi pada Qeela. Qeela menghela nafas nya, ia tau jika Lian tak sengaja mengucapkan hal itu. Qeela juga berpikir mungkin kakaknya ini masih sangat sensitif perasaan nya. Hingga menganggap ucapan Lian itu serius.
"Udah ya kak, gausah nangis. Nanti Qeela marahin kak Lian nya deh. Sekarang turun yuk, kita sarapan. Busui gaboleh telat makan, nanti kasian adek kalo ASI nya dikit. Okee" Bujuk Qeela
Meera menghapus air matanya, adiknya benar. Ia tidak boleh telat makan demi anaknya yang bergantung pada dirinya.
"Kamu kuliah pagi dek?" Tanya Meera
"Iya kak, palingan Mas Varro udah di bawah itu. Yuk kita turun" Ajak Qeela
"Yaudah yuk" Balas Meera
Meera turun ke meja makan, di lihatnya hanya ada Varro dan Mario. Suaminya mungkin masih mandi pikir Meera.
"Tumben dari kamar Qeela? Mana suami lu? Biasanya juga lengket kek perangko" Ucap Varro
"Diem, gausah berisik" Balas Meera
"Ssstt mas, udah diem! Lagi perang" Bisik Qeela
"Ohh pantesan" Balas Varro lirih
Meera sudah mengambilkan makanan ke piring Mario lalu ia mengambil makanannya sendiri. Saat Meera mulai memakan makanannya, Lian baru saja tiba di meja makan.
Lian bisa melihat mata sembab Meera. Pasti istrinya itu baru menangis.
"Pagi semua" Sapa Lian
"Pagi Bi" Balas Mario
"Pagi bro" Balas Varro
"Pagi juga Kak Lian" Sapa Qeela
Kini hanya Meera yang tak menjawab sapaan suaminya, ia justru fokus memakan sarapannya.
Mario mulai merasa jika Lian dan Meera tengah bermasalah. Mario pun bingung, bukannya tadi pagi mereka sangat mesra. Tapi kini sudah terasa asing saja di meja makan.
"Pagi sayang" Sapa Lian
"Pagi" Balas Meera dingin
"Kai mana bi?" Tanya Mario
"Masih di mandiin sama bibi yah" Balas Lian yang masih menatap ke arah Meera
Biasanya Lian akan makan jika makanan nya di siapkan oleh Meera. Namun sampai sekarang ia masih tetap diam dan menatap ke arah Meera.
Meera yang sadar jika suaminya tidak akan makan sebelum ia yang menyiapkan pun akhirnya menurunkan gengsinya. Dia mulai menyiapkan makanan untuk Lian.
"Mau makan apa?" Tanya Meera dingin
Lian tersenyum, akhirnya Meera mau menyiapkan sarapannya
"Nasi goreng aja sayang sama telur" Balas Lian
Meera mengambilkan apa yang di ucapkan Lian lalu memberikannya pada Lian tanpa senyum sedikit pun.
"Terimakasih sayang" Ucap Lian
Meera tak menjawab dan memilih untuk melanjutkan makannya.
***
Lian baru saja masuk ke dalam kamar setelah berbicara dengan Mario. Bukannya Mario ingin ikut campur dengan permasalahan rumah tangga anaknya. Namun Mario hanya menasehati Lian jika dirinya sudah menjadi kepala keluarga. Bagaimana bersikap sebagai kepala keluarga, sebagai suami dan sebagai ayah. Mario harap Lian bisa lebih paham akan posisinya sekarang dan bisa lebih mengontrol ucapannya. Apalagi Meera baru saja melahirkan, mungkin perasaan nya masih sensitif. Jadi Lian harus banyak-banyak sabar menghadapi Meera.
Lian melihat Meera tengah menyusui anaknya, ia berjalan mendekat dan duduk di sebelah Meera yang tengah bersandar pada dipan ranjang.
"Adek lagi sarapan ya sayang?" Tanya Lian
Meera hanya diam tak menjawab ucapan Lian.
Lian menghela nafas nya, lalu ia menatap wajah Meera. Namun Meera sibuk menatap anaknya.
"Maaf ya sayang, maafin mas. Mas gak bermaksud ngomong gitu sama kamu. Mulut mas emang nakal sayang, kalo kamu mau pukul mulut mas, pukul aja sayang gapapa" Ucap Lian
"Gak minat" Balas Meera dingin
"Sayang jangan gini sayang. Mas gabisa di diemin kamu kaya gini. Maaf sayang, maafin mas" Rengek Lian
"Adek, bilangan Ibun dong sayang. Tolong maafin ayah, ayah gak suka di diemin Ibun kaya gini sayang" Ucap Lian memelas
Lian memeluk Meera dari samping dan menyembunyikan wajahnya pada leher Meera.
"Pleaseee Ibun, maafin ayah. Ayah gak maksud nuduh Ibun yang gak gak. Maafin ayah yaa" Rengek Lian
Meera menghela nafasnya berat, ia juga tak tega melihat Lian yang sudah merengek padanya untuk meminta maaf. Sudah di bilang setelah melahirkan, Meera jadi gampang gemas pada Lian. Meera akhirnya luluh, ia ingin sekali saat ini menciumi wajah Lian bertubi-tubi. Tapi ia masih gengsi untuk melakukan nya saat ini.
"Iya di maafin" Balas Meera
Lian melepaskan pelukannya dan menatap Meera
"Beneran yang?" Tanya Lian berbinar
"Yaudah kalo gamau di maafin" Balas Meera
"Eh eh, gak. Mas mau kok, mas mau di maafin"
"Makasih ya sayang" Ucap Lian seraya mencium pipi Meera
"Hmm" Balas Meera
"Kok masih cuek? Katanya udah di maafin?" Tanya Lian
"Ya terus harus ngapain lagi mas?" Tanya Meera
"Dibales kek. Iya mas Lian gitu" Balas Lian
"Iya mas Lian"
"Udah kan?" Tanya Meera
"Keliatan banget gak ikhlas nya" Sindir Lian
"Gausah bikin aku makin marah sama kamu ya mas" Ancam Meera
"Hehehe maaf sayang ku, cinta ku, Ibun ku. Maafin suami mu ini yaaa, udah bikin mood pagi harinya Ibun rusak. Maafin yaa sayangku" Ucap Lian sembari menunjukkan muka puppy eyes nya
"Nakal banget, mentang-mentang aku sekarang sering gemes sama kamu. Kamu malah make muka sok imut gitu biar di maafin" sindir Meera
"Hahahaha itu trik tau sayang, biar kamu mau maafin mas. Jadi mas beneran di maafin kan?" Tanya Lian
"Ada syarat nya" Balas Meera
"Apa sayang? Mau apa? Tas, kalung, gelang atau apa?" Tanya Lian
"Gamau itu semua" Balas Meera
"Terus mau apa sayang?" Tanya Lian
"Mau cium" Balas Meera
"Hahahaha boleh, sini sini mas cium istri mas" Balas Lian
"Bukan mas, tapi aku mau cium mas" Balas Meera manja
"Ohhh hahahaha, yaudah nih pipi mas. Habisin aja" Ucap Lian sembari menyodorkan pipinya pada Meera
Meera pun mencium pipi Lian
"Jangan pipi doang dong sayang, nih kening mas, mata mas, dagu mas, sama bibir mas. Kan biasanya juga gitu" Ucap Lian
"Gamau, maunya cuma pipi doang" Balas Meera
"Yaudah yaudah, nih ambil nih pipi mas nih" Balas Lian
Meera masih terus menciumi pipi Lian dengan gemas. Lian hanya bisa tersenyum melihat perubahan istrinya itu, Lian juga merasa senang jika Meera terus bersikap seperti ini. Ini menguntungkan dirinya, karena setiap hari Meera akan selalu mencium dan memeluknya.
