Part 64

3.6K 343 9
                                    

Dua bulan setelah Meera pulang dari rumah sakit. Meera kembali di buat sedih karena adiknya harus pindah ke rumahnya sendiri bersama Varro. Meera tidak bisa melarangnya karena memang sudah kesepakatan Qeela dan Varro yang ingin hidup mandiri dengan tinggal di rumah mereka atau rumah peninggalan orang tua Qeela dan Meera lebih tepatnya.

Nathan juga sudah di percaya mengurus perusahaan Mario di bidang Lain yang ada di Jakarta. Hingga dia tak di tempatkan di perusahaan cabang seperti di Surabaya kemarin.

Namun yang tak kalah membuat Meera sedih adalah kondisi Lian yang sedari kemarin demam dan lemas.

Hoeekk hooekk

Lian memuntahkan isi perutnya pada wastafel kamar mandi.

"Hiks hiks sayang, perutnya sakit" Rengek Lian sembari menahan gejolak aneh di perutnya

Meera yang sedari tadi memijat tengkuk Lian merasa tak tega. Sudah dua hari ini kondisi Lian semakin parah. Lian juga sudah di bujuk mati-matian untuk pergi ke dokter namun tetap saja Lian kekeuh dengan pendirian nya bahwa dia tidak mau di periksa.

"Mangkanya ayo ke rumah sakit, periksa ya mas" Ajak Meera

"Gamau, mau peluk kamu aja sayang. Gamau ke dokter" Rengek Lian

Jika Lian sakit, Lian memang akan manja pada Meera. Lian akan berubah menjadi seumuran putranya jika sudah sakit.

"Tapi mas, kamu makin lemes gini loh. Tadi katanya perutnya juga sakit kan" Ucap Meera

"Hiks hiks gamau sayang! Mas bilang gamau ya gamauuu" Rengek Lian sedikit terisak

"Eh iya iya gak. Gausah nangis gitu dong. Malu ih, nanti kalo anak kamu kesini liat ayahnya nangis gini emang gak malu?" Tanya Meera

"Titipin Abang ke Qeela dulu sayang, mas gamau di ganggu. Mas mau manja sama kamu, nanti kalo Abang masuk pasti Abang marah kalo mas peluk kamu. Gih sayang, telpon Varro atau Qeela jemput Abang sayang" Rengek Lian

"Kasian mereka baru pindahan tiga hari yang lalu loh mas. Pasti masih beres-beres rumah. Udah biarin Abang disini yaa, titip ke Kak Nathan dulu aja sama ayah" Ucap Meera

"Yaudah, tapi Abang jangan masuk kamar dulu ya. Mas gamau ngalah sekarang sama Abang, mas butuh kamu banget sayang" Rengek Lian

"Iya mas. Bentar ya aku ambilin makan, terus minum obat terus bobo yaa" Balas Meera

"Gamauuuuuuu, mau nen aja" Rengek Lian

"Mas, mau sembuh gak?" Tegas Meera

"Mau nen sayangg, gamau mam" Balas Lian

"Yaudah gausah nen! Kalo gamau mam!" Tegas Meera

"Hiks hiks hiks kok Ibun jahat sih. Kan ayah cuma mau nen, gamau mam" Ucap Lian terisak

Meera menghela nafas nya, baru kali ini Lian sakit tapi manjanya berkali-kali lipat, Lian juga sangat sensitif dan lebih mudah menangis.

"Udah udah cup cup. Maaf yaa, aku cuma mau mas cepet sembuh"

"Mam dulu ya sayang, nanti selesai mam minum obat baru nen. Okee" Bujuk Meera

"Hiks hiks tadi Ibun manggil apa?" Tanya Lian sembari menghapus air matanya

"Apa? Ohh sayang?" Tanya Meera

"Panggil gitu terus Ibun, jangan mas mas terus yaa hiks hiks" Ucap Lian

"Iya, tapi berhenti dulu nangisnya. Baru aku mau manggil kamu itu lagi" Balas Meera

"Iya ini udah gak nangis" Balas Lian sembari menghapus air mata nya

LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang