Part 42

4K 333 30
                                    

Sudah hampir sebulan, Lian tak bisa menemukan keberadaan Meera. Hidup Lian benar-benar berubah, tak punya semangat hidup, lebih emosional, badannya kurus, rambut tak rapi bahkan cenderung acak-acakan. Lian hanya memikirkan keadaan istri dan anaknya, ia bahkan jarang mau makan jika bukan Mario yang memaksanya.

Lian berkali-kali mencoba menghubungi nomor Meera yang tidak pernah aktif. Melacak ponsel Meera pun berujung nihil. Segala cara sudah Lian lakukan untuk mencari keberadaan sang istri, namun sampai sekarang masih belum ada titik terang dimana keberadaan Meera.

Lian juga sudah mengerti apa yang di lakukan oleh Jasmine hingga Meera sangat marah dan memilih meninggalkan Lian. Lian menemukan semua bukti foto, hasil USG bahkan video dewasa yang di edit sedemikian rupa oleh Jasmine menggunakan muka Lian dan dirinya.

Lian tentu sangat murka, Lian menyiksa Jasmine habis-habisan. Dia menyekap wanita itu di sebuah gudang kosong. Lian bahkan mempersilahkan semua bodyguard nya untuk menikmati tubuh Jasmine. Lian ingin hidup Jasmine tersiksa persis seperti dirinya yang tersiksa karena Meera meninggalkan nya. 

Lian tidak ingin jika Jasmine mati lebih dulu, yang Lian inginkan dia mati secara perlahan. Itu lah Lian, kejam dan tak berhati nurani, jika ada yang berani mengusik Keluarga nya. Lian juga ingin jika Meera nanti kembali pulang, Jasmine sendiri lah yang harus berkata sejujurnya jika semua yang ia katakan pada Meera adalah bohong.

"Kamu kemana sayang? Kamu gak kangen ya sama mas? Hmm? Mas kangen banget sama kamu sayang, mas hancur ketika kamu memilih pergi meninggalkan mas"

"Oh iya, Adek apa kabar sayang? Adek baik-baik saja kan? Pasti dong, anak ayah kan kuat. Adek harus jaga Ibun dimana pun Ibun berada ya nak. Maaf, ayah gak becus jagain kalian berdua. Maaf karena Ayah sudah nyakitin kalian berdua" Monolog Lian ketika melihat foto pernikahan nya dengan Meera

Disisi lain, jika kalian bertanya dimana Meera. Sejak sebulan yang lalu Meera berada di Surabaya.

Flashback On

Saat pertama kali ia memutuskan untuk pergi, Meera memilih untuk menghampiri teman kuliah nya yang tinggal di Surabaya dan berniat meminta pekerjaan padanya. Namun, malang nasib Meera. Ternyata teman dekatnya itu sudah lama pindah ke luar negeri karena ikut dengan suaminya.

Meera berniat mencari kos-kosan dan hidup dengan uang tabungan yang tersisa. Meera berjalan menyusuri kota Surabaya seorang diri, hingga ia pun lupa jika dirinya belum makan sedari siang. Saat berada di pinggir jalan raya, badannya terasa sangat lemas dan tiba-tiba Meera pingsan.

Saat terbangun, Meera sudah berada di sebuah kamar. Entah kamar siapa, Meera yang ketakutan pun langsung bangkit dari ranjang dan berniat pergi dari tempat itu. Namun, saat pintu kamar terbuka, Meera sangat kaget karena yang menolongnya adalah Nathan.

Ya, Nathan kakak Lian. Nathan memang sudah dua bulan tinggal di Surabaya. Mario meminta Nathan memimpin perusahaannya di cabang Surabaya. Nathan yang memang sudah berubah, akhirnya setuju dan mulai belajar mengelola perusahaan ayahnya. 

"Alhamdulilah, lu udah sadar Meer?" Tanya Nathan

"K - Kak Nathan?" Ucap Meera ragu

Nathan menarik lengan Meera lembut dan menuntun Meera untuk kembali ke ranjang.

"Ngapain sampe kabur ke Surabaya? Hmm? Gue tau lu lagi berantem kan sama Abi? Kenapa sampe harus kabur sih Meer? Lu gak mikirin anak lu? Kalo lu kenapa-napa gimana?"

"Untung tadi yang nemuin lu itu gue, gimana kalo orang jahat coba" Omel Nathan

"Kak, please. Jangan hubungin Mas Lian dan jangan kasih tau Mas Lian kalo gue disini. Please kak" Mohon Meera

LenteraWhere stories live. Discover now