"Udah, makasih mas" Balas Meera sembari tersenyum manis
"Gemesnya, iya sama-sama sayangku" Balas Lian sembari menyubit pelan hidung Meera
"Hahaha muka adek lucu banget, udah ngantuk tapi masih mau nen itu ya yang" Ucap Lian menertawakan muka Kai
"Iya, ngantuk nih sebenernya tapi masih haus" Balas Meera
Tak berselang lama, Kai sudah benar-benar terlelap.
"Mas minta tolong, pindahin nih Adek ke baby box nya" Ucap Meera
"Loh udah bobo sayang?" Tanya Lian yang baru saja membuka laptopnya
"Udah, udah mabok ASI itu. Mangkanya teler" Balas Meera
Lian terkekeh mendengar jawaban Meera
"Hahahahaha ASI kamu bisa bikin teler juga ya ternyata" Balas Lian sembari mengambil Kai dari gendongan Meera
"Emang iya, Kamu gak sadar kah? Kamu tiap malem juga habis nen pasti teler kan?" Goda Meera
"Hahahahaha iya juga sih ya" Balas Lian
***
Meera yang sedang berada di dalam kamar mandi, di kejutkan dengan suara teriakan Lian dari luar.
"Sayangggg!!! Cepetan mandinya sayang" Teriak Lian
"Kenapaaaaa?" Tanya Meera
"Adek poop sayang, mas gabisa gantiin popoknyaa. Buruan kamu keluar dulu, gantiin popok anaknyaaaa" Teriak Lian
Setelah mendengar ucapan Lian, akhirnya Meera kembali memakai bathrobe nya dan keluar dari kamar mandi
Lian yang masih berada di luar kamar mandi langsung menegang melihat penampilan Meera.
"Kenapa kamu?" Tanya Meera
"Seksi yang" Balas Lian
"Ck, gausah kek pertama kali liat aku begini deh. Liat aku telanjang aja udah sering, kenapa baru pake bathrobe doang kamu udah nafsu" Ucap Meera frontal
Astaga, mulut istrinya ini makin hari makin tidak terkontrol pikir Lian.
"Ya kan lama liburnya, jadi sensitif yang" Balas Lian memelas sembari mengekori Meera
Meera langsung saja menggantikan popok anaknya.
"Yang" Panggil Lian
Meera sudah tau jika hasrat suaminya sudah naik, terdengar dari wajahnya yang mulai sayu dan suara nya yang memberat.
"Yang" Panggil Lian lagi
"Apa mas?" Tanya Meera
"Pengen yang, pegang nih. Udah sesek" Balas Lian
"Ya aku kan masih gabisa mas" Balas Meera
"Huft, kamu sih keluar dari kamar mandi pake beginian segala!" Omel Lian
Meera terkekeh melihat wajah kesal suaminya.
"Yaudah ayo aku bantu, mumpung Adek masih bobo" Balas Meera
"Beneran? BJ in ya yang" Pinta Lian
"Iya ayo" Balas Meera
"Yeayyy, ayo Ibun"
"Adek maaf ya di tinggal dulu. Janji gak lama kok, ini soal hidup ayah dek. Jadi tolong kamu jangan nangis dulu sampe ayah selesai ya dek. Dadaaaa dekkk" Pamit Lian
Meera terkekeh melihat suaminya sangat bersemangat dan langsung berpamitan pada anaknya. Lian memang terlihat sangat gemas bagi Meera. Meera seakan lupa bagaimana sosok Lian yang dulu, yang ia tau hanya Lian yang sekarang. Lian bayi besarnya yang selalu manja dan menggemaskan baginya.
Selamat membaca semuanya ✌️
Jangan lupa dukung terus karya PaNaRoMa Guyss ❤️
Keep streaming single-single mereka yaaa ✨
Love you Guyss ❤️